Seberapa banyak sih hasil menjual 10 butir kelapa, setengah karung jengkol, petai, kopi, melinjo dan lainya. Tetapi sekali lagi mereka mampu bertahan sejahtera dan mewariskan.
Karena apa. Karena orang tua kita zaman dulu menghargai dan menghormati tanah pertiwinya dengan menggarapnya.
Intinya. semua ini adalah pembelajaran untuk bangsa Indonesia, negeri kita tercinta agar mampu memutus tali ketergantungan pada bangsa lain. Apalagi menjadi budaknya.
Negara sedang krisis mental, kita bangun lagi mental kita dengan meniru cara orang tua dulu bertahan hidup. Perbankan kedepan saya harap memberi kelonggaran lagi kepada petani. khususnya petani kecil di desa yang ingin menggarap lahanya. Petani tidak perlu uang banyak dan tidak akan ngotot pinjam ratusan juta rupiah ke bank jika hanya untuk menggarap lahan 1 hektar. tetapi petani perlu biaya sedikitnya 8 juta rupiah ditangan untuk setiap musim tanam padi agar mencapai hasil yang maksimal.
Dan untuk pinjaman uang sebesar 8 juta rupiah itu kami selaku petani kecil berharap tidak perlu lah bank meminta agunan. Cukup tahu petani dan rumahnya, lihat lahan petani dan apa yang sedang ditanamnya, layak atau tidaknya mendapat pinjaman, buat surat perjanjian, cairkan.
Bukan tidak mungkin orang yang tadinya lahanya menganggur, karena ada modal dia mau menggarap, banyak tersedia lowongan pekerjaan bagi pekerja serabutan, larisnya pedagang nasi dan makanan, tengkulak yang selama ini semurah mungkin membeli hasil panen petani karena petani terikat hutang denganya, kedepan dia harus berani bersaing harga dengan para pedagang pasar yang memilih terjun langsung ke sawah. Dan lain lainya keunggulan sektor pertanian seperti yang pernah penulis bahas dalam tulisan Jalan Sawah..