Selama ini kita sering sekali bilang "unik"?
Tapi apkah benar unik itu lain dari pada yang lain?
Memangnya unik itu apa sih?
Kenapa kita punya perasaan unik untuk menilai sesuatu?
Apakah unik itu berarti spesial?
Kita sering sekali mendengar kata unik disebutkan. Entah dari kawan, sanak keluarga, guru atau dari mulut kita sendiri. Kemudian kita menganggap bahwa unik adalah sesuatu yang berbeda lain dari pada yang lain.
Sementara ketika Anda mencoba untuk melihat kamus, kata "unik" dijelaskan dengan deksripsi atau rangkaian kata yang menuju kepengertian unik itu sendiri. Yang mana "unik" berarti sesuatu yang berbeda, lain dari pada yang lain.
Padahal ketika kita melihat kamus, yang kita lihat adalah rangkaian kata di mana setiap katanya memiliki konsep sendiri dan dapat kita cari artinya juga di dalam kamus. Dan pernahkah Anda mencari tahu setiap kata yang menjelaskan arti kata "unik"?
Percobaan seperti itu memang rumit, dan membuang-buang waktu, sehingga kita cukup jelas saja dengan arti kata "unik" yang telah dideskripsikan.
Sebetulnya kamus hanya mencoba menjelaskan pengertian "unik" melalui bahasa. "Unik" yang selama ini kita ketahui dan kita kenal, barang kali telah melalui gagasan dari setiap personal yang mengucapkannya. Hanya saja kita tidak benar-benar tahu apa itu unik, selain yang telah dijelaskan oleh kamus saja.Â
Alhasil kata "unik" yang selama ini kita tahu adalah sesuatu yang berbeda, lain dari pada yang lain. Pernahkah Anda memikirkan ulang atau sekedar menanyakan kembali arti kata ini? Apakah sudah benar yang dijelaskan oleh kamus? Ataukah ada bidang ilmu lain yang pernah membahas "unik"?
Mungkin diantara pembaca pernah sekali mengatakan atau memberikan pernyataan bahwa sesuatu itu unik, seperti benda A itu unik, karena Ia terlihat berbeda. Atau benda B juga unik, karena benda itu tidak sama dengan yang lain, dan tidak sama dengan A. Itu artinya benda yang lain selain A dan B juga unik, karena meskipun jumlahnya banyak tetapi mereka tidak sama dengan A dan B.
Lalu apakah kata "unik" itu? Apakah "unik" tidak berlaku untuk jumlah yang banyak? Apakah "unik" itu berarti sedikit, tidak banyak, dan tidak sama?
Kita pastinya mendengar kata "gandul" yang dalam bahasa Jawa berarti "pepaya" sementara pada bahasa sunda "pepaya" disebut "gedang" dan jika kembali ke bahasa Jawa "pisang" disebut "gedang".
Artinya adalah, ada perbedaan pada konsep yang disebut "gedang". Sementara para ahli bahasa menyebut hal ini sebagai sebuah keunikan, karena bahasa bersifat arbiter atau manasuka.Â
Jadi di dalam bahasa "unik" bisa jadi sama, atau pun berbeda. Unik bisa saja hal yang sama di tempat yang lain, namun kesepakatannya berbeda. Seperti halnya ketika memakai celana, kita semua sepakat bahwa celana dikenakkan oleh kaum laki-laki, tetapi bukan berarti celana tidak bisa digunakan oleh kaum perempuan.
Dalam kasus ini mungkin kita menganggap karena perempuanlah yang unik, akan tetapi kita tidak melihat bahwa celana juga memiliki fungsi yang unik. Jadi kita perlu memperluas cara berpikir kita untuk memahami apa itu "unik".
Memamahami "unik" selama ini sebatas pengertian dari dalam kamus bahasa saja, sehingga kita terlalu serampangan dalam menentukan mana yang unik dan mana yang tidak, atau jangan-jangan semua hal itu unik.
Seperti ketika guru menilai semua murid di kelasnya. Ia tidak bisa menyebutkan bahwa A lebih unik dari yang lainnya, karena yang lainnya juga memiliki keunikan yang berbeda. Akan tetapi semua anak di kelas itu adalah murid mereka yang sama levelnya. Dan pastinya sebagian dari mereka sama-sama berjenis kelamin perempuan, atau sama-sama berjenis kelamin laki-laki.
Jadi, "unik" sendiri memiliki hal yang sangat unik untuk dibahas, bukan sekedar melihat artinya di dalam kamus bahasa, akan tetapi lebih dari pada itu. Mari kita pikirkan sekali lagi apa itu unik.
Kita semua adalah murid, dan tentunya kita pernah mendapatkan nasehat dari guru kita sewaktu masih duduk dibangku sekolah dahulu. Khebinekaan adalah hal sangat khas di negeri ini, mengingat negara kita terbentuk dari berbagai suku, budaya, bahasa, dan kepercayaan yang berbeda-beda. Tetapi kita sanggup untuk menjadikannya satu dalam Republik Indonesia.Â
Maka untuk mempertahankannya kita kerap diajarkan untuk memandang semua suku, budaya, bahasa, dan agama di negeri ini sebagai sebuah kekayaan yang "unik". Tentunya karena khebinekaan yang selama ini kita pegang, yang tertulis pada tubuh simbol idiologi bangsa kita ini memiliki keunikan di mata dunia. Sebagai sesuatu yang besar dan luar biasa.Â
Sementara setiap suku, budaya, bahasa, dan kepercayaan kita yang berbeda-beda ini masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Akan tetapi semuanya memiliki kemiripan dan dalam jumlah yang banyak.
Katakanlah suku Jawa memiliki jumlah populasi terbanyak pertama, disusul suku Sunda, Batak, Betawi dan lainnya. Sementara dalam kebudayaan Sunda dan Jawa, ditemukan beberapa kemiripan yang mungkin dipengaruhi oleh garis keturunan yang sama. Tapi kita masih menggunakan kata "unik" untuk memuji masing-masing suku, budaya, bahasa, dan kepercayaan yang ada di negeri ini.
Sesungguhnya "unik" tidak terpaku pada sebuah bentuk fiksi. "Unik" juka bukan sekedar istilah untuk mengekspresikan bahwa sesuatu yang kita lihat, yang kita alami, yang kita rasa, yang kita sentuh adalah sesutu yang menarik dan berbeda, dari pada yang lain. 'Unik" itu sendiri adalah sebuah persepsi, bukan seperti apa yang kita lihat, kita rasa, kita dengar, kita sentuh, dan kita alami.Â
Rasa akan hadirnya "unik" di dalam benak kita bukan hanya sekedar karena kita baru menjumpainya, atau belum pernah merasakannya sebelumnya. Tetapi karena adanya persepsi yang kuat dari dalam isi kepala kita untuk menilai bahwa apa yang kita saksikan adalah sesuatu yang unik.Â
Jelasnya seperti ini, mungkin saja kita pernah memberikan tanggapan tentang suatu barang bahwa barang A itu sangat unik. Tapi kemudian rekan kita menyanggah bahwa A tidaklah unik sama sekali, dan sangat biasa.
Hal ini bukan hanya disebabkan oleh karena kita baru melihatnya, karena bisa jadi rekan kitapun sama-sama baru melihat barang tersebut. Yang membuat Ia tidak merasakan bahwa barang A itu unik adalah karena tidak munculnya persepsi di dalam kepalanya untuk menyebutkan bahwa barang A sangat unik.
Seseorang yang menggemari olahraga sepak bola akan mengatakan bahwa Cristiano Ronaldo adalah sesosok yang unik bersama rivalnya yaitu Leonel Messi.
Akan tetapi bagi seseorang yang menyukai pertandingan Motogp, dan tidak menyukai sepak bola maka Cristiano Ronaldo dan Leonel Messi tidaklah seunik Valentino Rossi. Mungkin masing-masing dari keduanya akan menyebutkan kenapa mereke merasa bahwa idolanya sangat unik. Tetapi sebenarnya mereka saling berlawanan, dan tidak menganggap bahwa lawan bicaranya memiliki idola yang unik sekalipun mereka menggunakan bukti alasan kuat.
Maka mereka tidak akan pernah menemukan kesepakatan bersama, kecuali kesepakatan sepihak. Begitulah "unik", Ia tidak perlu disepakati oleh orang banyak, sekalipun mendapatkan kesepakan dari orang banyakpun tidak akan masalah.
"Unik" pun sebenarnya tidak perlu menggunakan alasan, sekalipun terkdang alasan menjadi cara untuk menguatkan diri bahwa apa yang kita rasakan, dan kita alami adalah sesuatu yang unik.
Kesimpulannya adalah bahwa "unik' adalah unik. Unik berasal dari persepsi, bukan karena seumur hidup kita baru merasakannya, bukan karena Ia berbeda dan lain dari pada yang lain, bukan pula karena kita memiliki alasan dan bukti terkuat bahwa apa yang kita rasa, dan apa yang kita alami adalah sesuatu yang unik. Melainkan bahwa "unik" itu adalah sifat alamiah manusia yang secara sepontan, membaca sesuatu. Yang tentunya dipengaruh karena adanya persepsi, tetapi bukan persepsi karena Ia berbeda, lain dari pada yang lain, atau baru merasakan dan baru melihatnya, akan tetapi karena "Unik" adalah unik itu sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI