Mohon tunggu...
Muhammad Masrur Islami
Muhammad Masrur Islami Mohon Tunggu... -

seorang yang mendamparkan diri di pulau rempah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Edukasi "In Situ" Pelestarian Pesisir dan Laut

9 Mei 2011   01:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:56 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berapa banyak orang di lingkungan sekitar kita, entah itu di komplek perumahan, tempat kerja ataupun sekolah yang dapat berenang?. Kemungkinan besar jawabannya akan lebih banyak yang tidak bisa berenang daripada yang bisa. Bahkan yang bisapun belum tentu mempelajarinya secara khusus alias mengikuti kursus renang. Kebanyakan yang dapat berenang disebabkan semasa kecilnya memang gemar mandi di sungai atau pantai, sehingga yang ada adalah renang gaya kampung atau asal bisa ngambang. Padahal sebagai negara bahari yang katanya nenek moyang kita adalah seorang pelaut mustinya berenang merupakan suatu keahlian genetis orang Indonesia. Apalagi 60 persen wilayah Indonesia merupakan laut dan terdiri lebih dari 17.508 pulau serta mempunyai garis pantai terpanjang kedua di dunia yaitu mencapai 81.209 km. Jadi, sudah seharusnya kita bisa berenang dan mencintai laut kita.

Meskipun tidak ada korelasi antara kemampuan berenang dengan kecintaan kita terhadap laut namun satu hal yang perlu digarisbawahi adalah kepedulian masyarakat terhadap laut memang masih sangat terbatas. Fenomena tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang laut. Kebanyakan orang menganggap laut hanya hamparan air asin yang biasa-biasa saja dan tempat sampah terbesar dan paling praktis di dunia, dan pada kenyataanya memang banyak kondisi pantai yang dipenuhi sampah-sampah dan itu ditemui hampir di seluruh pesisir Indonesia. Bisa dibayangkan berapa ton sampah yang masuk ke laut tiap harinya.

Minimnya kepedulian dan pemahaman tentang laut dapat disebabkan sistem pendidikan di Indonesia yang belum memberi ruang yang cukup untuk memperkenalkan sumberdaya laut kepada siswa. Dari pengalaman penulis, sejak di bangku SD sampai SMA, pelajaran yang membahas geografi dan kelautan hanya sebatas perjalanan kemaritiman Indonesia dari jaman Majapahit dan Sriwijaya sampai pada cerita pelayaran pedagang-pedagang yang masuk ke Indonesia melalui laut. Kita tidak diperkenalkan akan keindahan Raja Ampat yang ternyata memiliki keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia, Bunaken dengan taman lautnya, Laut Banda, Pulau Lucipara dan pulau-pulau lainnya yang memiliki keindahan panorama bawah laut.

Berdasarkan pengalaman dan kenyataan diatas, maka sudah sewajarnya seluruh elemen masyarakat terutama yang berkecimpung di dunia pendidikan, kalangan akademisi dan pemerhati kelautan untuk memperkenalkan laut kepada anak-anak sejak usia dini. Pemikiran sederhana dari pentingnya upaya ini adalah jika kita telah memperkenalkan sumberdaya yang ada di laut dan manfaatnya dengan baik maka akan timbul kesadaran dan minat untuk melestarikan dan menjaga laut tersebut dengan baik pula. Usaha-usaha untuk mengenalkan laut secara dini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah atunya adalah melalui proses edukasi in situ atau langsung.

Edukasi in situ disini didefinisikan sebagai suatu upaya pemahaman terhadap sesuatu secara langsung di lapangan, misalnya mempelajari kawasan tertentu, tempat bersejarah, bangunan, atau apapun yang dapat memperkaya khasanah keilmuan. Nah, pesisir dan lautan sebagai wilayah yang memiliki ekosistem beragam mulai dari mangrove, lamun hingga terumbu karang dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya merupakan wahana yang sangat mendukung untuk berlangsungnya proses edukasi langsung ini. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan pengenalan pesisir secara langsung kepada siswa-siswa sekolah, mengamati tiap-tiap ekosistem seperti mangrove dan lamun, melakukan penanaman mangrove, gerakan bersih pantai dan berinteraksi dengan masyarakat pesisir. Kegiatan-kegiatan tersebut sebenarnya telah banyak dilakukan baik oleh instansi pemerintah, universitas, sekolah-sekolah maupun kalangan lembaga swadaya masyarakat (LSM) pemerhati kelautan, hanya saja perlu ditingkatkan kembali sehingga mendapatkan manfaat yang optimal sesuai tujuan yang ingin dicapai yakni terjaganya kelestarian laut dan pesisir.... [bersambung]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun