Kebahagiaan apa yang tersimpan pada kaki seorang pengantin yang terus berdiri sepanjang pesta? Kenapa banyak egoisme orang tua di acara pernikahan anaknya?
Pernikahan adalah momem sakral bagi mereka yang sedang membuka pintu gerbang dunia baru, pintu bahtera rumah tangga. Pernikahan adalah sebuah jalan untuk meraih pengakuan sosial.Â
Melalui upacara pernikahan, oleh kacamata sosial pasangan pengantin akan diakui sebagai orang dewasa yang cukup berkomitmen dalam menjalani kodrat sebagai mahluk Tuhan.Â
Tapi siapa sangka dalam upacara pernikahan biasanya kerap terdapat egoisme orang tua Si Pengantin sendiri. Seperti jumlah tamu undangan yang ditentukan mertua, desain undangan yang berbeda untuk tamu dari mertua atau orang tua pengantin sendiri.
Belum lagi keinginan untuk melangsungkan upacara pernikahan sesuai tradisi seperti petuah bapak ibu atau kakek nenek mempelai, pesanan dari orang tua mempelai sendiri yang meminta kesediaan makanan yang tidak boleh biasa, hiburan dangdut yang padahal Si mempelai lebih akrab dengan musik pop atau indie, dan belum lagi durasi pesta yang kerap membuat Si pengantin kelelahan.Â
Dan pertanyaannya adalah apakah pengantin, baik mempelai pria maupun mempelai wanita merasa bahagia dengan semuanya itu? Tentu saja iya. Karena yang ada dipikiran keduanya hanyalah "yang penting bisa menikah" walaupun kenyataannya mereka tersiksa.
Mungkin Anda pernah suatu ketika melihat sebuah tontonan melalui film romamsa, tanpa sepengetahuan Anda tiba-tiba saja muncul adegan dimana terdapat set dekorasi untuk upacara pernikahan yang menurut Anda sangat mempesona, seserhana tapi meriah, simple tapi begitu anggun dan indah.Â
Belum lagi pasti Anda memperhatikan pula, bagaimana suasana dibuat begitu harmonis meskipun upacara pernikahan dilakukan di luar ruangan. Aneka bunga yang indah, dan rumput yang asri serta warnanya yang begitu hijau membuat Anda semakin terpukau.Â
Apalagi pada adegan di film itu, kesan romantis yang ada sangat terasa ketika seorang pemain saxophone mulai memainkan nada. Apa yang terjadi di benak Anda? Perasaan kagum dan kecendrungan untuk menjadikannya sebagai impian pernikahan yang paling ideal.Â
Saat itu pula Anda ingin sekali mengadopsi ide tersebut, akan tetapi semua yang dimainkan di dalam pikiran Anda sebenarnya berawal dari sebuah persepsi bahwa Anda menginginkan sebuah upacara pernikahan yang tidak biasa.Â
Kemudian Anda menyaksikan tampilan upacara pernikahan yang berbeda di dalam tontonan yang secara sengaja Anda saksikan itu, lantas muncullah keyakinan bahwa apa yang Anda lihat memang sangat berbeda, penuh kebahagiaan dan menawan.