Mohon tunggu...
Muhamad Ali
Muhamad Ali Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hello there! I'm a passionate content creator, avid blogger, and video enthusiast based in Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pengantar Logical Fallacy: Memahami Apa Itu Kesalahan Logika

23 Agustus 2023   09:27 Diperbarui: 23 Agustus 2023   09:50 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia argumen dan diskusi, kesalahan logika atau logical fallacy adalah cara berpikir yang tidak valid atau mengandung cacat dalam penalaran. Kesalahan logika sering kali membingungkan, mengelabui, atau merusak integritas dari sebuah argumen. Mempelajari jenis-jenis kesalahan logika bisa membantu kita mengenali argumen yang tidak konsisten dan memperkuat kemampuan berpikir kritis. Dalam tulisan ini, kita akan menjelaskan apa itu kesalahan logika, beberapa jenis yang umum, dan memberikan contoh untuk masing-masing jenis.

Apa Itu Kesalahan Logika?

Kesalahan logika adalah ketidakakuratan atau cacat dalam sebuah argumen yang mengakibatkan argumen tersebut tidak valid. Meskipun seseorang dapat menggunakan kesalahan logika secara tidak sengaja, sering kali mereka digunakan untuk meyakinkan orang lain dengan argumen yang seharusnya tidak valid.

Jenis-Jenis Kesalahan Logika:

1. Ad Hominem: Mengalihkan perhatian dari argumen dengan menyerang karakter atau sifat pribadi dari orang yang mengemukakan argumen tersebut. Contoh: "Pernyataanmu tidak bisa dipercaya karena kamu tidak pernah lulus kuliah."

2. Circular Reasoning: Menggunakan argumen untuk membuktikan proposisi yang sebenarnya sudah tercakup dalam argumen itu sendiri. Contoh: "Aku tahu dia jujur karena dia selalu berkata jujur."

3. False Dilemma (Dilema Palsu): Mengemukakan hanya dua pilihan sebagai opsi, sementara sebenarnya ada lebih banyak kemungkinan. Contoh: "Kamu harus mendukung proyek ini atau kamu ingin melihat perusahaan kita gagal."

4. Hasty Generalization: Membuat kesimpulan umum berdasarkan sampel yang terlalu kecil atau tidak mewakili secara akurat populasi yang lebih besar. Contoh: "Saya bertemu dua orang dari negara X dan keduanya tidak sopan, jadi semua orang dari negara X tidak sopan."

5. Appeal to Authority (Panggilan pada Otoritas): Menggunakan pernyataan dari tokoh berpengaruh sebagai alasan untuk mendukung argumen, tanpa bukti tambahan. Contoh: "Pakar A mengatakan bahwa vitamin ini bagus untuk kesehatan, jadi itu pasti benar."

6. Post Hoc: Menganggap bahwa karena satu peristiwa terjadi setelah peristiwa lain, maka peristiwa pertama adalah penyebab dari peristiwa kedua. Contoh: "Setelah saya membeli boneka baru, hujan turun. Jadi, boneka ini membawa hujan."

7. Straw Man: Menggambarkan argumen lawan dalam bentuk yang sangat disederhanakan atau menyimpang, sehingga lebih mudah untuk diserang. Contoh: "Mereka ingin mengurangi anggaran militer, berarti mereka ingin melemahkan negara kita."

8. Appeal to Emotion (Panggilan pada Emosi): Menggunakan emosi daripada bukti logis untuk mendukung argumen. Contoh: "Anda harus mendukung upaya perlindungan lingkungan ini karena kita harus merawat planet kita untuk anak-anak kita."

9. Red Herring: Menggunakan argumen yang tidak relevan untuk mengalihkan perhatian dari pokok permasalahan. Contoh: "Mari kita fokus pada masalah lingkungan daripada membicarakan ekonomi."

10. Appeal to Tradition (Panggilan pada Tradisi): Mempertahankan argumen hanya karena itu adalah tradisi atau sudah dilakukan dalam waktu yang lama. Contoh: "Kita tidak boleh mengubah cara ini, karena ini sudah menjadi tradisi turun-temurun."

Kesimpulan:

Mengenali kesalahan logika membantu kita menganalisis argumen dengan lebih kritis dan membantu memastikan bahwa kita tidak terperangkap dalam berpikir yang tidak valid. Ketika kita menemui argumen yang mengandung salah satu jenis kesalahan logika di atas, kita dapat mengajukan pertanyaan yang relevan dan menilai argumen berdasarkan bukti dan logika yang kuat. Dengan cara ini, kita dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dan lebih mampu mengidentifikasi argumen yang kokoh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun