Mohon tunggu...
Muhamad zidan
Muhamad zidan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Futsal, football

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Psikososial

13 November 2024   23:04 Diperbarui: 13 November 2024   23:07 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

perkembangan psikososial 

Teori perkembangan psikososial dari Erik Erikson membahas delapan tahap penting dalam perkembangan manusia, yang berlangsung dari masa kanak-kanak hingga usia lanjut. Setiap tahap ini memiliki konflik psikososial tertentu yang harus diselesaikan untuk mencapai perkembangan yang sehat. Berikut adalah penjelasan mendalam tentang teori psikososial Erikson dan tiap tahapannya:

A. Pengertian perkembangan psikososial

     Erikson mengembangkan teori psikososial dengan fokus pada aspek sosial dan psikologis dari perkembangan manusia. Menurutnya, setiap individu melewati delapan tahap perkembangan yang masing-masing melibatkan krisis atau konflik utama. Kesuksesan atau kegagalan dalam menghadapi krisis ini akan memengaruhi kepribadian dan hubungan sosial individu di tahap-tahap kehidupan berikutnya.

B. Ada 8 Tahap Perkembangan Psikososial Erikson

1. Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (0-1 tahun)

Pada masa bayi, anak mulai belajar apakah lingkungan dan orang-orang di sekitarnya dapat dipercaya atau tidak. Jika bayi mendapatkan cinta, perhatian, dan perawatan yang konsisten, mereka akan membangun kepercayaan. Namun, jika kebutuhan mereka sering diabaikan, mereka akan merasa dunia ini tidak aman dan penuh ketidakpastian.

2. Otonomi vs Malu dan Ragu (1-3 tahun)

Di tahap ini, anak mulai mengembangkan kemandirian. Mereka ingin melakukan hal-hal sendiri, seperti makan, berpakaian, dan beraktivitas tanpa bantuan. Jika orang tua memberikan dukungan, anak akan merasa percaya diri dan mandiri. Namun, jika orang tua terlalu mengontrol atau mengkritik, anak bisa merasa malu dan ragu dengan kemampuannya.

3. Inisiatif vs Rasa Bersalah (3-6 tahun)

Pada usia prasekolah, anak mulai menunjukkan inisiatif dalam berbagai aktivitas, mulai dari bermain hingga berinteraksi dengan orang lain. Jika didukung untuk bereksplorasi, mereka akan menjadi lebih percaya diri dalam mengambil inisiatif. Jika selalu dilarang atau dihukum, mereka akan merasa bersalah atas keinginan untuk menjadi mandiri.

4. Kerajinan vs Rasa Rendah Diri (6-12 tahun)

Pada usia sekolah, anak mulai belajar keterampilan baru di lingkungan akademik dan sosial. Mereka berusaha untuk merasa kompeten dan produktif. Jika mereka berhasil, mereka akan memiliki rasa bangga dan percaya diri. Namun, jika mereka sering gagal atau menerima kritik, mereka akan merasa rendah diri dan tidak mampu.

5. Identitas vs Kebingungan Peran (12-18 tahun)

Pada masa remaja, individu mulai mencari identitas diri. Mereka bereksperimen dengan peran sosial dan nilai untuk menemukan siapa diri mereka sebenarnya. Jika mereka berhasil menemukan jati diri, mereka akan memiliki identitas yang stabil. Jika tidak, mereka akan merasa bingung atau tidak yakin tentang peran dan tujuan mereka dalam hidup.

6. Intimasi vs Isolasi (18-40 tahun)

Di usia dewasa awal, individu berusaha untuk menjalin hubungan yang intim dan bermakna. Jika mereka berhasil membangun hubungan yang dekat dan harmonis, mereka akan merasa puas. Namun, jika mereka gagal membangun ikatan, mereka mungkin merasa terisolasi dan kesepian.

7. Generativitas vs Stagnasi (40-65 tahun)

Pada masa dewasa tengah, fokus individu adalah memberikan kontribusi kepada generasi berikutnya, baik melalui keluarga, pekerjaan, atau komunitas. Mereka yang berhasil akan merasa berguna dan produktif. Namun, mereka yang tidak merasa produktif mungkin merasa stagnan dan tidak memiliki tujuan.

8. Integritas vs Keputusasaan (65 tahun ke atas)

Pada usia lanjut, individu akan melihat kembali hidup mereka dan menilai pencapaian serta pengalaman hidup. Mereka yang puas akan mencapai integritas, merasakan kedamaian batin, dan menerima hidupnya dengan bijak. Jika mereka merasa banyak penyesalan atau kegagalan, mereka mungkin mengalami keputusasaan dan ketakutan akan kematian.

Kesimpulan dari Teori Psikososial Erikson

Teori Erikson menekankan bahwa setiap tahap perkembangan adalah penting untuk membentuk kepribadian dan hubungan sosial seseorang. Konflik atau krisis di setiap tahap memberi kesempatan bagi individu untuk tumbuh dan berkembang secara positif. Jika setiap tantangan berhasil diatasi, individu akan membentuk kepribadian yang sehat dan seimbang. Namun, kegagalan dalam tahap tertentu dapat berdampak pada krisis psikososial yang berkepanjangan.

Teori Erikson memberikan wawasan yang luas tentang bagaimana faktor psikososial membentuk perkembangan seseorang sepanjang hidupnya dan menjadi salah satu teori utama dalam psikologi perkembang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun