Tujuan Artikel ini dirancang untuk memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah SEJARAH PERADABAN ISLAMÂ dengan dosen pengampu Dr. H. Syaeful Bahri, S.AG,MM,CHCM.
oleh: Muhamad SolahudinÂ
Sejarah masuknya Islam ke Indonesia.
Ada beberapa teori yang menegaskan tentang awal masuknya Islam ke Indonesia. Teori-teori tersebut diperkuat oleh adanya bukti-bukti yang mendukung tentang perihal proses masuknya Islam ke Indonesia.
1. Teori Mekkah/ArabÂ
Teori menyatakan bahwa Agama Islam pertama kali langsung dari Arab pada abad ke-7 sampai abad ke-8 M. Yang dibawa oleh para saudagar Arab. kemudian pada teori ini diperkuat dengan adanya tiga bukti yang mendukung teori ini. Pertama, adanya perkampungan Islam di pantai sumatera barat yang diperkirakan sudah ada pada abad ke-7, tepatnya pada tahun 674 M. Hal tersebut, bisa memperkuat prediksi bahwa para saudagar atau pedagang arab telah mendirikan perkampungan di daerah tersebut dari abad ke-4. Bukti yang kedua, berdirinya kerajaan Samudra Pasai yang menganut Mahzab Syafi'i. Bukti yang ketiga, adanya penggunaan gelar Al-Malik pada raja-raja kerajaan Samudera Pasai, ini dinyatakan sebagai bukti sebab gelar-gelar tersebut sering ditemui pada budaya islam di daerah Mesir. adapun kelemahan dari teori ini adalah kurangnya bukti yang menjelaskan peran nya bangsa Arab dalam proses penyebaran Islam di Indonesia.
2. Teori Gujarat
teori Gujarat ini merupakan teori tentang masuknya Islamdan kebudayaan nya ke Indonesia melalui para pedagang yang datang ke indonesia. Teori ini pertama kali di kemukakan dan ditemukan oleh seorang sarjana yang bernama J.Pijnapel pada abad ke-19, Â ia berasal dari Universitas Leiden, Belanda. Menurut J.Pijnapel datangnya Islam ke Indonesia dibawa oleh para pedagang yang berasal dari Gujarat asli yang sudah memeluk agama Islam. Masuknya para pedagang yang berasal dari Gujarat ke Indonesia dengan membawa ajaran agama dan kebudayaan Islam yang diperkirakan pada abad ke-13 M. Lalu para pedagang Gujarat melakukan interaksi dengan penduduk lokal, dari sinilah mulai terjadi asimilasi budaya yang terjadi melalui perkawinan.
3. Teori Persia
 Teori Persia menyatakan bahwa masuknya Islam ke Indonesia terjadi pada abad pertama Hijriyah, atau pada abad ke-7 M. Teori ini beranggapan bahwa masuknya Islam ke Indonesia dibawa oleh para pedagang dari Persia yang bercorak Syi'ah. para ahli sejarah menyatakan bahwa Indonesia merupakan bagian dari operasi dakwah dan wilayah perdagangan kerajaan Persia pada saat itu. Hal tersebut didukung oleh adanya bukti di berbagai daerah. Misalkan, Maulid cikoang dan Tradisi Tabut. Pada kedua tradisi tersebut terdapat lambang-lambang yang berhubungan dengan pada kata taubah. Bukti lainya adalah adanya penggunaan kosa kata dari persia menjadi bahasa melayu atau bahasa Indonesia. misalnya, kata syahbandar yang masih aktual di pelabuhan Indonesia, Brunei dan Malaysia.
4. Teori cina
Teori ini menyatakan bahwa masuknya Islam ke Indonesia pertama kali dibawa oleh para perantau Muslim yang berasal dari daratan cina . teori ini di perkuat dengan adanya beberapa bukti. Mengutip dari penjelasan Jean A. Berlie dalam islam in china (2004), terbentuknya komunitas muslim cina di daerah palembang pada tahun 879 M yang dipicu karena migrasi orang-orang muslim cina dari Kantom ke Asia Tenggara khususnya Indonesia di daerah Palembang. Diantara tokoh pencetus tentang teori cina adalah Slamet Mulyana dan Sumanto Alqurtuby. slamet berpendapat bahwa orang-orang cina berperan aktif membawa ajaran Islam ke Indonesia.
Proses Masuknya Islam dan Perkembangannya di IndonesiaÂ
sejarah mencatat bahwa penyebaran agama Islam serta kebudayaan nya di Indonesia dibawa oleh para pedagang. letak Indonesia yang strategis menyababkan munculnya bandar-bandar perdagangan  yang membantu mempecepat penyebaran tersebut. selain itu ada cara lain yang dilakukan oleh para mubaligh melalui dakwah.
A. Peranan para pedagang
Para pedagang memegang peranan penting dalam proses penyebaran agama Islam. Para pedagang itu datang dan berdagang dipusat perdagangan yang berada di pesisir pantai. Malaka adalah salah satu pusat transit para pedagang. mereka tinggal di daerah pesisir pantai dalam kurung waktu yang lama untuk menunggu datangnya angin musim. Maka terjadilah kegiatan saling memperkenalkan adat istiadat, Budaya, dan Agama. Bahkan terjadi asimilasi melalui perkawinan, pedagang tersebut berasal dari Arab, Gujarat, dan Persia yang pada umunya beragama Islam. Â
B. Peranan pelabuhan di Indonesia
Pelabuhan juga merupakan pusat perdagangan, bahkan dijadikan tempat tinggal oleh para pengusaha kapal. Di pelabuhan-pelabuhan lah para pedagang memperkenalkan Islam kepada pedagang lain atau ke penduduk setempat. dengan demikian pelabuhan menjadi gerebang masuk dalam penyebaran Islam di Indonesia. Pada perkembangan nya pelabuhan-pelabuhan tumbuh menjadi kota, bahkan ada yang menjadi kerajaan. Seperti, kerajaan Perlak, Samdera Pasai, Palembang, Banten, Sunda Kelapa, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Banjarmasin, Gowa, Ternate dan Tidore. Banyak pemimpin kerajaan yang memeluk agama Islam, akibatnya rakyat pun banyak yang memeluk agama Islam.
C. Peran Wali SongoÂ
Peran wali songo dalam menyebarkan agama islam dengan cara berdakwah. Penyebaran islam dengan cara berdakwah ini berjalan dengan cara mendatangi masyarakat yang menjadi objek untuk berdakwah, dengan menggunakan pendekatan sosial Budaya. Sistem ini memakai bentuk akukturasi, yaitu mengaliri budaya setempat dengan ajaran islam di dalamnya. Selain itu juga para Ulama membangun pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan islam. Penyebaran di pulau jawa dilakukan oleh Wali Songo (9 wali). para wali ini sangat dekat dengan kalangan kerajaan-kerajaan . Dikarenakan dekat dengan kalangan kerajaan mereka diberi gelar sunan atau Susuhunan (yang dijunjung tinggi). kesembilan wali tersebut ialah:
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim).Â
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat).Â
3. Sunan Drajad (Syarifudin).Â
4. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim).Â
5. Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said).Â
6. Sunan Giri (Raden Paku).Â
7. Sunan Kudus (Jafar Sodiq).Â
8. Sunan Muria (Raden Umar Said).
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah).Â
Para wali tersebut, sekalipun banyak kalangan yang berpendapat bahwa dakwah mereka lebih banyak diwarnai nuansa pemikiran tasawuf, tetapi bukan berarti mereka tidak mempertimbangkan aspek-aspek seperti geo-strategis, geo-politis dan lain-lain. Meskipun masing-masing tidak hidup sezaman, tetapi dalam pemilihan wilayah dakwah sepertinya tidak sembarangan. Penentuan tempat dakwahnya dipertimbangkan pula dengan faktor geo-strategi yang sesuai dengan kondisi zamannya. Kalau kita perhatikan, dari kesembilan wali dalam pembagian wilayah kerjanya ternyata mempunyai dasar pertimbangan geo-strategis yang mapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H