Mohon tunggu...
Muhammad Hatta
Muhammad Hatta Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Staf Dokter Badan Narkotika Nasional

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

27 Juni dan Warisan Pemimpin

27 Juni 2018   10:39 Diperbarui: 27 Juni 2018   11:13 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah bangsa besar jika terdapat seseorang yang tetap menanam sebatang pohon walau ia tahu takkan pernah dapat menikmati keteduhan pohon tersebut. (pepatah Yunani kuno)  

Jika saja Jenderal Dwight Eisenhower hanya seorang militer birokrat biasa,  maka Rakyat Amerika Serikat(AS) takkan pernah menikmati rangkaian panjang jalan tol bebas hambatan yang kini menjadi urat nadi perekonomian negara adidaya tersebut. 

Berawal dari  rasa penasaran melihat tentara musuh yang dilawannya dalam Perang Dunia II, tentara  Jerman bak hantu , dapat muncul dan hilang tiba-tiba di segenap penjuru negeri fasis tersebut. Rasa tersebut sirna berganti takjub ketika ia berhasil memimpin pasukan GI Joe ke tengah kota Berlin. 

Disana ia melihat rangkaian Reichsautobahn; jalan-jalan mulus bebas hambatan yang mengular dari pusat Berlin hingga ke pinggiran kota. Iapun berjanji akan membawa pulang konsep buatan insinyur NAZI Jerman tersebut ke negara asalnya. Waktu itu, jalan-jalan yang menghubungkan propinsi-propinsi (states) di AS hanyalah satu jalur selebar 5 meter yang diberi marka jalan seadanya.

Namun visinya baru bisa diwujudkan tatkala dilantik menjadi Presiden AS yang ke 34 pada pertengahan  1950an. Iapun setengah memaksa Kongres (DPR AS) untuk menandatangani Undang-Undang Jalan Tol (Federal Aid Highway Act) Tahun 1956 yang memulai konstruksi  US Route 66 membentang dari kota Chicago(Illinois) hingga Santa Monica(California). 

Mimpi Eisenhower pun telah terwujud jauh melampaui angan-angannya yang paling mustahil. Saat ini, idenya  telah menjelma menjadi gurita jalan tol sepanjang 77 ribu kilometer  yang telah menginspirasi kedai-kedai kecil Mc Donalds yang semula hanya merupakan persinggahan pengguna jalan tol, menjadi  waralaba dunia yang meraksasa. 

Rangkaian jalan ini  resmi dinamai Dwight D Eisenhower Interstates and Highway Systems guna menghormati mantan panglima tentara AS di Perang Dunia ke 2 tersebut. Walau tak menikmati jerih payahnya, Eisenhower telah meninggalkan sebuah warisan(legacy) yang membuat namanya abadi di hati masyarakat AS.

Banyak pemimpin-pemimpin di penjuru dunia yang telah meninggalkan "warisan" bagi masyarakatnya.Di India, hari kelahiran Jawaharlal Nehru  diperingati setiap tahunnya sebagai hari kanak-kanak se India(Bal Diwas). Hari tersebut , 14 November, untuk mengenang Perdana menteri pertama India tersebut yang sangat menyayangi anak-anak. 

Di AS,  Hari kelahiran Martin Luther King Jr  dijadikan hari libur nasional sebagai penghormatan masyarakat negara adidaya tersebut  pada "warisan" tokoh perjuangan hak-hak kulit hitam yang melegenda lewat pidatonya "I Have a Dream" itu. Di  Sulawesi Selatan , layak disebut nama Gubernur Syahrul Yasin Limpo (SYL) sebagai sosok pemimpin yang banyak meninggalkan "warisan". Jika berkendara dari  Makassar ke Pare-Pare misalnya, susah untuk tak mengingat beliau sebagai pencetus pembangun jalan dua jalur yang lebar dan mulus tersebut.   

Meminjam kata-kata penulis AS Jim Rohn, merekalah para pemimpin yang menolak fana demi perbaikan kualitas  generasi mendatang. Walau mungkin  tak menikmati hasilnya, nama mereka abadi dan akan terus dikenang. Tak cuma itu, sebuah "warisan" dapat menjadi alat politik pembentuk sebuah dinasti kekuasaan. 

Di India, serupa dengan marga "Kennedy" di AS, keturunan Jawaharlal Nehru telah mempergunakan sebaik-baiknya "warisan" tersebut dan  menguasai panggung politik India hampir 4 dekade.  

Tak mudah meninggalkan sebuah "warisan" yang dapat dikenang. Ia sangat bergantung pada nilai-nilai pribadi (personal values) serta tingkat pendidikan karakter pemimpin yang bersangkutan. "Personal values" yang menghunjam ke lubuk hati akan mengkristal menjadi prinsip-prinsip ilahi pembentuk visi dan misi dalam menjalani suatu amanah kepemimpinan, sedangkan pendidikan karakter membentuk pribadi seorang pemimpin yang lebih peduli dan berorientasi melayani  sesama umat manusia. 

Dalam ajaran agama Islam, prinsip dasar tersebut dibentuk oleh hubungan seseorang dengan penciptanya(hablum minallah), sedangkan karakter dimaknai  sebagai "hablum minannas" bagaimana seorang muslim berhubungan dengan sesama mahluk ciptaan Allah SWT. Keseimbangan antara 2 hubungan horizontal dan vertikal di atas lah yang menentukan mampu tidaknya seorang pemimpin meninggalkan "warisan".  

Kualitas-kualitas tersebut di ataslah yang akan kita cari pada Pilkada 27 Juni 2018 mendatang.  Seperti pepatah Yunani kuno di atas, kita akan memilih calon pemimpin yang kita yakin mau  "menanam pohon walau tahu takkan pernah dapat menikmati keteduhannya". 

Selamat berpesta demokrasi !     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun