Mohon tunggu...
muhamad rizal
muhamad rizal Mohon Tunggu... -

Aku melihatnya berwajah berseri…tenang anggota badannya dan tenang jiwanya. Seakan-akan ia menemukan seorang teman dalam kesepian, (menemukan) kedekatan dalam jauh dan cahaya yang menerangi dalam gelap. “Bisa jadi ini adalah malam terakhir bagiku, maka janganlah kamu tidur hingga pagi….” Dan apabila siang tiba, ia berkata, “Mungkin ini adalah hari terakhir bagiku, maka janganlah pinggang ini merasa tenang hingga sore.” “Wahai jiwa, di depanmu ada tidur panjang…besok kamu akan tidur panjang di kuburan…entah di atas penyesalan atau di atas kesenangan."

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gula dan Kearifan Sang Mahatma Gandhi

30 Oktober 2013   03:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:51 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sepenggal kisah kehidupan Mahatma Gandhi :
Ketika ia masih muda dan tinggal di London, baru belajar hukum tinggal di kamar berukuran kecil bersama ibu semangnya.

Ibu semangnya suatu hari mendatanginya dan berkata, "Tuan Gandhi, putera saya ini tidak mau mendengarkan saya, namun entah mengapa dia mau mendengarkan nasehat Anda. Dia terlalu banyak makan gula. Bisakah Anda menasehatinya agar tidak makan gula terlalu banyak?" Lalu Gandhi yang saat itu belum populer, mengatakan "Tentu bu,  saya akan menasehatinya.

"Hari-hari berlalu dan menjadi mingggu demi minggu, si anak masih makan gula sebanyak sebelumnya. Maka ibu semang menemui Gandhi lagi dan berkata "Tuan Gandhi, apa Anda ingat apa yang saya katakan beberapa minggu lalu mengenai kebiasaan putera saya makan gula? Anda bilang akan menasehatinya, tapi kenapa belum?"
Gandhi menjawab,
"Saya sudah menasehat putera ibu agar tidak makan gula banyak, tapi baru pagi ini."
"Mengapa selama itu?" pungkas ibu semangnya,
"Karena baru kemarin saya berhenti makan gula," jawab Gandhi.

_______

Diambil dari kumpulan "108 Cerita Pembuka Pintu Hati" Karya AJAHN BRAHM dalam Bukunya yang berjudul "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya" Jilid : 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun