Mohon tunggu...
Muhamad Ali
Muhamad Ali Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hello there! I'm a passionate content creator, avid blogger, and video enthusiast based in Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meninjau Syarat Kelulusan di Universitas Luar Negeri: Bukan Tradisi Membuat Skripsi

31 Agustus 2023   16:36 Diperbarui: 31 Agustus 2023   16:38 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan tinggi di luar negeri seringkali menawarkan pendekatan yang berbeda dalam menilai dan menentukan syarat kelulusan bagi mahasiswa. Salah satu perbedaan utama adalah dalam hal penyelesaian proyek akhir, yang umumnya berbeda dengan tradisi skripsi yang ada di Indonesia. Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana universitas luar negeri meninjau syarat kelulusan mereka tanpa mewajibkan skripsi seperti di Indonesia, serta memberikan contoh-contohnya.

1. Pendekatan Berbasis Proyek

Banyak universitas di luar negeri menerapkan pendekatan berbasis proyek sebagai pengganti skripsi. Mahasiswa akan diminta untuk menyelesaikan proyek besar yang relevan dengan bidang studi mereka sebagai bagian dari syarat kelulusan. Misalnya, di University of California, Berkeley, program Teknik Elektro dan Komputer menggantikan skripsi dengan proyek penelitian yang luas, yang bisa berupa desain perangkat keras, perangkat lunak, atau kombinasi keduanya.

2. Kursus Intensif dan Ujian Akhir

Beberapa universitas memberlakukan kursus intensif di akhir program, yang diikuti oleh ujian akhir yang menilai pemahaman dan penerapan pengetahuan mahasiswa. Sebagai contoh, Universitas Cambridge di Inggris memiliki sistem ujian Tripos, di mana mahasiswa mengikuti serangkaian kursus sepanjang program dan diuji melalui ujian akhir dalam berbagai mata pelajaran.

3. Proyek Kolaboratif

Universitas di luar negeri sering mendorong kerjasama antara mahasiswa dalam menyelesaikan proyek akhir. Ini mencerminkan dinamika kerja di dunia nyata, di mana kolaborasi penting. Contohnya, di Delft University of Technology di Belanda, mahasiswa arsitektur mungkin diminta untuk bekerja dalam tim dan merancang proyek perumahan berkelompok.

4. Portofolio Kreatif

Beberapa institusi fokus pada pembuatan portofolio yang menunjukkan kemampuan mahasiswa dalam berbagai proyek selama masa studi. Misalnya, Rhode Island School of Design (RISD) meminta mahasiswa seni untuk menyusun portofolio yang mencerminkan perkembangan kreativitas dan keterampilan mereka.

5. Magang atau Pekerjaan Lapangan

Sebagai alternatif skripsi, beberapa universitas menawarkan kesempatan bagi mahasiswa untuk melakukan magang atau pekerjaan lapangan sebagai bagian dari program studi mereka. Ini memungkinkan mahasiswa menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam lingkungan nyata. Contoh lainnya adalah program MBA yang sering mengharuskan mahasiswa bekerja dalam proyek konsultasi untuk perusahaan.

Contoh Ilustrasinya:

Contoh seorang mahasiswa bernama Alex yang ingin mengejar gelar dalam Desain Produk di Politecnico di Milano, Italia.

1. Pendekatan Berbasis Proyek: Sebagai mahasiswa Desain Produk, Alex akan diminta untuk merancang dan merealisasikan produk nyata, seperti perangkat rumah tangga inovatif, yang menunjukkan penerapan konsep desain.

2. Kursus Intensif dan Ujian Akhir: Di akhir program, Alex akan mengikuti kursus intensif yang melibatkan seminar dan diskusi mendalam tentang konsep desain. Ujian akhirnya akan menguji pemahaman komprehensifnya tentang teori dan praktik desain.

3. Proyek Kolaboratif: Alex mungkin diminta untuk bekerja dalam tim dengan mahasiswa lain untuk merancang solusi desain yang berkelanjutan, seperti sistem daur ulang yang inovatif.

4. Portofolio Kreatif
: Selama masa studinya, Alex akan membangun portofolio yang mencakup desain-desainnya, konsep-konsep kreatif, dan pengembangan produk dari awal hingga akhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun