Mohon tunggu...
Muhamad Ridwan Ashofa
Muhamad Ridwan Ashofa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Semua yang berhubungan dengan Hidup

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan Jum'at Siang

13 September 2022   14:30 Diperbarui: 13 September 2022   14:31 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan Jum'at Siang

(Tema: Persahabatan dan hujan)

Kala itu dihari jum'at yang lumayan terik, tiba-tiba saja turun hujan, dengan awan yang masih putih dan langit yang belum menghitam. Kau berlari anggun menerjang hujan mencari tempat berteduh sambil membawa tas yang kau dekap dengan erat takut akan membasahi yang ada didalamnya. Sampai akhirnya kau pun mendapatkan tempat untuk berteduh, tepatnya di halte bus  disamping kananku. Awalnya aku malu untuk menyapamu, sampai akhirnya kau pun menolehkan wajahmu dan memanggil namaku.

 "Note?" dengan nada yang sedikit kaget layaknya orang-orang tak sadar akan adanya orang yang dikenal disekitarnya.

"oh, hai Diana baru pulang?" aku pun menoleh dan mulai berbasa basi, kami pun mulai mengobrol untuk beberapa saat sampai salah satu bus datang ke-halte dan menghentikan pembicaraan kami sejenak, kami pun mulai memasuki bus dan duduk berdampingan ditempat yang paling belakang. Sambil memandangi jalanan yang terbasuh oleh rintik hujan kami pun mulai berbincang kembali, sama seperti tadi kau memulainya dengan ucapan yang ringan dengan sedikit tawa

 "haha...kita kayak anak kecil lagi ya,kebasahan karena hujan sambil lari-lari kecil, bedanya dulu kita senang sekarang malah agak cemas karena takut apa yang dibawa kebasahan".

Aku yang mendengar ucapanmu itu hanya tersenyum kecil, menyetujui apa yang telah diucapkan. Sebelum kubalas ucapan itu kau menimpali dengan sebuah cerita tentang pertemuan pertama,

"kalau hujan-hujan gini rasanya aku jadi ingat pertemuan pertama kita di basecamp gunung prau yang pada saat itu sedang hujan dan kamu nawarin kopi sambil bincang-bincang hangat, dan gak sadar kalau kita satu univ"

"Ah iya kamu masih ingat aja" balasku sambil mengingat ngingat.

"Iya lah perempuan kan paling jago kalau masalah mengingat, emangnya kamu udah lupa?, ish,ish, ish...". Candanya.

"aku ingat lah waktu itu kan kamu lagi duduk sendiri sambil megang hp". Aku mencoba asik dalam menjawab.

Ah iya aku baru ingat pertama kali aku bertemu dengan Diana adalah pada hari jum'at sore, pada saat itu aku yang kalah dari temanku saat bermain ludo mendapat hukuman untuk berkenalan dengan salah satu cewe yang ada disana, aku yang malu-malu pada saat itu akhirnya menjatuhkan pilihan untuk berkenalan dengan Diana yang pada saat itu sedang sendiri bermain dengan gadgetnya. Aku pun datang sambil menawarkan segelas kopi berharap bisa mengenal namanya dan ternyata pada saat bertanya responya begitu baik sampai kita mengobrol tentang banyak hal dan akhirnya tahu bahwa kita  kuliah disatu universitas yang sama.

  ******

Aku yang tidak ingin obrolan ini menjadi absurd pun mulai bertanya "Diana, kamu ada rencana gak untuk mendaki lagi, dalam bulan-bulan ini?".

"sebenarnya ada sih dua minggu lagi ke-merbabu tapi ngelihat cuaca lagi kayak gini kayaknya bakalan diundur deh, emangnya ada apa?". Jawab Diana sekaligus bertanya.

"gak ada apa apa sih Cuma lagi bosen lihat pemandangan kota tiap hari, kaya pengin nglepasin stress pergi ke alam aja gitu". Jawabku.

"Ohh...". Jawabnya singkat sambil memperhatikan jendela yang basah.

Aku pun terdiam dan suasana menjadi hening, hanya deras hujan yang terdengar pada waktu itu. Disaat keheningan itu aku telak memperhatikannya, wajahnya yang manis dengan tangan halusnya yang sedang mengusapkan jarinya di jendela bus untuk menuliskan namanya dikaca yang mulai mengembun. Entah mengapa pada saat memperhatikanya hati ku terasa tenang dan bahagia. Aku yang tidak mau mengganggunya pun mencoba fokus menikmati perjalanan ini dengan  deruan hujan yang semakin deras. Sampai akhirnya, aku pun tiba di halte pemberhentian. Hujan sudah berubah menjadi gerimis pada waktu itu, aku pun turun mengambil langkah untuk pulang menuju tempat kost, pada waktu itu tak kuucapkan apapun kepada Diana karena ia sedang tertidur pulas. Tetapi tiba-tiba suara terdengar dari dalam bus

"sampai jumpa Note, aku duluan ya". Suara itu adalah suara Diana mengakhiri pertemuan kita dihari jum'at itu.

"ya, sampai jumpa" balasku dengan senyum dan melambaikan tangan.

Bus pun mulai berjalan kembali meninggalkan ku yang berada di halte itu, belum lama bus berjalan suara benturan keras terdengar ditelingaku. Aku yang penasaran pun akhirnya memutuskan untuk melihat apa yang terjadi. Aku melihat banyak orang berkerumun dibawah gerimis tepat dipersimpangan perempatan. Ah..ternyata ada kecelakaan lalu lintas, yang membuatku kaget adalah kecelakaan itu terjadi antara truk dan bus yang aku naiki tadi dan bus itu masih terdapat Diana didalamnya.

Aku segera berlari menghampiri kerumunan tersebut berharap teman perempuanku yang satu ini tidak mengalami luka yang serius. Tapi apadaya melihat pintu bus sudah dibuka oleh para warga yang mencoba mengevakuasi belum kulihat tanda-tanda orang yang berteriak meminta tolong, hanya suara sang supir yang sedikit menyeringai kesakitan karena terjepit setir. Memang bus itu hancur lebur karena tertabrak oleh truk dengan kecepatan tinggi dan mendorongnya sampai membenturkan bus pada pembatas jalan yang membuat bus itu terbalik.

Aku pun akhirnya mengikuti para warga mengevakuasi para korban membantu mengangkat yang masih selamat dan dapat dikeluarkan dengan mudah. Tetapi dalam proses itu tak kulihat Diana keluar ataupun suara meminta tolong, aku mulai berharap cemas karena bagian belakang bus adalah bagian terparah dalam kecelakaan tersebut. Sampai salah satu korban kecelakaan yang pada saat itu duduk dibarisan ke dua terbelakang berbicara,

 "sudah tidak ada yang selamat lagi". Dengan menahan rasa sakitnya.

 Aku yang mendengar ucapan itu pun kaget dan tidak percaya akan hal itu karena Diana belum dievakuasi keluar, aku lemas dan mencoba untuk duduk dipinggir jalan. Setelah 1 jam waktu terlewati aku melihat seorang perempuan yang sedang disentuh bagian lehernya oleh seorang warga untuk memastikan apakah ia masih bernafas atau tidak, perempuan itu Nampak tidak asing bagiku. Dan benar itu adalah Diana, aku pun mendekat untuk memastikan keadaanya. 

Belum sempat aku tanya bagaimana keadaanya terdengar ucapan dari seorang bapak "dia sudah meninggal". Mendengar ucapan itu kakiku terasa lemas tak percaya akan hal yang barusan diucapkan. Tak-kusangka aku yang tadi masih ngobrol dan bercanda denganya kini sudah berpisah untuk selamanya. Seperti ucapan perpisahanmu yang tadi adalah untuk selamanya. Mencoba menerimanya aku hanya dapat berucap didalam hati selamat jalan Diana, kau akan abadi di alam sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun