Jum'at, 04 November 2022. Hari nan terik berpadu dengan hiruk pikuk Kota Bekasi, beratap langit biru dengan sang surya yang seakan sengaja ingin menyurutkan tekad kami untuk menyambangi salah satu museum paling terkenal di DKI Jakarta, yaitu Museum Nasional Indonesia atau yang sering disebut dengan Museum Gajah. Museum Nasional Indonesia atau Museum Gajah adalah sebuah museum arkeologi, sejarah, etnografi, dan geografi yang terletak di Jakarta Pusat dan persisnya di Jalan Merdeka Barat 12. Museum ini merupakan museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara.Â
Perjalanan kami mulai dari kampus Universitas Islam 45 Bekasi menuju Stasiun Bekasi Timur dengan mengendarai sepeda motor. Sesampainya di Stasiun Bekasi Timur, kami langsung menuju peron kereta dengan kartu multi trip yang sebelumnya sudah kami isi saldo terlebih dahulu. Perjalanan menggunakan kereta commuter line dari Stasiun Bekasi Timur menuju stasiun terdekat dari Museum Gajah yaitu Stasiun Gondangdia memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit dengan transit terlebih dahulu di Stasiun Manggarai untuk berganti kereta. Singkat waktu, kami sampai di Stasiun Gondangdia dan langsung memesan taksi online untuk ke Museum Gajah dengan waktu tempuh sekitar 10 menitan.
Ditengah perjalanan, tepatnya di Bundaran Air Mancur Thamrin, terjadi aksi massa yang menamai aksi tersebut dengan "Aksi Damai 411". Massa yang ikut aksi sangatlah banyak ditambah beberapa ruas jalan menuju Museum Gajah diblokade oleh polisi, sehingga membuat perjalanan kami terhambat karena harus mencari jalan lain. Syukurnya kami masih bisa sampai ke museum, walaupun harus lewat pekarangan gedung lain untuk masuk lewat gerbang belakang Museum Gajah.
Sesampainya di Museum Gajah, kami membeli tiket masuk museum sebesar Rp.15.000/orang. Setelah itu kami langsung masuk ke museum dengan melewati pintu metal detektor terlebih dahulu sebagai salah satu bagian dari keamanan museum.Â
Ketika masuk ke Museum Gajah, kami disuguhkan dengan beraneka ragam patung-patung batu yang tentunya mengandung sejarah dan makna tersendiri. Setelah itu, perjalanan kami lanjutkan menuju sisi lain dari Museum Gajah agar dapat melihat dan mempelajari sejarah serta makna yang terkandung di dalam koleksi-koleksi yang ada di Museum Gajah. Langkah kami terhenti pada sebuah koleksi yaitu "Arca Arwah Tau Tau". Sedikit info, arca arwah tau tau  adalah arca arwah yang dibuat untuk kaum bangsawan Toraja yang meninggal, dan bahan bakunya adalah kayu nangka yang khusus diambil dari hutan. Selain "Arca Arwah Tau Tau", ada juga arca-arca lainnya yang sangat menarik untuk dipelajari lebih lanjut.
Di museum ini juga terdapat sejarah mengenai gambar rancangan burung garuda, sejarah bendera merah putih, sejarah penciptaan lagu Indonesia raya, masuknya Islam ke Indonesia, hingga sejarah penjajahan di Indonesia.
Setelah puas berkeliling museum, kami tak lupa mengambil gambar, dan mem-video setiap koleksi yang kami pelajari, agar terabadikan didalam ponsel kami masing-masing. Dan setelah dirasa sudah cukup, kami pun beranjak keluar dari museum dan berharap dapat mengunjungi Museum Gajah kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H