Penyakit demam beradarah dengue (DBD) di Indonesia sampai saat ini masih menjadi masalah. Â Laporan beberapa pemberitaan online beberapa daerah sekarang ini sedang terjadi kasus demam berdarah dengue. Â Beberapa daerah sudah menetapkan KLB seperti di Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah (https://www.banyumaskab.go.id/read/18857/banyumas-klb-kasus-demam-berdarah), Kabupaten Sanggau di Provinsi Kalimantan Barat https://diskominfo.sanggau.go.id/. Â Serta ada himbauan pemerintah daerah ke warganya untuk selalu waspada seperti di provinsi Kalimantan Selatan hal ini terkait dengan penambahan kasus DBD di akhir-akhir ini (https://diskominfomc.kalselprov.go.id/2024/01/19. Â Sedangkan sesuai data dari Kemenkes RI yang dapat diakses lewat Profil kesehatan Indonesia 2020 tentang data sebaran penderita DBD sampai tahun 2020 ada sebanyak 477 (92,5%) kabupaten. Â Kenapa ini bisa terjadi? Â ada 7 alasan yang mendukung setiap tahun terjadi kasus penyakit DBD dan sebaran kasusnya semakin luas.Â
Pertama. Â Bioekologi Nyamuk Aedes sp. sebagai vektor berbagai penyakit dengue (Demam berdarah dengue, cikungunya, zika, demam kuning dan lainnya). Â Nyamuk ini sangat suka hidup dilingkungan manusia baik di kebun sampai di dalam rumah. Kemampuan terbang nyamuk relatif tidak jauh hanya sekitar 500 meter. Nyamuk Aedes sp. mampu bertelur di berbagai lingkungan perairan dan telurnya ditelurkan satu satu. Â Karakter telur mampu bertahan telur terhadap kekeringan. Â Telur Aedes sp. yang mengalami masa kekeringan akan melakukan dormansi. Hal ini yang mendasari saat musim kemarau populasi nyamuk Aedes tidak banyak, namun saat awal musim hujan telur-telur yang mengalami perendaman air hujan akan segera menetas. Â Siklus hidup dari telur menjadi nyamuk hanya membutuhkan 8-12 hari. Â Hal ini yang menjadi alasan awal musim penghujan akan terjadi peningkatan populasi nyamuk Aedes sp. yang cukup tajam.
Kedua. Nyamuk Aedes sp. sebagai vektor penyakit DBD Indonesia adalah Aedes aegypti, Ae. albopictus dan Ae. scutellaris. Â Dari mana nyamuk Aedes sp. ini mendapatkan virus DENV? Â Ada 2 teori nyamuk Aedes sp mendapatkan virus ini (1) secara horizontal yaitu dari menghisap darah penderita, nyamuk secara tidak langsung mendapatkan virus dari aktivitas menghisap darah orang yang mengandung virus dan (2) secara vertikal yaitu nyamuk dewasa memberikan virus ke larva melalui jalur transovarial (telur yang mengandung virus).
Ketiga. jenis Virus DENV di indonesia tidak hanya 1 variasi/serotipe tetapi ada  5 serotipe. Sebaran dari kelima serotipe DENV ini di Indonesia berbeda-beda ada yang satu daerah semua serotipe ada, ada yang hanya beberapa serotipe DENV.  serotipe saat menginfeksi, ada infeksi tunggal dan ada infeksi lebih dari satu serotipe sehingga menampilkan sindrom juga berbeda-beda.Â
Keempat. Â Perkembangan tranportasi di Indonesia saat ini sangat pesat. Semua kabupaten di Indonesia terjangkau tranportasi. Â Hal ini meningkatkan mobilitas manusia dan barang. Â Orang pembawa virus DENV yang tidak merasa sakit melakukan perjalanan secara tidak langsung juga membantu penyebaran virus ini. Â Hal yang sama terjadi pada telur Aedes sp yang menempel pada kontainer barang yang diangkut oleh berbagai alat transportasi maka secara tidak langsung mambantu penyebaran nyamuk.
Kelima. Â Kenaikan temperatur wilayah. Â Pemakaian bahan bakar fosil dan berkurangnya tumbuhan disuatu wilayah akan menaikkan suhu wilayah tersebut. Â Nyamuk menyukai wilayah yang hangat. Â Suhu yang tinggi akan mempercepat waktu siklus nyamuk sehingga populasi nyamuk meningkat tidak begitu lama.
Kenam. Berkurangnya Predator. Â Saat ini mulai sulit menemukan kodok, capung di sekitar lingkungan rumah. Â Kodok dan capung merupakan predator nyamuk dengan mobilitas yang tinggi. hilangnya kedua spesies ini juga membantu populasi nyamuk tetap tinggi.
Ketujuh.  Musim hujan.  BMKG memperkirakan awal musim penghujan di Indonesia tidak merata diperkirakan bulan Oktober – Desember 2023. Hujan yang mulai rutin terjadi di setiap hari, air hujan akan segera memenuhi wadah-wadah atau cekungan baik dari peralatan yang dibuat oleh manusia seperti ban bekas, botol kemasan air minum, kemasan cat dll, maupun cekungan yang dibuat oleh alam seperti cekungan bagian bagian pohon, daun berguguran, bekas buah kelapa muda yang terbelah. telur-telur aedes sp yang belum menetas di saat musim kemarau kemudian terendam air hujan akan segera menetas.  Ketersediaan makanan berupa sisa-sisa bahan organik seperti serasah daun yang berlimpah akan mempercepat pertumbuhan larva menjadi nyamuk.  Disisi lain belum adanya predator dan parasit larva nyamuk mempercepat pertumbuhan populasi nyamuk.
Minimal ada 3 kegiatan bersih-bersih lingkungan rumah yang perlu dipersiapkan menghadapi lonjakan populasi nyamuk Aedes sp. di awal musim hujan yaitu (1) membersihkan lingkungan rumah dari wadah-wadah yang berpotensi diisi air hujan dengan cara mengumpulkan dan diberikan ke pengumpul barang bekas untuk didaur ulang atau dikubur jika ada lokasi penguburan; (2) membersihkan sampah organik (serasah daun dan batang) dengan cara mengubur atau mengumpulkan ke tempat pembuangan sampah dan (3) terhadap wadah wadah air di dalam rumah dengan 3 M (mengubur wadah air yang tidak terpakai, menguras dan menutup wadah air yang digunakan setiap hari). Semoga dengan persiapan ini populasi nyamuk Aedes sp. tidak banyak sehingga tidak terjadi kasus DBD di lingkungan anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H