Mohon tunggu...
Muhamad Rizky Alfadri
Muhamad Rizky Alfadri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Brawijaya

suka menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ibu Hanya Sekadar Gelar

13 Desember 2023   02:15 Diperbarui: 13 Desember 2023   02:48 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ibu merupakan sosok penting dalam peradaban manusia. Setiap manusia yang terlahir di muka bumi ini merupakan hasil jeri payah dari sembilan bulan ibu mengandung. Pada dasarnya Ibu adalah seorang yang mempunyai peran mendidik, mengasuh atau merawat dan memberikan kasih sayang, dan diharapkan dapat ditiru oleh anaknya (Werdiningsih & Astarani, 2012) 

Namun lebih luas daripada itu ibu memiliki peran dalam seluruh aspek kehidupan.  Ibu merupakan cerminan dari sikap yang kita peroleh sejak berusia dini, segala sesuatu tentang apa yang kita pelajari sebagian besar kita dapat dari seorang ibu. Sosok itu pula yang yang sampai saat ini memeberikan rasa kasih , cinta, dan kenyamanan dalam hidup seorang manusia. 

Tapi terlepas dari itu semua, berdasarkan dengan semakin berkembangnya zaman ke arah yang lebih modern, yang dimana kini banyak menghasilkan perempuan yang mandiri dalam pekerjaannya, apakah di masa yang akan datang ibu akan tetap menjadi dan menjalankan perannya sebagai ibu yang kita ketahui selama ini? Apakah nantinya sosok ibu dapat digantikan dengan sosok lainnya? Ataukah ibu hanya sekadar gelar bagi perempuan yang melahirkan dan hanya sebatas itu?

Perkembangan zaman membawa dampak baru bagi kaum perempuan. Kini perempuan tidak lagi hanya bekerja pada batasan yang telah turun temurun ditentukan. Perempuan bahkan dapat setara dalam bidang apapun dengan lelaki. Semakin mandirinya sikap tersebut, banyak perempuan yang kemudian menjadi ibu yang fokus hanya pada pekerjaannya atau faktor lain yang menimbulkan ketakutan untuk merawat anaknya sendiri. 

Hal tersebut membawa dampak yang berkelanjutan, yang dimana banyak perempuan yang memutuskan menikah dan dikaruniai seorang anak, tetapi tidak siap untuk merawat anaknya itu sendiri. Penggunaan jasa babysitter diambil sebagai jalan keluar dari masalah ini, atau bahkan menitipkan sang anak pada neneknya menjadi jalan pintas yang dipilih sebagian ibu di zaman sekarang.

Lalu apakah kasus ini lumrah dan wajar terjadi? Kasus ini tidak akan menjadi masalah jika jasa babysitter digunakan untuk membantu, bukan untuk mengambil alih peran ibu, karena bila kasus ini mengambil alih secara keseluruhan peran ibu, maka definisi ibu juga akan berubah dari yang kita ketahui. Nantinya ibu hanya akan menjadi gelar untuk perempuan yang mengandung dan melahirkan, bukan lagi yang merawat, mengasuh, mendidik, serta membimbing anaknya. Namun yang sampai saat ini dikhawatirkan adalah banyak ibu yang lupa memberi rasa kasih pada anaknya. Banyak anak yang tumbuh tanpa bimbingan langsung dari ibunya, jika hal ini terus terjadi, kemungkinan di masa yang akan datang peran ibu akan semakin luntur.

Dalam hal ini kesadaranlah yang akan menjadi penentu. Kesadaran dalam pembagian waktu dan apa yang harusnya lebih diprioritaskan. Ibu haruslah tetap menjadi ibu. Mungkin cara asuh atau rasa aman terhadap anak dapat di peroleh dari peran pembantu seperti babysitter atau nenek dari anak tersebut, tetapi rasa kasih dan cinta tidak akan pernah sama melainkan ibunya sendiri yang memberi. Menjadi ibu bukanlah perkara siap atau tidaknya, menjadi ibu adalah tanggung jawab dalam kapasitas besar yang berkelanjutan. Perjuangan seorang ibu tidak berhenti pada saat melahirkan, ibu akan terus hidup dalam jiwa sang anak. Maka dari itu apabila seorang anak tidak merasakan sentuh kasih sayang ibunya, maka jiwa anak tersebut akan kehilangan arahnya.

Jadilah ibu yang mengasihi bukan hanya mengasuh. Jangan sampai di masa yang akan datang peran ibu luntur dimakan idealisme pekerjaan tanpa sedikit pun menyadari hak-hak anaknya. Terlepas dari apapun faktor penghambat rasa kasih ibu kepada sang anak, percayalah bahwa tidak akan pernah ada yang bisa menghambatnya. Tidak akan pernah ada tindakan yang salah dalam menyayangi seorang anak, selama itu dilakukan secara langsung dan tanpa perantara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun