Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal Maulana
Muhamad Iqbal Maulana Mohon Tunggu... Atlet - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa di salah satu universitas Islam di Kota Bekasi.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pulau Plastik: Resensi dan Arah Kebijakan

26 Mei 2024   18:58 Diperbarui: 26 Mei 2024   19:11 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pulau Plastik" adalah sebuah karya dokumenter yang menggugah dan sarat akan makna sekaligus penuh dengan ironi. Mengangkat tentang isu pencemaran plastik di lautan dengan cara yang kuat dan penuh emosi. 

Dalam film ini, penonton dibawa dalam perjalanan visual yang mendalam dan informatif, menyaksikan dampak kerusakan yang diakibatkan oleh limbah plastik terhadap ekosistem laut. 

Salah satu kekuatan utama film ini adalah narasinya yang bagus dan penyampaian pesan yang jelas. Dengan menggunakan kombinasi wawancara dengan para ahli, aktivis lingkungan, dan narasi yang mendalam tersebut, "Pulau Plastik" berhasil memperlihatkan betapa gentingnya masalah ini dan mengajak penonton untuk  bergerak dan bertindak.

Film ini tidak hanya menyuguhkan betapa seriusnya masalah sampah plastik di lautan, tetapi juga memberikan ilustrasi tentang bagaimana sampah-sampah ini mempengaruhi kehidupan masyarakat lokal, termasuk para nelayan dan juga masyarakat yang mengais rezekinya dari lautan. 

Melalui cerita-cerita pribadi dan pengalaman yang disampaikan oleh para tokoh dalam film, penonton dapat merasakan secara langsung dampak sosial dan ekonomi dari pencemaran plastik.

Selain itu, "Pulau Plastik" juga menyoroti upaya-upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk menangani masalah ini, mulai dari kampanye dan sosialisasi pembersihan pantai hingga inovasi teknologi dalam pengelolaan sampah terutama sampah plastik. Film ini memberikan inspirasi dan harapan bahwa perubahan positif masih bisa dicapai, jika kita semua bersatu dan bekerjasama untuk melawan pencemaran plastik.

Namun, di tengah kepedulian dan optimisme yang disampaikan oleh film ini, "Pulau Plastik" juga mengingatkan kita akan urgensi, keseriusan, dan kebutuhan akan tindakan nyata sesegera mungkin. 

Dengan menyoroti fakta-fakta ilmiah yang mengkhawatirkan dan mempunyai dampak jangka panjang dari pencemaran plastik, film ini memberitahu kita bahwa waktu untuk bergerak dan bertindak adalah sekarang, dimulai dari diri sendiri dahulu dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memilah serta memilih sampah sebelum dibuang dan lain sebagainya.

Secara keseluruhan, "Pulau Plastik" adalah sebuah karya yang bukan hanya mengedukasi, tetapi juga menggerakkan hati dan pikiran penonton. Film ini adalah sebuah panggilan dan pengingat  bagi kita semua untuk segera bertindak, untuk melindungi dan menjaga kelestarian lingkungan laut bagi generasi yang akan datang.

Dari film 'Pulau Plastik' ini mempunyai keterkaitan yang relevan dengan keadaan di Indonesia saat ini, mengingat negara ini menjadi salah satu produsen sampah plastik terbesar didunia. 

Dengan populasi penduduk yang amat besar dan pertumbuhan ekonomi yang cepat, Indonesia menghasilkan jumlah sampah plastik yang cukup fantastis setiap tahunnya. 

Dalam film ini menyoroti bagaimana sampah plastik mencemari pantai-pantai indah, sungai-sungai, dan laut Indonesia, mengancam keberlangsungan kehidupan masyarakat pesisir serta keragaman hayati laut. Kondisi ini juga mempengaruhi sektor pariwisata, yang merupakan salah satu sumber pendapatan utama negara.

Dalam film ini juga, sampah yang ada di Indonesia bukan hanya sampah yang dihasilkan dari dalam negeri saja, melainkan ditemukan juga sampah yang dihasilkan dari luar negeri seperti Amerika Serikat dan lain-lainnya. 

Dengan kejadian ini terkesan bahwa Indonesia seperti dijadikan tempat pembuangan akhir sampah-sampah itu berlabuh. Dalam film ini, tidak ditunjukan adanya partisipasi pemerintah dalam penanganan terkait sampah plastic, seolah-olah pemerintah abai akan hal itu. Sangat ironis memang, namun itulah realitanya.

Arah kebijakan yang dapat saya tawarkan dalam kondisi yang terdapat pada film 'Pulau Plastik' ialah:
-Menerapkan peraturan daerah (Perda) tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik di seluruh wilayah Indonesia: Beberapa daerah di Indonesia telah mengeluarkan peraturan daerah yang melarang atau membatasi penggunaan kantong plastik sekali pakai. Sebagai contohnya ialah Kota Bogor yang sudah menerapkan kebijakan ini melalui Peraturan Walikota Nomor 61 Tahun 2018 tentang pengurangan penggunaan kantong plastik mulai 1 Desember 2018. Langkah tersebut saya nilai sangat efektif dalam pengurangan penggunaan kantong plastik jika kebijakan tersebut dapat diterapkan di seluruh Indonesia.

-Menguatkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah: Karena undang-undang ini mengatur tentang pengelolaan sampah secara umum, termasuk pengurangan, pemanfaatan, dan pembuangan sampah. Dengan harapan UU ini dapat menjadi acuan dalam pengurangan, pemanfaatan dan pembuangan sampah.

-Menjalin Kerjasama dengan semua pihak terkait dan membuat regulasi yang lebih komprehensif dalam pendaurulangan sampah plastik di Indonesia.

-Mendorong inovasi-inovasi alternatif pengganti kantong plastik konvensional. Seperti tas belanja yang terbuat dari bahan organik. Menurut saya langkah ini sangat solutif dalam hal mengurangi penggunaan kantong plastik konvensional.

-Mendorong dan mengakomodasi para aktivis lingkungan dalam mensosialisasikan serta mengedukasi masyarakat betapa seriusnya masalah sampah plastik ini bagi kehidupan seluruh penghuni bumi. Dengan ini Masyarakat akan lebih concern tentang masalah dan dampak dari sampah plastik.

-Setiap Pemda berpedoman pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Nomor P. 84/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Plastik dalam pengelolaan sampah plastic. Karena peraturan ini memberikan pedoman teknis dalam pengelolaan sampah plastik, termasuk di dalamnya upaya pencegahan, pengurangan, dan pengelolaan sampah plastik.

Film "Pulau Plastik" menyoroti dampak negatif sampah plastik terhadap lingkungan laut. Agar hal semacam itu tidak bertambah buruk, maka kita dapat berpartisipasi dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai mulai dari mengurangi penggunaan kantong plastik hingga botol air, beralih ke alternatif ramah lingkungan seperti kantong belanja kain dan botol air minum yang dapat diisi ulang, mengingatkan diri sendiri dan orang lain tentang bahaya sampah plastik terhadap lingkungan laut serta pentingnya tindakan pencegahan, menggunakan produk ramah lingkungan, menghindari makanan dan minuman yang dikemas dalam plastik sekali pakai dan memilih opsi yang lebih ramah lingkungan.

Dengan mengambil langkah-langkah ini, kita dapat membantu mengurangi dampak negatif sampah plastik terhadap lingkungan laut dan merawat planet kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun