Mohon tunggu...
Muhamad Rafli Pribadi
Muhamad Rafli Pribadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Mercubuana

NIM : 43223010022 Jurusan : Akuntansi Kampus : Universitas Mercu Buana Jakarta Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Aristotle

24 Oktober 2024   01:09 Diperbarui: 25 Oktober 2024   08:28 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2. Keterbatasan Sumber Daya

  • Kurangnya Waktu dan Tenaga: Menerapkan prinsip-prinsip Aristoteles, seperti pengambilan keputusan yang bijaksana dan partisipatif, membutuhkan waktu dan keterlibatan yang mungkin tidak selalu tersedia dalam lingkungan yang cepat berubah.
  • Sumber Daya Manusia: Pemimpin mungkin menghadapi kesulitan dalam mengembangkan karakter dan kebajikan dalam tim mereka, terutama jika karyawan tidak memiliki latar belakang atau pendidikan yang sama dalam nilai-nilai etika.

3. Budaya Organisasi yang Tidak Mendukung

  • Budaya yang Berbasis Keuntungan: Dalam banyak organisasi, budaya yang lebih mementingkan keuntungan jangka pendek daripada nilai-nilai etika dapat menghalangi upaya pemimpin untuk menerapkan prinsip Aristotelian.
  • Kepatuhan terhadap Aturan yang Kaku: Dalam organisasi yang memiliki struktur hierarkis yang kaku, penerapan prinsip-prinsip partisipatif dan demokratis mungkin sulit, karena keputusan sering kali diambil oleh pemimpin tingkat atas tanpa melibatkan input dari anggota tim.

4. Menghadapi Skeptisisme dan Penolakan

  • Resistensi terhadap Perubahan: Anggota tim atau pemangku kepentingan lainnya mungkin skeptis terhadap pendekatan baru yang berfokus pada etika dan kebajikan, terutama jika mereka terbiasa dengan pendekatan yang lebih pragmatis atau berorientasi pada hasil.
  • Pengaruh Lingkungan Eksternal: Pemimpin mungkin menghadapi tantangan dari lingkungan eksternal, seperti persaingan yang tidak etis, yang dapat mempengaruhi keputusan mereka dan menghalangi penerapan prinsip-prinsip Aristoteles.

5. Kesulitan dalam Menyeimbangkan Kepentingan

  • Mengelola Berbagai Kepentingan: Menyeimbangkan kepentingan berbagai pihak (karyawan, pelanggan, pemegang saham, masyarakat) sesuai dengan prinsip keadilan dan kebajikan dapat menjadi rumit. Pemimpin mungkin kesulitan untuk memenuhi harapan semua pemangku kepentingan secara bersamaan.
  • Pengambilan Keputusan yang Rumit: Situasi kompleks sering kali memerlukan keputusan yang mempertimbangkan banyak faktor, dan ini dapat membuat penerapan prinsip-prinsip Aristoteles menjadi lebih sulit.

6. Membangun Kebiasaan dan Karakter

  • Perubahan Karakter yang Berkelanjutan: Membangun karakter dan kebajikan dalam diri pemimpin dan anggota tim adalah proses yang memerlukan waktu dan usaha berkelanjutan. Tantangan dalam membangun kebiasaan positif ini dapat menghambat penerapan prinsip-prinsip Aristoteles.
  • Pendidikan dan Pelatihan: Meningkatkan pemahaman dan penerapan nilai-nilai Aristotelian dalam tim mungkin memerlukan program pendidikan dan pelatihan yang tidak selalu mudah untuk diterapkan.

Powerpoint Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
Powerpoint Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Dalam pemikiran Aristoteles, phronesis (kebijaksanaan praktis) dan sophia (kebijaksanaan teoretis) merupakan dua bentuk kebijaksanaan yang memiliki peran penting dalam etika dan kepemimpinan. Berikut penjelasan mengenai keduanya dan relevansinya bagi seorang pemimpin:

1. Kebijaksanaan Praktis (Phronesis)

  • Definisi: Phronesis adalah jenis kebijaksanaan yang berhubungan dengan tindakan dan pengambilan keputusan dalam konteks praktis. Ini adalah kemampuan untuk menilai situasi dengan bijak dan mengambil tindakan yang sesuai, mempertimbangkan konteks dan dampaknya pada orang lain.
  • Karakteristik:
    • Fleksibilitas: Phronesis memungkinkan pemimpin untuk menyesuaikan tindakan mereka berdasarkan keadaan yang berubah, memberikan solusi yang relevan dan praktis.
    • Keputusan Berbasis Etika: Pemimpin yang memiliki phronesis mampu membuat keputusan yang tidak hanya efektif tetapi juga etis, mempertimbangkan kebajikan dan dampak sosial dari keputusan tersebut.
    • Pengalaman dan Pembelajaran: Kebijaksanaan praktis sering kali diperoleh melalui pengalaman. Seorang pemimpin yang memiliki pengalaman dapat menggunakan wawasan tersebut untuk memandu tindakan mereka di masa depan.

2. Sophia (Kebijaksanaan Teoretis)

  • Definisi: Sophia merujuk pada kebijaksanaan teoretis, yaitu pengetahuan yang mendalam tentang prinsip-prinsip universal dan kebenaran yang lebih tinggi. Ini melibatkan pemahaman konseptual dan analitis tentang hal-hal yang bersifat filosofis dan ilmiah.
  • Karakteristik:
    • Pengetahuan Abstrak: Sophia mencakup pengetahuan yang tidak selalu langsung aplikatif dalam situasi sehari-hari, tetapi memberikan kerangka kerja yang lebih besar untuk memahami dunia.
    • Kebenaran Universal: Ini melibatkan pencarian kebenaran dan pemahaman tentang prinsip-prinsip yang mengatur eksistensi dan moralitas.

Powerpoint Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
Powerpoint Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
  • Relevansi bagi Seorang Pemimpin

1. Pengambilan Keputusan yang Bijaksana

  • Pemimpin yang memiliki phronesis mampu membuat keputusan yang bijaksana dan relevan dalam situasi nyata, yang penting untuk mencapai tujuan organisasi dan memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun