Setelah beberapa putaran di pasar, aku keluar melihat pasar buah yang tepat berada di depan nya. Harga buah-buahan sangat mencengangkan murahnya, anggur tanpa biji seperti crimson hanya 0.99 Euro per kg, begitupun jeruk dan apel. Setelah puas melihat sekeliling dan kenyang tentu saja, aku melanjutkan perjalanan ke tujuan pamungkas, Acropolis.Â
Sabtu pagi itu, para turis sudah ramai memenuhi kawasan Monastiraki dan semakin ramai saat mendekati kawasan reruntuhan Acropolis, antrian panjang di konter tiket. Aku memilih hanya ke Parthenon yang berada di puncak bukit, harga nya 20 Euro, sementara bila ingin masuk ke seluruh kawasan Acropolis, bayarnya 30 Euro.Â
Karena terletak di puncak bukit, Parthenon mesti didaki dengan susah payah, berkeringat pasti, walau sudah masuk musim gugur. Namun, percayalah pemandangan kompleks Acropolis ini memang sangat setimpal dengan pohon zaitun yang sedang berbuah. Pemandangan kota Athena dilihat dari Parthenon, serasa kita berada di atas Monas. Indah. Sayangnya, jumlah pepohonan hijau sangat jarang di kota Athena.Â
Setelah puas melihat sekitar Parthenon, aku kembali ke Monastiraki dan melihat-lihat Flea Market Athens yang banyak terdapat suvenir dan resto khas Yunani. Karena memang aku tidak suka belanja, aku melanjutkan perjalanan kuliner. Kali ini aku mencoba Gyros ayam dan memang lezat, nilai 10!Â
Secara sekilas, harus diakui Jakarta lebih bersih dibanding Athena, banyak fasilitas publik seperti taman, ATM, kereta, menjadi ajang vandalisme, banyak coretan pilok, bahkan kereta mereka penuh dengan coretan dan rusak parah dalam gerbongnya. Aksi vandalisme ini banyak menyasar aparat penegak hukum dan politisi.Â
Biaya hidup
Nah, kira-kira berapa biaya hidup di Athena? Eropa bagian selatan seperti Yunani, lebih murah dibanding negara Schengen di bagian utara. Harga makan minum serta akomodasi bisa berkali lipat dibanding di Athena. Aku membayar makan Gyros hanya sekitar 2.5 Euro dibanding di Jenewa, untuk menu yang sama kita bisa bayar 12 Euro.Â