Mohon tunggu...
Muhamad Rohmat NIM 121211054
Muhamad Rohmat NIM 121211054 Mohon Tunggu... Lainnya - Mata Kuliah Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Universitas Dian Nusantara, Nama Dosen: Prof. Dr. Apollo Daito, M. Si. Ak

Hobi Sepak Bola, Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Jawaban Quiz 3, Pengukuran Kinerja Sektor Publik

28 September 2024   13:47 Diperbarui: 28 September 2024   13:48 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedua, ruang publik harus dikelola sedemikian rupa sehingga mendorong dialog yang reflektif. Ini berarti, menciptakan forum atau platform yang mendukung diskusi mendalam, di mana partisipan didorong untuk mempertimbangkan pandangan orang lain secara serius. Misalnya, dalam konteks kota modern, taman kota, forum komunitas, atau media sosial dapat berfungsi sebagai ruang publik di mana diskusi politik yang bermakna dapat berlangsung. Namun, forum-forum ini harus diatur dengan baik, memastikan bahwa partisipasi inklusif dan terbuka bagi semua kelompok masyarakat, terlepas dari status sosial, etnis, atau gender.

Ketiga, regulasi dalam tata kelola ruang publik juga harus mendukung kebebasan berekspresi sambil tetap menjaga tanggung jawab kolektif. Meskipun kebebasan berbicara penting, Arendt mengingatkan bahwa kebebasan harus selalu disertai dengan tanggung jawab. Oleh karena itu, kebijakan yang mendukung pluralitas tanpa memicu perpecahan atau intoleransi harus diterapkan. Pemerintah dan pengelola ruang publik harus memastikan bahwa ruang-ruang ini bebas dari dominasi kelompok tertentu yang mencoba memaksakan pandangan mereka kepada orang lain.

Selain itu, teknologi dan media digital dapat memainkan peran penting dalam mewujudkan vita contemplativa di ruang publik modern. Internet dan platform digital dapat menjadi ruang baru di mana masyarakat dapat mengolah informasi secara mendalam sebelum berpartisipasi dalam tindakan politik. Namun, seperti yang diingatkan Arendt, teknologi juga bisa menjadi alat untuk manipulasi massa jika tidak digunakan dengan bijak.

 

 

Penutup

Dalam pengelolaan ruang publik, vita contemplativa menawarkan perspektif yang sangat diperlukan di zaman sekarang ini, ketika kebijakan sering kali dibuat berdasarkan reaksi impulsif atau tekanan politik yang sempit. Dengan mengadopsi pemikiran reflektif dalam tata kelola ruang publik, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan demokratis. Arendt mengajarkan bahwa kebebasan politik sejati hanya dapat dicapai melalui dialog yang jujur, terbuka, dan didasarkan pada pemikiran mendalam.

Masa depan tata kelola ruang publik bergantung pada seberapa baik kita menggabungkan vita contemplativa dan vita activa dalam kehidupan politik kita. Kedua aspek ini harus berjalan beriringan: kontemplasi mendalam harus melandasi setiap tindakan publik, sehingga kebijakan yang dihasilkan bukan hanya hasil dari kekuatan atau dominasi, tetapi juga dari kebijaksanaan kolektif yang tumbuh dari refleksi bersama.

Selanjutnya, pengelolaan ruang publik harus melibatkan regulasi yang menjaga keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab kolektif. Kebebasan dalam berbicara tidak boleh menyebabkan dominasi satu kelompok atas kelompok lainnya, melainkan harus memfasilitasi dialog yang sehat dan produktif. Dengan memastikan bahwa setiap orang memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi, tata kelola ruang publik yang berorientasi pada vita contemplativa akan membantu menciptakan masyarakat yang lebih demokratis dan inklusif.

Pada akhirnya, tata kelola ruang publik yang berlandaskan pada vita contemplativa dan vita activa adalah tentang menciptakan ruang di mana refleksi mendalam dan tindakan politik dapat bersinergi. Sebagaimana Arendt percaya, hanya melalui proses berpikir dan bertindak bersama, manusia dapat meraih kebebasan politik yang sejati dan menciptakan ruang publik yang adil dan berkelanjutan.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Arendt, "Tanpa pemikiran, tindakan politik kehilangan arah; tanpa tindakan, pemikiran menjadi tidak relevan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun