Menurut opini saya, sebenarnya jodoh, ajal, dan rejeki itu sedikit mirip dengan sholat, saya akan menganalogikannya seperti ini:
Misalnya kita sedang dalam suatu perjalanan naik motor menuju suatu tempat, dan ditengah perjalanan ini kita tahu bahwa waktu sholat sudah hampir masuk, maka akan ada beberapa tipe orang yang bisa kita klasifikasikan sebagai berikut:
1. Â Â Orang ini akan meneruskan perjalanannya meskipun ditengah jalan ia telah mendengar adzan berkumandang, "baru adzan kok, belum iqamah", mungkin ini yang ada dalam pikirannya, hingga ketika ia mendengar suara iqamah ditengah perjalanannya baru kemudian ia berhenti dimesjid terdekat untuk mendirikan sholat. Konsekuensinya, orang ini berpeluang tidak sempurna wudhunya, tidak sempat memeriksa sekitar pakaiannya apakah ada kotoran/hadats yang bisa saja menempel ketika ia dalam perjalanan, dan tentu saja ia berpeluang besar masbuq dalam sholatnya.
2.   Orang ini akan meneruskan perjalanannya meskipun ditengah jalan ia telah mendengar suara tilawah/shalawat mesjid  terdengar, "masih ngaji kok, belum adzan", mungkin ini yang ada dalam pikirannya, hingga ketika ia mendengar adzan ditengah perjalanannya baru kemudian ia berhenti dimesjid terdekat untuk mendirikan sholat.Â
Konsekuensinya, orang ini mungkin saja ingin buang air kecil dahulu sesuai sunnah nabi, kemudian memeriksa kebersihan pakaiannya dan (mungkin jika ada) mengenakan sarung atau pakaian sholat yang ia bawa dari rumah, namun sayangnya orang ini berpeluang tidak akan mendapatkan sholat sunnah rawatib dan sholat sunnah tahiyatul masjid karena singkatnya jeda antara adzan dan iqamah telah ia gunakan untuk persiapannya sebelum sholat, atau kalaupun dapat maka ia mungkin akan terburu-buru atau kurang tenang/khusyu' dalam sholat sunnahnya itu karena memikirkan waktu iqamah yang sudah dekat.
3. Â Â Orang ini akan meneruskan perjalanannya selama ditengah jalan ia belum mendengar suara tilawah/shalawat mesjid terdengar, "belum ngaji kok", mungkin ini yang ada dalam pikirannya, hingga ketika ia mendengar suara tilawah/shalawat terdengar baru kemudian ia singgah dimesjid terdekat untuk melaksanakan sholat.Â
Konsekuensinya, orang ini mungkin saja ingin buang air kecil dahulu sesuai sunnah nabi, kemudian memeriksa kebersihan pakaiannya dan (mungkin jika ada) mengenakan sarung atau pakaian sholat yang ia bawa dari rumah, untungnya orang ini memiliki waktu yang cukup untuk melakukan itu semua bahkan sebelum adzan berkumandang sehingga ia bisa sholat sunnah tahiyatul masjid dengan tenang tanpa khawatir waktunya tidak cukup, hal yang sama juga berlaku untuk sholat sunnah rawatibnya, maka ketenangannya ketika sholat sunnah itu akan berdampak baik ketika ia mendirikan sholat fardhunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H