Mohon tunggu...
muhamad nabil
muhamad nabil Mohon Tunggu... Mahasiswa - NIM 23107030001, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta/prodi ilmu komunikasi

Nama : Muhammad Nabil NIM : 23107030001

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menelusuri Ragam Tradisi Lebaran yang Ada di Kota Bontang

17 April 2024   21:26 Diperbarui: 17 April 2024   23:59 1773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar: dokumentasi pribadi

Bulan ramadhan adalah bulan yang datang sekali dalam setahun, tidak heran bila bulan ini sangat di nantikan bagi orang-orang khususnya bagi umat islam. Begitu juga halnya dengan masyaraat yang tinggal di wilayah kota Bontang.

Sebelumnya kota Bontang adalah sebuah kota yang terletak di Kalimantan Timur, penduduk dari kota Bontang sendiri pun berbagai macam seperti suku Jawa, sulawesi, sumatra dan lain sebagainya, tetapi sebelum kedatangan suku tersebut kota Bontang dahulu adalah sebuah perkampungan kecil yang berkembang secara terus menerus mengikuti perkembangan zaman. 

Menurut bapak Abdullah salah seorang warga kota Bontang membenarkan pernyataan tersebut dengan menceritakan asal muasal kota Bontang yang mana memang Kota Bontang dahulu merupakan wilayah yang terletak di daerah aliran sungai yang menjadi sumber kebutuhan bagi penduduknya kala itu, sehingga akhirnya para penduduk menetap dan berkembang di wilayah tersebut sebelum akhirnya menjadi kota Bontang yang dikenal saat ini.

sumber gambar: dokumentasi sendiri
sumber gambar: dokumentasi sendiri

Dari sejarah kota Bontang yang di jelaskan diatas tadi ternyata kota Bontang juga memiliki berbagai macam tradisi salah satunya ketika memasuki bulan suci ramadhan dan juga ketika memasuki bulan Lebaran. Berbagai macam tradisi di kota Bontang ini juga memiliki sejarah atau cerita di baliknya. 

Menurut bapak Abdullah, kota Bontang memiliki berbagai macam tradisi, tidak hanya tradisi saat ramadhan dan Lebaran saja tetapi juga di luar bulan itu pula berbagai macam tradisi juga ada. Beliau juga menjelaskan bagaimana tradisi-tradisi di kota Bontang ini dapat muncul. Jadi tradisi-tradisi di kota Bontang ini dapat muncul di sebabkan karena pendatang yang berasal dari luar kota Bontang sekalipun juga luar pulau kalimantan seperti, Jawa, Sumatra, Sulawesi dan lain sebagainya, yang akhirnya menetap di kota Bontang.

Sehingga dari kedatangan pendatang tersebut akhirnya membawa tradisi di kota Bontang yang beraneka macam mulai dari tradisi yang berasal dari suku Jawa, Sulawsi, Sumatra dan lain sebagainya. Tetapi yang membuat bapak Abdullah kagum dari itu semua ketika bercerita adalah ketika masyarakat pendatang membawa tradisi mereka ke kota Bontang dan menerapkannya di daerah tersebut yang ternyata mendapat respon baik dari penduduk setempat, dengan mempersilahkan para pendatang untuk menjalankan tradisi mereka masing-masing tanpa menjelekan dan menjatuhkan, begitu juga dengan sebaliknya.

Tetapi seberjalannya waktu ternyata tradisi yang dibawakan oleh orang pendatang ini ternyata lambat laun diterima dan diterapkan oleh masyarakat asli kota Bontang, menurut bapak Abdullah dalam penjelasannya menjelaskan bahwa tidak diketahui pasti kapan tradisi ini di terapkan oleh penduduk asli kota Bontang tetapi bapak Abdullah menuturkan bahwa bisa jadi tradisi yang dibawakan oleh suku pendatang ini di terapkan ketika terjadi perkawinan antara suku yang ada di kota Bontang dengan suku yang ada di luar seperti suku Jawa, Bugis, Batak dan lain sebagainya. Sehingga dari perkawinan tersebut terjadilah sebuah penerapan atau pencampuran tradisi baik dari pengantin perempuan ataupun pengantin laki-laki.

 sumber gambar: dokumentasi sendiri
 sumber gambar: dokumentasi sendiri

Tradisi yang diterapkan pun berbagai macam di antaranya adalah tradisi yang dibawakan oleh masyarakat suku kalimantan sendiri yaitu tradisi suguhan. tradisi suguhan ini adalah sebuah tradisi yang dilakukan ketika memasuki bulan Lebaran yang mana setiap tamu yang ingin bersilaturahmi disuguhkan berbagai macam makanan, makanan yang dimaksud disini bukanlah makanan sajian seperti kue nastar, kue putri salju ataupun kacang-kacangan tetapi makanan suguhan seperti rawon, soto, rendang, dan juga bakso.

Tradisi suguhan ini juga merupakan tradisi yang di praktikan pula oleh masyarakat pendatang ketika memasuki bulan Lebaran karena di nilai membawa nilai positif. Menurut Bapak Abdullah hal tersebut memanglah benar karena dengan menyuguhkan makanan kepada tamu ketika Lebaran akan menambah kegembiraan dan juga menambah kedekatan ataupun keakraban bagi sang tamu. Jadi jangan heran ketika Lebaran telah tiba banyak masyarakat yang menyuguhkan berbagai macam makanan seperti rawon, soto, rendang, dan juga bakso.

sumber gambar: dokumentasi sendiri
sumber gambar: dokumentasi sendiri

Selanjutnya adalah tradisi yang dibawakan oleh masyarakat suku Jawa yang kemudian di peraktikan oleh suku lainnya pula, tradisi tersebut yaitu tradisi sungkeman yang dilakukan ketika memasuki bulan Lebaran. Menurut bapak Abdullah tradisi sungkeman yang dibawakan oleh masyarakat orang Jawa ini banyak sekali di terapkan tidak hanya pada sesama suku jawa tetapi juga dengan suku lainnya. karena dalam tradisi ini di nilai membawa nilai positif bagi yang menerapkannya. Maksud dari tradisi sungkeman ini adalah untuk saling bermaaf-maafan kemudian menjalin silaturahmi yang baik dan mempererat suatu hubungan dan lain sebagainya. oleh karena itu mengapa tradisi ini mendapat tanggapan positif sehingga di peraktikan oleh masyarakat suku sekitar. 

Kemudian selanjutnya adalah tradisi yang dibawakan oleh masyarakat sulawesi selatan dan merambat ke suku lainnya seperti suku Jawa, Sumatra yang tinggal di kota Bontang. Jadi buras ini adalah sebuah makanan yang dibuat oleh masyarakat suku Bugis (sulawesi selatan) ketika datang bulan Lebaran. Menurut ibu Neli yang merupakan suku asli Bugis menerangkan bahwa, memang benar bahwa setiap bulan Lebaran baik lebaran Idul Fitri maupun Lebaran Idul Adha masyarakat suku bugis biasa membuat Buras untuk disajikan kepada tamunya. Bahkan makanan buras ini juga di perjual belikan di pasar ketika mendekati bulan Lebaran. Ibu Neli juga menjelaskan bagaimana dan bahan apa saja yang digunakan dalam membuat buras.

 sumber gambar: dokumentasi sendiri
 sumber gambar: dokumentasi sendiri

Yang perlu disiapkan dalam pembuatan buras adalah antara lain beras, santan dan juga daun pisang. Kemudian untuk pembuatan burasnya sendiri sama hal seperti menanak nasi, tetapi yang membedakannya adalah air yang digunakan dalam pembuatan buras ini diganti dengan air santan. Dan juga yang membedakannya adalah cara memasaknya, yang mana cara memasak buras ini dibungkus dengan daun pisang kemudian di rebus selama 3 jam lamanya.

Tidak hanya itu saja, ibu Neli juga menceritakan makanan selain buras yang mana makanan tersebut sudah banyak di jual belikan dipasar atau tempat lainnya. Bahkan sampai resep pembuatannya sendiri telah di ketahui oleh berbagai macam suku yang ada di kota Bontang. Nama makanan tersebut adalah kue perahu yang berasal dari suku bugis (sulawesi), tetapi nama asli dari kue perahu tersebut bukanlah kue perahu melainkan kue tetu, tetapi karena ciri khas dari kue tetu adalah karena wadahnya yang terbuat dari daun pisang dan daun pandan yang mana dari wadah tersebut membentuk sebuah bentuk yang menyerupakan perahu, sehingga dari bentuk wadah tersebutlah akhirnya banyak orang yang menyebut kue tetu sebagai kue perahu.

 sumber gambar: dokumentasi sendiri
 sumber gambar: dokumentasi sendiri

Dari berbagai tradisi Lebaran di kota Bontang menunjukkan kekayaan warisan budaya yang dibawa oleh berbagai suku dan masyarakat yang tinggal di sana. Tradisi Bontang, seperti suguhan, sungkeman, buras, dan kue perahu, menunjukkan bagaimana penduduknya berhasil mewujudkan keseimbangan budaya. Kira-kira dari semua tradisi tersebut, mana nih yang menarik pembaca? Tulis di kolom komentar ya....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun