Kekhawatiran terbesar saya akan nasib bangsa kedepan setelah Indonesia dinyatakan positif corona adalah akan terjadinya krisis moneter yang berskala besar bahkan mungkin sangat besar.Â
Entah itu terjadi pertengahan tahun 2020 entah tahun 2021. Kenapa penulis bisa berasumsi seperti itu, sampai sepanik itukah mengaitkan kejadian hari ini dengan kejadian di masa datang? Saya punya alasan tersendiri hingga saya berani ngelantur mengatakanya. karena sampai detik ini, yang saya tahu efek virus ini bukan saja menginfeksi manusia, tapi sudah merembet ke hewan.Â
Seperti dari pemberitaan minggu-minggu kemarin dikabarkan bahwa seekor harimau Di Amerika juga ikut terpapar. bayangkan jika corona ini menginfeksi hewan peliharaan dan ternak yang notabene akrab di masyarakat Indonesia seperti kucing, sapi, kerbau, burung, kambing, bebek, dan ayam.Â
Tentunya, bahaya  penyebaranya akan lebih mengkhawatirkan. dan langkah penangananya harus ekstra serius lagi. Tak hanya itu, virus ini juga telah menginfeksi tatanan dunia khususnya politik dan ekonomi, dan tentunya akan sangat mengganggu tatanan kehidupan dunia.
Krisis 2020 atau 2021 nantinya akan sangat berbeda dengan krisis tahun 1998, jika krisis 1998 yang bermasalah hanya sebagian kecil negara yang berhutang dollar namun marketnya atau destinasi eksport masih bagus. Tapi di tahun 2020-2021, Yang collapse bukan hanya produksinya karna bahan baku masih banyak import, tapi destinasi atau marketnya juga bermasalah di negara tujuan. Semua toko tutup sehingga barang menjadi Berlebih dan tentunya tidak bisa kirim. sedangkan overhead produksi terus berjalan. Akhirnya satu persatu akan bertumbangan dengan sendirinya.
Contoh nyata. perusahaan pengiriman eksport sementara ditahan tanpa sebab dan tanpa alasan. Ditambah lagi kebijakan yang sepertinya menggantung seperti sekarang ini(setengah lockdown). dan efek dari dua hal diatas membuat takut para investor, karena harus menanggung ketidakpastian kapan akan berakhirnya.Â
Memang, mengambil langkah lockdown akan membuat lumpuh total sebuah negara. Karena itulah mungkin pemerintah tidak mau ambil resiko. Tapi kebijakan sosial distancing dan phisical distancing yang diterapkan dan tidak full lockdown justeru makin membuat investor panas dingin sakit berdiri.Â
Secara, penyebaran tetap ada tapi jalanan lengang. sopir angkot, ojek online, pedagang keliling, tukang nasi dan lain-lain semua menjerit. karena sekalipun statusnya tidak lockdown tapi masyarakat enggan bepergian. Akibatnya sudah jelas terbayang di depan mata. Dan hasilnya daya beli berkurang karena pendapatan makin merosot.
Tapi, Krisis Moneter yang akan terjadi Di Indonesia seperti ketakuatan saya mudah-mudahan ini hanya sekedar asumsi petani kampung dan mimpi buruk saya di tengah hari yang tidak akan membawa efek apa-apa.
Lalu bagaimana jalan keluarnya? Tentunya pemerintah dengan segala kemampuanya telah mengupayakan yang terbaik buat rakyatnya. Lagi-lagi si petani kampung hanya ingin mengajak semua lapisan masyarakat untuk mengikuti saja dulu anjuran pemerintah.
Cukupkah hanya dengan mengikuti saja dulu, tanpa menyumbangkan sedikitpun pikiran atau gagasan untuk membatu pemerintah?