Determinan (Faktor yang Mempengaruhi) Perkembangan Sosial-Emosional
Perkembangan sosial-emosional seseorang tidak terjadi secara alami, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi. Faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi faktor internal (yang berasal dari dalam diri individu) dan faktor eksternal (yang berasal dari lingkungan).
A. Faktor Internal
Faktor internal adalah aspek bawaan atau yang berkembang dalam diri individu yang memengaruhi cara mereka berinteraksi secara sosial dan emosional.
Temperamen
Temperamen adalah sifat bawaan yang memengaruhi respons seseorang terhadap lingkungan.
Contoh: Anak yang memiliki temperamen "mudah" cenderung bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri, sedangkan anak dengan temperamen "sulit" mungkin lebih reaktif dan sulit beradaptasi.
Temperamen juga menentukan apakah seseorang cenderung menjadi pemalu atau percaya diri dalam situasi sosial.
Kesehatan Mental
Masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) dapat menghambat perkembangan sosial-emosional.
Contoh: Anak dengan kecemasan sosial mungkin menghindari interaksi sosial sehingga kurang terampil dalam membangun hubungan.
Kecerdasan Emosional
Kemampuan bawaan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi sendiri serta memahami emosi orang lain.
Orang dengan kecerdasan emosional tinggi lebih mudah membangun hubungan yang positif.
Faktor Genetik
Beberapa aspek kepribadian dan emosi dapat dipengaruhi oleh genetik, seperti tingkat kepekaan terhadap stres atau kecenderungan untuk bersikap optimis.
B. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah lingkungan dan pengalaman yang memengaruhi perkembangan sosial-emosional individu.
Keluarga
Hubungan Orang Tua dan Anak: Gaya pengasuhan (otoritatif, permisif, otoriter, atau lalai) sangat memengaruhi perkembangan emosi dan kemampuan sosial anak.
Gaya pengasuhan otoritatif (tegas tapi suportif) biasanya menghasilkan anak yang percaya diri dan mampu mengatur emosi.
Gaya pengasuhan otoriter (terlalu keras) dapat menyebabkan anak cenderung takut atau memberontak.
Konflik dalam Keluarga: Pertengkaran antara orang tua atau lingkungan keluarga yang tidak stabil dapat menimbulkan rasa tidak aman pada anak.
Dukungan Emosional: Anak yang mendapatkan dukungan emosional dari keluarga cenderung memiliki kemampuan sosial-emosional yang lebih baik.
Sekolah
Sekolah adalah tempat penting untuk belajar keterampilan sosial seperti kerja sama, empati, dan penyelesaian konflik.
Guru yang mendukung dapat membantu anak mengembangkan keterampilan emosional melalui interaksi yang positif.
Lingkungan sekolah yang tidak ramah, seperti adanya bullying, dapat menghambat perkembangan ini.
Lingkungan Sosial dan Teman Sebaya
Anak belajar banyak dari teman sebaya melalui proses observasi, imitasi, dan interaksi.
Hubungan yang sehat dengan teman sebaya membantu anak belajar kerja sama, komunikasi, dan penyelesaian konflik.
Sebaliknya, pergaulan yang buruk dapat menyebabkan perilaku menyimpang.
Budaya
Budaya memengaruhi cara seseorang mengekspresikan emosi dan berinteraksi dengan orang lain.
Contoh: Di budaya Timur, emosi seperti kemarahan mungkin kurang diekspresikan secara terbuka dibandingkan budaya Barat.
Media dan Teknologi
Media sosial, permainan video, dan televisi memengaruhi cara anak memandang dunia sosial.
Paparan media yang positif dapat mengajarkan empati dan keterampilan sosial, tetapi paparan media yang negatif, seperti konten kekerasan, dapat menyebabkan agresi atau kesulitan mengatur emosi.
Pengalaman Hidup
Pengalaman positif, seperti keberhasilan atau dukungan dari lingkungan, memperkuat perkembangan sosial-emosional.
Pengalaman traumatis, seperti kehilangan orang yang dicintai atau kekerasan, dapat menyebabkan gangguan emosi dan interaksi sosial.
Sistem Pendidikan dan Kebijakan
Kurikulum yang memasukkan pembelajaran sosial-emosional (SEL) membantu anak mengembangkan keterampilan sosial dan pengelolaan emosi.
Program seperti konseling sekolah dan peer support juga memberikan bantuan dalam mendukung perkembangan ini.
C. Interaksi Antar Faktor
Faktor-faktor di atas tidak bekerja secara terpisah, melainkan saling memengaruhi. Sebagai contoh:
Anak dengan temperamen pemalu (faktor internal) mungkin lebih sulit menjalin hubungan sosial jika tidak mendapatkan dukungan yang cukup dari orang tua dan guru (faktor eksternal).
Sebaliknya, anak dengan tantangan kesehatan mental mungkin berkembang lebih baik jika didukung oleh lingkungan keluarga yang suportif dan akses ke konseling.
D. Implikasi
Bagi Orang Tua: Penting untuk menciptakan lingkungan rumah yang aman, stabil, dan mendukung perkembangan emosi anak.
Bagi Guru: Menyediakan lingkungan sekolah yang inklusif dan mendukung interaksi sosial yang positif.
Bagi Masyarakat: Membentuk komunitas yang ramah anak dan mendukung kesehatan mental serta sosial-emosional.
Bagi Kebijakan: Menyediakan program yang fokus pada pengembangan sosial-emosional di sekolah, seperti pembelajaran sosial-emosional (SEL).
Jika Anda ingin contoh penerapan di dunia nyata atau penelitian yang relevan, saya siap membantu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H