Lalu mengapa Salatiga ditetapkan sebagai pilot project vanili di Indonesia?Â
Berdasarkan wawancara yang dilaukan dengan Asosiasi Petani Vanili Salatiga (APVS), saya menemukan sebuah jawaban mengapa produksi vanili di Kota Salatiga begitu produktif.Â
Ternyata di Salatiga ada sebuah program yang mewajibkan satu rumah tangga untuk menanam 10 pohon vanili yang disebut Saga Dasa Ben Vatra. Bibit tersebut merupakan bibit yang telah disertifikasi dan disalurkan oleh Dinas Pertanian Salatiga.Â
Berdasarkan data yang dihimpun dari Pemerintah Kota Salatiga, saat ini jumlah pohon di Salatiga telah mencapai 8.900 batang di lahan seluas 7,74 hektare.
Adanya APVS membantu pemerintah dalam mengelola bibit dan memberikan pelatihan kepada petani, sehingga terjadi sinergi antara pemerintah dengan masyarakat.Â
Selain itu adanya beberapa P4S atau Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya di beberapa kelurahan yang ada di Salatiga sangat membantu pemerintah dalam menyukeskan gerakan ini. Vanili merupakan salah satu rempah yang memiliki harga ekonomis tinggi.Â
Agus Rohyanat di dalam bukunya yang berjudul Vanili : Si Emas Hijau nan Wangi menuturkan bahwa harga polong basahnya saja mencapau 150 -- 200 ribu per kilogram. Bahkan dalam kondisi kering, harganya bisa mencapai 2 -- 3 juta per kilogram.Â
Oleh karena itu, vanili menjadi salah satu komoditas penopang dalam Gerakan Tiga Kali Ekspor atau Gratieks yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian. Di tahun 2020, nilai ekspor vanili mencapai 363,5 ton atau setara dengan 883 miliar rupiah.
Dengan berbagai potensi di atas serta harganya yang menggiurkan, membudidayakan vanili tentu dapat menjadi opsi bagi kita untuk meningkatkan perekonomian keluarga.Â
Namun, ada beberapa hal yang harus digarisbawahi sebelum membudidayakannya yaitu kita harus mengetahui kesesuaian lingkungan tumbuh, teknik budidaya, varietas, dan serangan penyakit pada tanaman vanili sehingga produksinya maksimal.Â
Pencanangan Kota Salatiga sebagai Kota Vanili tentunya membutuhkan kerjasama dari berbagai pemangku kebijakan dari pusat dan daerah, karena membudidayakan suatu komoditas tidak hanya soal menanam saja, lebih dari itu terdapat sebuah sirkulasi dari hulu hingga hilir yang saling berhubungan sehingga produksi vanili hingga pemasarannya saling bersinggungan.Â