Mohon tunggu...
Muhammad Syamsul Arif
Muhammad Syamsul Arif Mohon Tunggu... Freelancer - Berjuang .....

Alumni YAPI, Bangil, Jawa Timur dan Al-Mustafa International University, Republik Islam Iran

Selanjutnya

Tutup

Politik

Eksekusi Mati yang Berbuntut Panjang

7 Januari 2016   14:55 Diperbarui: 7 Januari 2016   16:19 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Syaikh Nimr Baqir Al-Nimr dalam beberapa hari ini menjadi buah bibir masyarakat dunia. Semua ini tidak lain lantaran ketulusan perjuangan mujahid sejati Islam ini dalam memperjuangkan hak-hak rakyat Arab Saudi.

Syaikh Nimr ditangkap oleh pihak keamanan Arab Saudi pada tahun 2012 lantaran menggerakkan demonstrasi massa guna memprotes kebijakan-kebijakan pemerintah yang mendikreditkan rakyat. Pengadila Kriminal Arab Saudi pun menjatuhkan pidana eksekusi mati atasnya dengan tujuan "mengangkat senjata, tindakan menyulut pertikaian kabilah, dan tidak menaati Wali Amr". Pidana ini pun akhirnya dijalankan pada 2 Februari 2016 lalu, [Wikipedia].

Terlepas dari kewenangan yang dimiliki oleh Arab Saudi untuk menghukum setiap penentang kebijakan privat mereka dan apakah sekadar memprotes kebijakan sebuah negara meniscayakan pidana eksekusi mati, eksekusi mati itu pun menuai protes dunia. Mulai dari negara-negara berpenduduk Syiah seperti Iran hingga negara-negara beragama non-Islam seperti India.

Sasaran bidik para demonstran adalah satu: kedubes dan konsulat Arab Saudi di negara-negara mereka. Akan tetapi, dari sekian demonstrasi kecam Arab Saudi yang menggema dunia ini, demonstrasi warga Iran di Tehran tampil beda dan menjadi sorotan dunia. Demonstrasi yang terjadi di ibukota Negeri Mulla ini membuahkan pemutusan hubungan diplomatik antara Tehran dan Riyadh. Pasalnya, seperti diklaim oleh Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, para demonstran melakukan aksi brutal memasuki kedubes Arab Saudi di Tehran dan membakar rumah diplomat ini. Spontan, Adil Al-Jubair Menteri Luar Negeri Arab Saudi kebakaran jenggot dan menyatakan hubungan diplomatik dengan Tehran putus. Tentu, pengambilan keputusan ini sangat tergesa-gesa dan tidak dilandasi oleh usaha tabayyun yang kongkrit.

Seandainya Al-Jubair mau bersabar dan menghadapi masalah dengan kepala dingin, tentu eksekusi mati itu tidak akan berdampak parah seperti ini. Atau ia memang langsung kebakaran jenggot lantaran hal itu sudah direncanakan sebelumnya.

Dalam sebuah penyidikan perdana yang dilakukan oleh pihak berwenang Iran ditegaskan bahwa aksi pembakaran itu sangat ganjil dan meragukan. Sepertinya memang ada unsur-unsur kesengajaan untuk membakar kedubes Arab Saudi sehingga aksi demonstrasi itu bisa dijadikan senjata untuk menekan Iran di mata internasional. "Api di kedubes Arab Saudi itu telah membara sebelum para demonstran tiba di TKP," ujar salah seorang petinggi keamanan Iran, [Shabestan, 5-1-2016].

Tentu, untuk mengetahui duduk persoalan dengan benar dan kongkrit, kita masih menunggu hasil penyidikan pihak berwenang Iran di masa mendatang. Kita berharap, hasil penyidikan ini bisa mengurangi ketegangan dua negara yang sekarang ini merupakan dua kekuatan penting di Dunia Islam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun