Mohon tunggu...
Muhamad Zidan Pahlevi
Muhamad Zidan Pahlevi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Digital Universitas Negeri Jakarta

Tertarik dalam bidang kehumasan, sepakbola dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Vasili Arkhipov: Perwira yang Berjasa Mencegah Terjadinya 'Kiamat'

19 April 2024   23:39 Diperbarui: 19 April 2024   23:41 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapal selam B-59 milik Uni Soviet di Laut Karibia. Sumber : Arsip Nasional AS

Profil Vasili Arkhipov

Malapetaka, kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana dampak yang akan dihasilkan jika saja perang dunia ketiga benar-benar terjadi. Tidak berlebihan rasanya jika mengatakan bahwa perang dunia ketiga akan mengancam peradaban umat manusia yang telah ada selama ribuan tahun. Hal tersebut didasari oleh perkembangan sains dan teknologi yang semakin mutakhir sehingga manusia mampu menciptakan senjata pemusnah massal mengerikan yang disebut nuklir.

Perang nuklir menjadi momok menakutkan bagi seluruh umat manusia karena dampak kehancurannya yang amat dahsyat. Namun siapa sangka kalau malapetaka tersebut pernah nyaris terjadi di tahun 1962 jika saja seorang perwira angkatan laut Uni Soviet bernama Vasili Arkhipov membuat keputusan yang tidak tepat. Siapakah beliau dan bagaimana ceritanya?

Vasili Alexandrovich Arkhipov lahir pada 30 Januari 1926 di sebuah kota bernama Staraya Kupavna yang berjarak 52 km dari Kota Moskow. Meskipun lahir di dalam keluarga petani yang sederhana, Arkhipov memiliki semangat yang tinggi dan mulai merintis karir di bidang kemiliteran Uni Soviet saat usia remaja.

Ia kemudian mendapat pelatihan di Sekolah Tinggi Angkatan Laut Pasifik dan sempat berpartisipasi sebagai awak kapal penyapu ranjau dalam perang Uni Soviet-Jepang pada Agustus 1945. Arkhipov dipindahkan ke Sekolah Tinggi Angkatan Laut Kaspia dan lulus pada tahun 1947.

Setelah lulus, Arkhipov bergabung dengan angkatan laut Uni Soviet dan bertugas di layanan kapal selam armada Laut Hitam, Utara dan Baltik. Tidak seperti tipikal orang Rusia pada umumnya yang tegas dan cenderung agresif, Arkhipov digambarkan sebagai seorang pria pemalu, rendah hati dan juga sangat tenang.

Perang dingin Amerika Serikat -  Uni Soviet serta Peristiwa krisis misil Kuba

15 tahun berselang tepatnya pada tanggal 15 - 28 Oktober 1962 terjadi sebuah konfrontasi antara dua negara adidaya yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet yang disebut sebagai Krisis Rudal Kuba. Selama rentang 12 hari tersebut dapat dikatakan perang nuklir sudah diujung tanduk, di sisi lain antara Amerika Serikat dan Uni Soviet tengah terjadi perang dingin yang semakin menambah ketegangan kedua negara.

Krisis Rudal Kuba didasari tindakan Uni Soviet yang membantu persenjataan dan menempatkan rudal yang dilengkapi hulu ledak nuklir di Kuba, tindakan tersebut sekaligus menjadi aksi pembalasan atas tindakan Amerika Serikat yang terlebih dahulu menempatkan rudal berhulu ledak nuklir di Italia dan Turki yang dianggap mengancam keamanan Uni Soviet.

Pada tanggal 22 Oktober 1962, Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy muncul ke muka publik dan menuntut agar Uni Soviet segera menarik seluruh rudal yang ada atau Amerika Serikat akan melancarkan serangan militer ke Kuba. Maka, dimulailah minggu-minggu mencekam yang dikenal sebagai Krisis Rudal Kuba.

Foto citra udara keberadaan rudal di Kuba. Sumber : archives.gov
Foto citra udara keberadaan rudal di Kuba. Sumber : archives.gov

Serangan Angkatan Laut Amerika Serikat Terhadap Kapal Selam B-59 Milik Uni Soviet di laut Karibia

Pada saat terjadinya peristiwa krisis rudal Kuba, Amerika Serikat memblokade perairan Kuba untuk mencegah masuknya kapal-kapal pengirim senjata dari Uni Soviet. Tepat di tanggal 27 Oktober 1962, pihak militer Amerika Serikat berhasil mendeteksi sebuah kapal selam B-59 milik Uni Soviet yang berada di kedalaman perairan Kuba dan segera mengirimkan armada angkatan laut yang terdiri dari 11 kapal perusak serta 1 kapal induk (USS Randolph) untuk mencegat dan memperingati kapal selam tersebut agar segera naik ke permukaan.

Namun, cara yang dilakukan armada angkatan laut Amerika Serikat terbilang cukup berbahaya, karena posisi kapal selam yang terlalu dalam akhirnya mereka menjatuhkan depth charge atau bom ledak bawah air secara terus menerus. Mereka tidak tahu bahwa kapal selam tersebut memiliki sebuah torpedo nuklir berkekuatan 10 kiloton yang diperkirakan memiliki kekuatan setara dengan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.

Kapal selam B-59 milik Uni Soviet di Laut Karibia. Sumber : Arsip Nasional AS
Kapal selam B-59 milik Uni Soviet di Laut Karibia. Sumber : Arsip Nasional AS

Situasi menegangkan Vasili Arkhipov dan rekannya di dalam kapal selam B-59

Sementara itu keadaan di dalam kapal selam sudah semakin mencekam dan mencapai titik kritis. Para awak kapal selam yang telah melaut selama sebulan dihantui rasa lelah dan tingkat stres yang tinggi, ditambah persediaan makanan serta air yang terus menipis serta suhu di dalam kapal selam yang hampir menyentuh 40 derajat celcius. Kapal selam mereka juga terus berguncang hebat karena ledakan dari setiap bom yang menghujam kiri dan kanan lambung kapal.

Karena serangan peringatan tersebut, para awak kapal menganggap bahwa perang sudah dimulai, selain itu akses komunikasi mereka dengan Moskow juga terputus sehingga mereka tidak mengetahui informasi apapun dari permukaan. Kapten kapal selam B-59, Valentin Grigoryevich Savitsky kemudian memerintahkan untuk segera meluncurkan torpedo nuklir karena sebelumnya komando tertinggi di Moskow sudah mengizinkan untuk melepaskan torpedo tersebut jika terjadi keadaan genting yang mengancam .

Keputusan heroik Vasili Arkhipov

Keputusan peluncuran torpedo harus mendapatkan persetujuan dari 3 perwira yang ada di dalam kapal selam, sementara itu 2 dari 3 perwira yaitu Valentin Grigoryevich Savitsky sebagai kapten dan Ivan Maslennikov seorang pejabat politik telah menyetujui peluncuran torpedo. Tersisa 1 suara krusial di tangan perwira terakhir yaitu Vasili Arkhipov yang dapat dikatakan dapat mempengaruhi masa depan umat manusia, namun diluar dugaan Arkhipov menolak peluncuran torpedo nuklir tersebut.

Arkhipov menganggap serangan yang terjadi hanyalah bentuk peringatan dari angkatan laut Amerika Serikat agar mereka segera naik ke permukaan dan pergi menjauh, argumen yang disampaikan berbanding terbalik dengan pendapat Savitsky yang menganggap bahwa perang sudah dimulai. Penolakan tersebut langsung menimbulkan perdebatan di antara perwira dan para awak di dalam kapal selam B-59, namun Arkhipov tetap teguh dengan keputusannya dan dengan pembawaannya yang tenang ia berhasil meyakini rekannya agar tidak meluncurkan torpedo ke arah armada Amerika Serikat.

Dikarenakan ketersediaan oksigen yang makin menipis, akhirnya kapal selam B-59 harus naik ke permukaan dan langsung dihadang oleh armada angkatan laut Amerika Serikat. Sesuai dengan perkiraan Arkhipov, tidak ada serangan yang dilakukan oleh armada Amerika Serikat sehingga kapal selam B-59 milik Uni Soviet berhasil
mengontak Moskow dan kembali ke pangkalan dengan selamat.

Penyelesaian konflik

Setibanya di Moskow, Arkhipov justru menjadi sasaran amarah Andrei Grechko (Panglima Pakta Warsawa) karena tindakannya yang menolak untuk meluncurkan torpedo nuklir. Grechko menilai bahwa Arkhipov adalah seorang pengecut dan membuat malu nama besar Uni Soviet atas sikap penolakannya.

Setelah serangkaian peristiwa menegangkan, Uni Soviet dan Amerika Serikat kemudian membuat perjanjian diplomatis yang berisi permintaan Nikita Khrushchev (Presiden Uni Soviet) agar Amerika Serikat tidak menginvasi Kuba jika ingin Uni Soviet mencabut seluruh rudalnya dari Kuba, selain itu Khrushchev juga meminta agar Amerika Serikat juga menarik seluruh rudal mereka dari Turki.

Sebenarnya John F. Kennedy hanya menyetujui permintaan pertama dari Khrushchev tanpa memedulikan permintaan kedua, namun secara diam-diam pihak Amerika Serikat melalui Robert F. Kennedy (Jaksa Agung Amerika Serikat)  menyetujui permintaan kedua dengan mengirim tanda persetujuan secara diam-diam kepada Anatoly Dobrynin (Duta Besar Uni Soviet) di Washington D.C. Setelah 2 minggu yang penuh dengan ketegangan antara kedua negara adidaya, krisis rudal Kuba resmi berakhir pada tanggal 28 Oktober 1962.

Akhir Kisah Perjalanan Vasili Arkhipov

Setelah berakhirnya peristiwa krisis rudal Kuba, Arkhipov tetap melanjutkan karirnya di angkatan laut Uni Soviet dengan pangkat terakhir yaitu sebagai Laksamana Madya. Arkhipov memutuskan untuk pensiun dari dunia militer pada tahun 1981 dan meninggal dunia pada 19 Agustus 1998 di usia 72 tahun.

Mungkin bagi sebagian publik Uni Soviet pada masa itu Arkhipov merupakan seorang perwira pengecut, namun berkat keputusannya tersebut maka perang nuklir dapat dihindari sehingga umat manusia dapat memiliki masa depan yang damai hingga saat ini. Menariknya, pihak Amerika Serikat baru mengetahui bahwa kapal selam yang mereka hadapi memiliki torpedo nuklir pada tahun 2001 saat salah satu kru kapal selam B-59 bernama Vadim Pavlovich Orlov bercerita dalam sebuah reuni militer di Michigan, Amerika Serikat

Dalam sebuah interview di tahun 1949, Albert Einstein pernah berkata bahwa ia tidak tahu senjata apa yang akan digunakan pada perang dunia ketiga, tetapi dalam perang dunia keempat senjata yang digunakan adalah tongkat dan batu. Melalui perkataan tersebut Einstein ingin menyampaikan bahwa jika saja perang dunia ketiga benar terjadi maka senjata yang digunakan akan menimbulkan dampak kehancuran luar biasa di muka bumi. Oleh karena itu kita patut bersyukur hingga hari ini masih dapat menghirup udara kebebasan dan kedamaian serta berharap seluruh konflik peperangan yang terjadi bisa segera mereda.

Muhamad Zidan Pahlevi. Mahasiswa Program Studi Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Digital, Universitas Negeri Jakarta angkatan 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun