Mohon tunggu...
Muhammad Muflih
Muhammad Muflih Mohon Tunggu... Bankir - Aktivis Muhammadiyah. Bankir Syariah.

@muflih_h on twitter -- hidayatmuflih.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi untuk Koruptor 'Terhormat'

7 Desember 2012   00:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:04 2729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak tahun 1995, Transparasi Internasional telah menerbitkan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) setiap tahun yang mengurutkan negara-negara di dunia berdasarkan persepsi (anggapan) publik terhadap korupsi di jabatan publik dan politis. Nah, di tahun 2012 ini, Transparency International Indonesia (TII) kembali merilis Indeks Persepsi Korupsi. Hasilnya, Indonesia menempati peringkat 118 dunia dengan skor 32 (rentang indeks 0-100, 0 berarti paling korup dan 100 berarti amat bersih). Menurut Sekjen TII, Natalia Soebagjo, skor 32 menunjukkan Indonesia masih belum dapat keluar dari situasi korupsi yang sudah mengakar. IPK yang dibuat TII, masih menurut Natalia, berasal dari 13 survei yang dilakukan oleh lembaga-lembaga survei Internasional. Terlepas dari objektif atau tidaknya survei tersebut, yang jelas kita sepertinya memang harus prihatin dengan berbagai kasus korupsi yang melanda negeri ini. Skor 32 malah lebih tergambar jelas ketika kita menonton berita di televisi; kasus hambalang-nya Nazarudin CS, kasus Hartati Murdaya, simulator SIM korlantas, kasus Century yang belum kunjung usai, dan masih banyak lagi yang kecil-kecil. Sebagai bentuk keprihatinan, saya memberikan sajak di bawah ini untuk semua kompasioner. Ini adalah karya guru saya, K.H. Adang Qomaruddin, BA. Koruptor, Kadang kala mereka korupsi tak didorong oleh tekanan ekonomi Melainkan karena mental tamak, rakus, dan serakah Tidak jera-jeranya mencuri uang negara, yang pada hakikatnya adalah uang rakyat Karena iman mereka sudah rusak, pikiran mereka sudah picik, mental mereka sudah bobrok. Memang aneh tapi nyata Tidak sedikit yang akhlaknya hancur Dengan segala bentuk kemaksiatan mereka tergiur Halal dan haram bercampur baur Kemudian jalan hidupnya menjadi ngaur. Tidak sedikit lembaga keluarga yang tidak teratur Orang tua tidak jadi tolak ukur Disiplin longgar, tanggung jawabnya kendur Akhirnya, sepak terjang hidupnya jadi ngelantur. Begitu pula rakyat Indonesia, rata-rata hidupnya mundur Tidak banyak yang maju karena otaknya tidur Imannya tipis pendiriannya luntur Akhirnya, banyak yang sengsara nyaris terkubur. Para pejabatnya banyak yang tidak jujur Sikapnya hedonistik, materialistik, dan takabur Tindak tanduknya cuek, santai, dan tidak bersyukur Tak perduli rakyatnya terbentur dan tersungkur. Negara yang seharusnya subur Gemah ripah di bawah naungan Allah yang maha ghafur Tapi ternyata, kini kejayaannya menanti lebur. Dimana-mana ada tikus Yang doyan akan fulus Yang selalu membuat ulah dan kasus Nafsu serakahnya selalu haus Mengurus dirinya saja tidak becus Ujian hidupnya tidak lulus. Akhlaknya tidak terurus Nilai kemanusiaannya minus Jiwanya seperti kardus Mentalnya tamak dan rakus Tidak pernaha jera sebelum perutnya meletus. Uang rakyat ia gerus Merusak negara secara halus Tetapi, akibatnya sangat serius Tak peduli bangsanya collapse menanti pupus. Wahai tikus Harga dirimu kerdil dan kurus Sosok hidupmu tidak bagus Kapan engkau bertobat secara tulus? Semoga mengisnpirasi. Salam Anti Korupsi !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun