Pernahkah kamu melihat seseorang yang moodnya dapat berubah dengan sangat ekstrem? Jika iya, mungkin orang tersebut terkena gangguan Bipolar. Untuk kamu yang belum mengetahui apa itu bipolar, bipolar merupakan suatu gangguan mental yang menyebabkan penderitanya dapat mengalami perubahan perasaan dengan sangat ekstrem tanpa alasan yang jelas. Biasanya penderita bipolar akan dapat mengalami perubahan perasaan dari merasa senang sekali menjadi sangat depresi dengan singkat dan tanpa alasan yang jelas.
Menurut WHO pada tahun 2016 ada sekitar 60 juta orang didunia ini yang terkena bipolar. Ada sekitar 2% dari jumlah total penduduk indonesia atau sekitar 72.600 orang yang terkena bipolar(Rahmadini, 2020). Meskipun sudah banyak sekali kasus bipolar, sampai saat ini belum diketahui apa penyebab utama dari bipolar. Beberapa penelitian dan buku yang ada mengatakan bahwa bipolar kemungkinan adalah penyakit yang diturunkan melalui genetik. Namun, sekali lagi itu hanyalah sebuah kemungkinan.Â
Setelah mengetahui tentang bipolar pasti ada yang bertanya tanya "apa sih yang sebenarnya dirasakan oleh orang yang terkena bipolar?" Nah, kali ini kita akan membahas tentang hal tersebut, ayo simak baik baik pembahasan kita kali ini!
Merasakan Fase Manik atau Mania
Bipolar itu terdiri dari 2 fase atau biasa disebut juga episode, fase pertama yang akan kita bahas adalah fase manik atau mania. Fase manik atau mania ini merupakan fase dimana penderita bipolar akan merasakan perasaan senang atau gembira. Manik didefinisikan sebagai keadaan emosional dengan kegembiraan yang berlebihan, mudah tersinggung, disertai hiperaktivitas, lebih banyak bicara dari pada biasanya, menjadi lebih mudah teralihkan(Davidson, Dkk Dalam Purba, kahija, 2018). Sesuai dengan pengertian atau definisi yang sudah disebutkan dapat kita simpulkan bahwa jika seorang penderita bipolar dalam fase ini akan merasakan perasaan yang mengarah kepada perasaan gembira yang luar biasa, lalu lebih aktif atau bahkan sangat aktif dalam melakukan suatu aktifitas, lebih banyak berbicara, dan perhatiannya juga akan lebih mudah teralihkan, selain itu jika dalam fase ini maka penderita bipolar biasanya juga akan menjadi lebih sensitif dan lebih mudah tersinggung. Nah, selain yang sudah disebutkan sebelumnya penderita bipolar juga biasanya akan merasakan peningkatan kepercayaan diri secara berlebihan.
Merasakan Fase Depresi
Selanjutnya yang akan kita bahas adalah fase depresi. Selain fase manik yang sudah dijelaskan sebelumnya, penderita bipolar juga akan merasakan yang disebut fase atau episode depresi. Berbeda dengan fase manik, jika fase manik lebih menonjolkan emosi yang berbentuk kesenangan, peningkatan kepecayaan diri maka fase depresi akan lebih menonjolkan perasaan yang berkebalikan. Â Depresi didefinisikan sebagai keadaan emosional dimana seseorang akan merasa amat sangat sedih, tidak berarti dan merasa bersalah, menarik diri dari orang lain, dan kehilangan minat untuk melakukan aktfitas yang biasa dilakukan(David, Dkk dalam Purba, Kahija, 2018). Bisa dilihat dari definisi yang sudah disebutkan, fase atau episode Depresi ini sangat berkebalikan dengan fase atau episode manik. Dalam fase ini seseorang akan merasakan perasaan yang amat sangat sedih, merasa bahwa dirinya tidak berarti dan selalu merasa bersalah, lebih memilih menarik dirinya sendiri dari orang lain dan dunia luar, dan kehilangan motivasi untuk melakukan sesuatu.
Merasakan Fase Normal
Penderita bipolar tidak selamanya berada dalam fase manik atau depresi, mereka juga bisa berada dalam fase normal. Dalam fase ini penderita bipolar akan merasakan perasaan yang normal normal saja, tidak merasa senang sekali ataupun depresi sekali. Fase ini biasanya terjadi pada saat masa transisi dari fase manik menuju fase depresi atau sebaliknya. Namun, dalam beberapa kasus bisa saja penderita bipolar tidak dapat merasakan fase ini.
Itu dia pembahasan kita kali ini, semoga ini bisa memperluas wawasan dan bisa berguna buat kamu ya. Kalau kamu merasa pernah atau masih mengalami perasaan perasaan yang sudah dipaparkan sebelumnya, sebaiknya periksakan diri kamu ke psikolog atau psikiater profesional, dan jangan sampai kamu melakukan self diagnose. Terima kasih sampai jumpa dilain waktu.
Sumber:
Purba, R. A., & Kahija, Y. F. (2018). PENGALAMAN TERDIAGNOSIS BIPOLAR: SEBUAH INTERPRETATIVE PHENOMENOLOGICAL ANALYSIS. Jurnal EMPATI, 6(3), 323-329. https://doi.org/10.14710/empati.2017.19762
Rahmadini, A.M. (2020). Perilaku Penemuan Informasi Tentang Kesehatan Di kalangan Penderita Bipolar Di Daerah istimewa Yogyakarta(DIY). Â Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Univeristas Airlangga. Surabaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H