Kenapa Tuyul Pandai Mencuri?
Apakah Ia Anak Koruptor?
Kita semua pasti sangat familiar dengan kisah hantu bernama Tuyul. Entah jenis hantu apa dia itu. Dari segi fisik dan kelakuan, hantu ini menyerupai seorang bocah dengan kepala plontosnya.
Kisah tentang makhluk gaib yang pandai mencuri uang ini telah populer di acara televisi bahkan sampai ke layar lebar. Di mana isi cerita tentang sang pencuri profesional di jagat halus ini selalu menyuguhkan hal-hal yang mistik dan tentunya menyeramkan.
Di dalam cerita Tuyul ini sebenarnya terdapat hal yang sangat serius untuk diperdebatkan. Dengan melihat simbolik yang terdapat di dalamnya. Modus cerita ini sebenarnya dilatarbelakangi oleh keterpurukkan ekonomi, kemiskinan, kesenjangan sosial, dan ketidakberdayaan manusia dalam mencukupi kebutuhan.
Jika kita lihat di awal cerita, sebelumnya telah ada sepasang manusia yang tengah mengalami kesulitan ekonomi. Mereka digambarkan sebagai tokoh yang di awal cerita telah mendapatkan diskriminasi, kemiskinan, dan kemalangan yang tidak berkesudahan.
Dalih ingin terlepas dari jeratan kemiskinan, sepasang manusia tersebut malahan datang ke seorang dukun untuk mencari pertolongan dengan cara singkat seolah-olah tidak ada cara lain untuk merubah takdirnya sendiri. Si dukun lantas memberikan sepasang suami istri itu Tuyul yang dipercaya dapat memberikannya jalan terang.
Pertanyaannya adalah kenapa kisah tidak berawal dari Apa itu Tuyul? Kenapa ia menjadi Tuyul? Dan bagaimana ia dapat mencuri uang? Siapa yang memberikan kelebihan itu? Siapa Tuyul itu sebenarnya? Dan kenapa ia menyerupai seorang bocah? Siapa ibu bapaknya yang sebenarnya? Apakah ia terlahir begitu saja?
Melalui cerita si bocah plontos dari jagat halus ini kita dapat melihat sisi yang lain dari sekedar menikmati fantasi horornya saja. Pembahasan terkait pertanyaan-pertanyaan di atas akan diuraikan dalam rangkaian paragraf berikut ini.
Refleksi Balas Budi Seorang Anak dalam Kisah TuyulÂ
Orang tua sejatinya adalah seseorang yang paling mengerti tentang kehidupan anaknya. Setidaknya begitukah yang sering dikatakan oleh kebanyakan penasehat, pemuka agama, atau seorang yang bijak. Mereka memiliki posisi yang paling intim untuk menciptakan karakteristik buah hatinya di masa mendatang, sekalipun tanggung jawab tersebut telah dikerjakan oleh seorang guru. Harapan dan cita-citanya adalah sebuah ide tentang masa depan saat kedua kaki lucu mereka menginjak dewasa.
Kasih sayang, dan pemberian orang tua umumnya dikonstruksikan sebagai hal yang tidak terhitung dan wajib untuk menerima balasan dari anaknya. Siapapun itu, laki-laki atau perempuan yang telah dibesarkan oleh orang tuanya secara kontan mendapatkan tanggung jawab besar berupa balas budi atas apa yang telah diterimanya.