Mohon tunggu...
Muhamad Yus Yunus
Muhamad Yus Yunus Mohon Tunggu... Seniman - Sastrawan, dan Teaterawan

Lulusan Sarjana Sastra, Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang. Penulis buku, kumpulan puisi Dukri Petot: Gaya-gayaan, Novel Tidak ada Jalan Pulang Kecuali Pergi, Anak Imaji, dan Sandiwara Kita di dalam atau di Luar Panggung Sama Saja (2020) Guepedia. Pendiri Teater Lonceng, Tangsel. Sekarang menjabat sebagai Redaktur media digital adakreatif.id https://sites.google.com/view/myusyunus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jalanan dan Para Pencari Kebahagiaan

24 Oktober 2023   12:10 Diperbarui: 28 Oktober 2023   10:26 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berawal dari media sosial, sejumlah sosok ini mendadak viral dan populer di tahun 2022. Dari Remaja Citayam Fashion Week, Farel Prayoga, Bunda Corla, Tante Lala, Alif Cepmek, hingga Fajar Sadboy. Namun apa yang terjadi di Citayam Fashion Week kini sudah berlalu. Jalan memang telah memberikan penghidupan bagi mereka, melaui endros dan sejumlah iklan yang mereka tayangka di media sosial. 

Sekilas tidak jauh berbeda dari tukang cangcimen, minuman keliling, sopir angkot, petugas jalan TOL, dan lain sebagainya. Namun ketika Citayam Fashion Week mereda, hilang kini pendapatan mereka mulai surut pula.

Entah kenapa masyarakat kita sangat tertarik dengan jalan baru, bahkan momen ini saya saksikan sendiri dengan mata telanjang. 

Saat itu hari sudah memasuki suasana sore, saya hendak pulang kuliah dari Pamulang ke Limo melewati sebuah jalanan yang menghubungkan Tangsel dengan Depok di salah satu jalan daerah Pondok Cabai. 

Sebelumnya orang-orang Depok yang bekerja di Tangerang, atau orang-orang Tangerang yang bekerja di Depok biasanya mereka melewati Jalan Kayu Manis, atau Jalan Bandung untuk memasuki wilayah Cinere dan Limo. 

Namun sore itu penampakannya berbeda. Orang-orang dengan antusias dan gembira melewati sebuah jalan milik suwasta bernama South City, yang baru saja dibuka. Karena penasaran saya turut ambil bagian untuk merasakan jalanan baru itu.

Alangkah terkejutnya mata ini ketika yang terlihat di sana bukan hanya orang-orang bermobil atau bermotor yang hendak pulang kerja saja, tetapi juga banyak para pemuda-pemudi dan warga setempat yang sengaja nongkrong di jalan baru tersebut. 

Mereka sengaja datang untuk menyaksikan betapa indahnya jalanan yang dibuat dengan pasir, semen, batu krikil, dan aspal atau bahkan keringat para kuli yang menetes di adonan material. 

Mereka datang sebagai hadirin budiman di abad yang penuh kemajuan. Sebuah abad yang menjadikan jalan sebagai jalur alternatif dalam menciptakan imajinasi atau bahkan sekedar fantasi kemajemukan. 

Apa yang sudah terjadi di trotoar Sudirman, Citayam Fashion Week, dan South City adalah gambaran betapa jalanan telah memberikan masyarakat kita imajinasi baru. Jalanan tidak hanya sekedar tempat untuk memudahkan kendaraan mengantar manusia atau barang dalam jumlah yang banyak. Tetapi jalanan pula telah menggiring imajinasi mereka terhadap kemodernan dan apa yang disebut dengan kemajuan semu. Meskipun begitu mereka merasakannya sebagai hiburan dari rasa suntuk. 

Sebuah hiburan di mana jalanan yang dianggap indah dan menakjubkan bertemu dengan kejenuhan sehingga menciptakan fantasi dan imajinasi baru tentang rasa kepuasan bantin dan eksistensialis. Apa yang kita lihat hari ini adalah apa yang katanya disebut dengan istilah krisis, akan tetapi benarkah ini krisis?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun