Pemimpin yang menjalankan hidup sederhana menjadi teladan yang kuat bagi orang-orang di sekitarnya. Sikap ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadinya, tetapi juga peduli pada kesejahteraan bersama.
Sebagai contoh:
- Pemimpin yang sederhana dan transparan akan membangun kepercayaan di antara bawahannya.
- Mereka juga lebih dihormati karena tidak menunjukkan ambisi yang berlebihan atau gaya hidup mewah.
d. Keseimbangan dalam Menghadapi Konflik
Pemimpin sering kali menghadapi situasi penuh tekanan dan konflik. Keseimbangan batin, seperti yang diajarkan oleh Ki Ageng, membantu pemimpin untuk tetap tenang dan rasional dalam menghadapi situasi sulit.
Pemimpin yang memiliki keseimbangan batin mampu:
- Menyelesaikan konflik dengan cara yang adil dan bijaksana.
- Mengambil keputusan yang tidak hanya menguntungkan dirinya, tetapi juga memberikan manfaat bagi banyak orang.
Rasionalitas Reflektif
Rasionalitas reflektif menurut Ki Ageng Suryomentaram melibatkan penggunaan akal budi, naluri, dan intuisi dalam pengambilan keputusan. Ini bukan sekadar logika matematis, tetapi lebih kepada bagaimana individu memahami konteks sosial dan emosional di sekitarnya. Dalam pandangannya, keinginan adalah pendorong utama yang memengaruhi perilaku manusia, bukan hanya akal atau hati. Dengan kata lain, keinginan yang terkontrol dapat membantu individu mencapai kebahagiaan sejati, yang dalam istilah Jawa dikenal sebagai "begjo"
Contoh Penerapan
- Situasi Pedagang: Seorang pedagang mungkin menggunakan rasionalitas reflektif untuk memahami kebutuhan pelanggannya dan menyesuaikan penawaran produk. Ia tidak hanya berpikir tentang keuntungan tetapi juga tentang kepuasan pelangan.
- Situasi Murid Sekolah: Seorang murid dapat menerapkan rasionalitas reflektif dengan mengevaluasi cara belajar yang paling efektif bagi dirinya, bukan hanya mengikuti metode yang umum diterapkan.
Rasionalitas Akomodatif
Rasionalitas akomodatif berfokus pada kemampuan individu untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang berubah. Ini mencakup kemampuan untuk menerima dan mengakomodasi berbagai pandangan serta nilai-nilai yang ada di masyarakat. Dalam konteks ini, Ki Ageng menekankan pentingnya fleksibilitas dalam berpikir dan bertindak, sehingga individu dapat menemukan solusi yang sesuai dengan situasi yang dihadapi