Mohon tunggu...
Muhamad Yus Yunus
Muhamad Yus Yunus Mohon Tunggu... Seniman - Sastrawan, dan Teaterawan

Lulusan Sarjana Sastra, Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang. Penulis buku, kumpulan puisi Dukri Petot: Gaya-gayaan, Novel Tidak ada Jalan Pulang Kecuali Pergi, Anak Imaji, dan Sandiwara Kita di dalam atau di Luar Panggung Sama Saja (2020) Guepedia. Pendiri Teater Lonceng, Tangsel. Sekarang menjabat sebagai Redaktur media digital adakreatif.id https://sites.google.com/view/myusyunus

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Alangkah Lucu dan Menggemaskannya Kalimat Satgas Ini!

5 April 2022   06:51 Diperbarui: 13 April 2022   15:23 1390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi berlanjut hingga bulan puasa tahun 2022, satgas bolehkan bukber asal jangan ngobrol. Ini bukan guyonan, tapi ramai jadi konten masal di media sosial. Sungguh alangkah humornya negeri ini.

Masalah berbahasa sepertinya masih menjadi kendala kaum intelek. 

Bukan hanya bagi penduduk urban yang konon katanya banyak didiami orang-orang bertitel dan berpangkat tinggi, para netizen yang awam akan bahasa, yang menggunakan bahasa sebatas pengetahuan, dan pembendaharaan seadaanya saja pun akhirnya menggunakan ketidak tahuannya akan bahasa sebagai guyonan. 

Padahal apa yang kita orang awan guyonkan dengan bahasa tidak lebih dan tidak kurang adalah sebuah penggambarkan akan kebodohan dan kurangnya pengetahuan akan berbahasa. 

Beberapa waktu lalu kita semua menyaksikan di media sosial pemerintah menyampaikan responnya terhadapat hajatan rakyat saat bulan puasa. Acara seperti reuni atau buka bersama kini menjadi sebuah kegiataan yang dianggap oleh satgas covid sebagai hal yang harus dihindari.

Ya, memang pada dasarnya seluruh rakyat Indonesia setuju bahwa protokal kesehatans selama masa pendemi ini masih harus dan tetap dilakukan. 

Dengan kalimat "Boleh Bukber Tapi Dilarang Ngobrol" seolah-olah telah menjadi sebuah solusi untuk mencegah penularan virus corona di bulan puasa. Yang padahal kaliman ini oleh masyarakat awam dianggap menggelitik, dan penuh dengan paradoks jenaka. 

Kita sebagai masyarakat yang waras tidak perlu merasa aneh atau heran dengan kalimat yang dikeluarkan satgas. Barang kali yang dimaksud adalah untuk mengutamakan buka puasa ketimbang bergosip di meja makan, kan jadi sayang-sayang puasanya. 

Atau kalau kita ingin jauh berbaik sangka, dengan tidak mengobrol selama acara bukber berlangsung itu berarti kita tidak hanya sedang menikmati makanan, dan menghargai petani yang menanam beras, tetapi juga kita sedang menjaga diri untuk tidak membahas hal-hal yang dapat merusak acara kebersamaan. Toh tujuan buker itu kan sekedar makan-makan. 

Tetapi bagai mana kalau kita sama seperti kaum awam yang lain, menganggap kalimat "Boleh Bukber Tapi Dilarang Ngobrol" dari satgas sebagai hal yang aneh, lucu, menggemaskan, dan bahkan menggelitik perut serta mulut untuk melepaskan tawa sampai terpingkal-pingkal. Ya, bukber! Ya, pasti ngobrol dong! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun