Seorang guru bercerita, “Mungkin ini yang dinamakan berkah dari mengajar, karena ngotot tidak ingin meninggalkan pengajaran walau flu berat mendera, Allah menyembuhkan flu saya di tengah pengajaran itu.”
Katanya, “Bagaimana cerita lengkapnya? Pagi itu saya sudah terserang flu berat, rasanya ingin istirahat tapi saya harus mengajar di 3 kelas dari pagi hingga siang.”
Kenapa tidak izin saja?
Merenung sejenak, “Tidak terpikir kesitu, dengan pertimbangan sebentar lagi ujian tiba, materi pelajaran belum diajarkan sepenuhnya. Jika saya izin sakit biasanya yang menggantikan jarang mengajarkan kekurangan materi itu, kadang kelas juga kosong tidak ada yang menggantikan.”
Lalu bagaimana seterusnya?
“Ya... bismillah, kelas pertama yang saya masuki, sempat terpikir untuk menunjuk salah seorang murid dan menuliskan catatanku di papan tulis. Namun, kupikir-pikir, ini hanya akan mencitptakan tradisi baru. Dimana jika guru jika malas menulis, ia akan menyuruh muridnya. Ini hanya akan menjadikan para murid punya alasan yang sama untuk melakukannya kembali ketika menjadi guru kelak. Pernah kutemui, seorang guru izin keluar dari kelasnya ternyata hanya untuk makan pagi. Dengan alasan ia sangat kelaparan belum mengisi perut sejak kemarin. Walhasil, salah seorang muridnya yang kemudian menjadi guru beberapa tahun setelahnya melakukan hal yang sama! Izin keluar kelas untuk sekedar mengisi perut!”
Bukan hanya guru itu, kita juga sering melakukan hal yang sama, kadang kita sebagai guru hanya datang ke kelas, menyuruh murid mengerjakan tugas tertentu, kemudian ia kembali ke ruang guru untuk mengobrol, ngopi, atau baca koran.
“Kemudian saya masuk ke kelas kedua dan tidak ada kendala yang kutemui. Saya tidak banyak menerangkan pelajaran karena kegiatannya adalah hapalan.”
“Sesudah itu sebenarnya saya sudah tidak kuat, ketika mendapat istirahat 1 jam, waktu ini kupakai untuk tidur, biasanya flu akan mereda jika tidur sejenak. Ternyata tidak! Bangun dari tidur flu berat masih menimpaku. Saya paksakan masuk kelas. Sempat terbetik kembali untuk menyuruh murid menulis catatan yang sudah dibuat dan saya kembali istirahat. Tapi niat itu urung dilakukan dengan pertimbangan akan menambah kebiasaan yang tidak layak ditiru dari seorang guru. Maka saya tetap mengajar, menerangkan pelajaran dan menulis sendiri catatan di papan tulis. Dan disinilah anehnya, ketika di tengah penulisan, sempat bersin berkali-kali di awalnya, namun flu yang saya derita kemudian mendadak reda! Ajaib memang. Saya pikir, inikah berkah dari mengajari para murid? Inikah berkah mengajari para pejuang di jalan Allah? (guru tersebut mengajar di pondok pesantren) Tidak itu saja, kondisi tubuh saya terus membaik hingga sore, sehingga bisa melakukan aktivitas lainnya seperti kuliah. Daya saya sembuh tanpa minum obat sebutirpun!”
Subhanallah... semoga bisa menjadi inspirasi bagi para guru lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H