Mohon tunggu...
MUHAMAD SYAFIQ ASYAM
MUHAMAD SYAFIQ ASYAM Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Muhamad Syafiq Asyam Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2023

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

FBS MENGABDI: Minimnya Literasi, Hambatan untuk Generasi

25 Oktober 2024   00:29 Diperbarui: 25 Oktober 2024   01:09 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Literasi adalah fondasi utama dalam perkembangan sumber daya manusia. Sayangnya, di Indonesia, minat literasi pada anak-anak, terutama usia sekolah dasar, masih sangat minim. Kondisi ini menjadi perhatian serius, khususnya di era digital saat ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat literasi di antaranya kurangnya akses terhadap bahan bacaan yang menarik, pengaruh media sosial, serta minimnya dukungan dari lingkungan sekitar. Akibatnya, anak-anak kehilangan kesempatan emas untuk mengembangkan keterampilan membaca dan menulis.

Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang menginisasikan Program FBS Mengabdi, yang melibatkan mahasiswa dalam kegiatan pengabdian dan observasi di masyarakat. Pada 17 Oktober 2024, kami melakukan studi lapangan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Iman Banaran. Hasil observasi kami mengungkapkan bahwa minat literasi siswa kelas 4 masih tergolong rendah. Dibuktikan dengan sebagian kecil anak yang menunjukkan ketertarikan tinggi terhadap literasi, terlihat dari jumlah buku yang pernah mereka baca. Sementara itu, sebagian besar siswa lain kurang tertarik mengenai keterampilan literasi, sehingga semangat mereka untuk mengembangkan membaca terhambat.

MI Al Iman Banaran, seperti banyak sekolah lainnya, menghadapi tantangan yang sama dalam meningkatkan minat literasi siswa. Kepala Sekolah MI Al Iman Banaran, Roiz Fauzi, M.Pd., mengungkapkan bahwa sekolahnya kekurangan buku bacaan dan fasilitas perpustakaan yang memadai. "Ruang perpustakaan kami terbatas karena ruang kelas harus diutamakan untuk kegiatan belajar mengajar, sehingga upaya meningkatkan literasi siswa menjadi terhambat," jelasnya. Selain itu, juga menyoroti pengaruh kemajuan teknologi dan globalisasi yang membuat anak-anak lebih tertarik pada gadget dibandingkan buku.

Meski demikian, sekolah tidak tinggal diam. Mereka telah menjalankan berbagai inisiatif, seperti pojok baca dan pembiasaan membaca sebelum pelajaran dimulai. Program perpustakaan keliling yang sempat berjalan juga membantu meningkatkan minat baca siswa, meskipun saat ini program tersebut terhenti karena padatnya kegiatan sekolah. "Kami berharap ada bantuan buku dan sosialisasi tentang pentingnya literasi agar siswa lebih tertarik membaca," tambahnya.

Seiring dengan perkembangan teknologi, sebenarnya ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan minat literasi. Akses terhadap buku digital dan program literasi berbasis internet semakin mudah. Peningkatan literasi bukan hanya tugas guru, tetapi tanggung jawab bersama dari orang tua, masyarakat, pendidik, hingga pemerintah. Menanamkan minat baca sejak dini serta mendorong anak-anak untuk mengeksplorasi literasi berbasis teknologi menjadi langkah penting dalam menghadapi tantangan ini. Khususnya pada generasi muda dimana merekalah sebagai harapan bangsa untuk mencapai generasi yang lebih unggul di masa mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun