Mohon tunggu...
Muhammad FathurFachruzi
Muhammad FathurFachruzi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

"Tak ada yang bisa menunda tiba nya musim semi"

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Hidup Ihwal "Menjadi bukan Mencari"

26 Juli 2021   01:00 Diperbarui: 27 Juli 2021   12:36 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup. Apa arti hidup ? Mengapa kita hidup ? Pertanyaan yang hinggap di kepala sebagian manusia. Ketika sedang merasakan kegelisahan, kesusahan, dan ketidakadilan dalam menjalani hidupnya. Socrates filsuf Yunani pernah berkata "Kehidupan yang tidak diuji adalah kehidupan yang tidak berharga". Artinya memang dalam realitas kehidupan tidak semulus dengan apa yang dibayangkan seperti dikisah-kisah dongeng atau fiktif belaka, sehingga mengganggap bahwa kemulusan dan ketenangan adalah kebahagiaan. Menurut Voltaire "Apabila ketenangan itu adalah kebahagiaan, maka saya tidak mau bahagia" . Jadi, dapat disimpulkan kedua filsuf ini mempunyai pandangan bijak serupa soal realitas kehidupan, meskipun keduanya berbeda secara sosiologis dan geografisnya.

Manusia selama hidupnya tidak pernah berhenti berpikir, terus mencari yang terbaik dan sempurna. Sehingga menganggap yang terbaik dan sempurnalah yang akan menghadirkan kebahagiaan dalam hal apapun. Telah banyak manusia yang menganggap itu seperti dogma praktis hidup. Jika, saat ini yang diinginkan dari manusia adalah yang terbaik dan sempurna itu justru keliru. Karena dengan adanya nafsu pada diri manusia yang menyebabkan manusia tak pernah merasa cukup (terbaik) dan tak pernah merasa puas (sempurna) akan pencarian yang sebenarnya takkan pernah ditemuinya.

Terlalu naif bagi manusia yang menginginkan kesempurnaan dalam segala aspek kehidupan seperti finansial, sosial emosional, etika sosial, dan romantisme. Dari yang bentuknya personal hingga komunal. Refleksi dari diri sendiri, untuk hal finansial secara material, manusia di belahan dunia khususnya negara indonesia dituntut kerja untuk mencari uang. Sedang secara teologis, tuhan pun sudah menjanjikan bahwa setiap manusia itu sudah ada rezekinya masing-masing termasuk uang. Namun, masih banyak pula yang berpikir bahwa uang adalah segalanya. Menurut sujiwo tejo "Banyak orang pontang-panting mencari uang tanpa tahu alamatnya, alamat uang adalah tuhan, jalan kesananya adalah cinta". Jadi, jangan menjadi manusia yang sedikit usaha mau mendapatkan hasil besar, tetapi jadilah manusia dengan usaha nirbatas yang diiringi cinta dan doa untuk kemudian mendapatkan sebuah hasil yang cukup memuaskan. Tapi, nyatanya masih ada juga orang yang memiliki banyak uang tidak merasakan kebahagiaan melainkan kehampaan, maka dari itu berarti uang tak bisa juga membuat orang merasakan kebahagiaan. 

Kebahagiaan adalah suatu perasaan yang kerapkali hadir dalam perasaan manusia ketika ada suatu momentumnya. Tak jarang juga, bahwa kebahagiaan dianggap suatu perasaan yang hadir karena jatuh cinta, menang lotre, dll. Jika hanya sebatas itu bisa membuat kebahagiaan, maka makna kebahagiaan itu dikerdilkan oleh orang-orang. Kebahagiaan itu yang menciptakan diri kita sendiri, hal sesederhana mungkin aja bisa membuat bahagia apalagi hal yang luarbiasa. Kalau dari diri kita nya bisa menciptakan kebahagiaan maka hal sekecil, sesederhana itu bisa terlihat sebesar dan seluar biasa. Oleh sebab itu, jangan mengkerdilkan arti kebahagiaan yang disandingkan dengan materil saja. Padahal sifat kebahagiaan itu abstrak, tak terduga dan tak disangka. 

Tak bisa dipungkiri dalam hidup selalu diiringi dengan hukum polaritas. Ada bahagia dan sedih, tawa dan tangis, baik dan buruk, dan bagus dan jelek. Seringkali kita hanya menginginkan yang bahagianya, ketawanya, baiknya dan bagusnya saja. Tapi, tidak mau menerima hal yang berlawanannya. Padahal itulah keadaanya,yang tak bisa dihindari. Karena setiap orang itu punya jatah jatunya masing-masing dengan cara yang berbeda tapi dengan tujuan yang sama. Yaitu tujuan yang menjadikan setiap orang bisa menjadi lebih kuat, bijaksana dan bersyukur. 

Bumi berputar tak hanya mengelilingi seseorang, sebuah ungkapan yang sering ditujukan kepada orang egois. Memang betul egoistis dalam pribadi seseorang itu tidak bagus. Jelas memang itulah sifat dari manusiawinya. Namun, terkadang ungkapan itu hanya ditujukan kepada orang egois saja, padahal yang menujukan itu pun sebetulnya juga egois. Sebab, orang lain pun tahu bahwa bumi berputar tak hanya mengelilingi seseorang saja. 

Jadi, kita ini adalah lakon hidup kita sendiri. Semua hal yang kita rasakan, lakukan atas kehendak kita sendiri. Dengan adanya akal pikiran dan hati kita bisa menjalakan hidup ini sebagaimana mestinya. Karena hidup terlalu luas bagi kita manusia yang terlalu kecil. Proses pencarian yang tak menemukan titik terangpun kini sia-sia. Sejatinya hidup bukan mencari tapi menjadi. Semisalnya, Kita sadar kurang baik tapi kita ingin mendapatkan jodoh yang baik, maka yang utama kita harus jadikan lebih baik dulu diri kita dari sebelumnya. Jika kita ingin usaha yang membuahkan hasil, maka usaha kita harus itensif. 

Bukan perihal mencari yang terbaik dan sempurna melainkan menjadi lebih baik dan menyempurnakanlah yang lebih bernilai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun