Mohon tunggu...
Muhamad Khabib
Muhamad Khabib Mohon Tunggu... Pegiat sosial Politik -

Jangan Apatis Terhadap Politik

Selanjutnya

Tutup

Money

Jokowi: Indonesia Tertinggal dari Vietnam, Rizal Ramli Beri Solusi

16 November 2017   18:45 Diperbarui: 16 November 2017   19:10 1218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang menarik dari problem itu semua, ada gagasan dan solusi cerdas yang di sampaikan oleh mantan menteri di era Jokowi yang kita kenal dengan Jurus "Rajawali Ngepret" dan Jurus "Rajawali Bangkit". Dia adalah begawan ekonomi Dr. Rizal Ramli. Menurut Dr. Rizal Ramli atau yang akrab di panggil RR, Indonesia akan sangat sulit untuk maju jika jalan ekonominya masih memakai jalan ekonomi Neoliberal ala Bank Dunia. Walaupun pemerintahan Jokowi juga sudah mengusahakan pembangunan infrastruktur untuk mengejar ketertinggalan itu. Dan RR sendiri juga sangat apresiatif dengan program infrastruktur Jokowi dengan konsep Indonesia Sentris, bukan Jawa Sentris tersebut. 

"Kebijakan Presiden Jokowi sudah tepat, karena pembangunan tidak hanya berlangsung di Pulau Jawa. Artinya, Jokowi ingin bangun Indonesia sentris, enggak hanya Jawa sentris," Kata RR. 

Namun RR menilai jalan ekonomi Neoliberal ala Bank Dunia yang dicerminkan dengan kebjakan super konservatif yang ditempuh Menteri Keuangan Sri Mulyani saat ini adalah biang keladi dari pelemahan daya beli masyarakat saat ini. "Kalau kebijakan ekonomi super konservatif, otomatis pertumbuhan ekonomi akan turun, dan daya beli akan anjlok." Kata RR (15/10/2017). RR melihat kebijakan perekomonian sekarang yang super konservatif adalah upaya pengetatan kebijakan moneter dan fiskal oleh Sri Mulyani seperti pengetatan anggaran. "Setiap kebijakan pengetatan  (austerity) pasti akan memperlambat pertumbuhan ekonomi,''. 

Badan Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) baru-baru ini juga telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,1% di tahun ini. Proyeksi ini lebih rendah dari proyeksi Oktober lalu yang sebesar 5,2%. Ini membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal sulit bangkit. Upaya tim ekonomi pemerintahan Jokowi yang beralasan "anomali", "karena faktor global" dan alasan-alasan lainnya tak pelak berbuah cibiran yang berujung menggerogoti kewibawaan pemerintahan Joko Widodo sendiri. 

Selain itu, belum lagi soal membengkaknya Utang di era pemerintahan Jokowi ini. Pengamat ekonomi, Ichsanuddin Noorsy bahkan meyakini jika utang luar negeri Indonesia per Juni 2017 lalu telah mencapai Rp 4.364,767 Triliun. Membengkak 2000 Trilliun selama pemerintahan Joko Widodo. 

Menurut RR, untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi dari 5 persen ke 6,5 persen dalam waktu kurang lebih 2 tahun ini masih sangat mungkin dilakukan pemerintahan Joko Widodo, asalkan kebijakan yang diambil tidak menggunakan pakem ekonomi neoliberal ala Bank Dunia. 

Di antara cara menggenjot pertumbuhan ekonomi itu adalah dengan cara memompa perekonomian, tapi bukan dengan anggaran, melainkan dengan skema Build Operate Transfer (BOT) dan Build Own Operate (BOO), selain itu dipompa juga dengan revaluasi asset, juga dengan sekuritisasi asset, sehingga ada mesin pertumbuhan lain di luar APBN, terutama di luar pulau Jawa. 

Kemudian menurut RR, solusi yang lain adalah dengan memompa daya beli. Salah satunya dengan merubah sistem impor yang selama ini memakai sistem kuota di ubah dengan skema tarif. Jadi siapa bisa impor asalkan menggunakan tariff guna melindungi industri dalam negeri. Selain itu juga dengan menggenjot laju kredit yang hanya tumbuh 10 persen saat ini menjadi 15-17 persen. Kemudian kebijakan-kebijakan terobosan lainnya (Out Of The Box) yang diluar pakem kebijakan Neoliberal ala Bank Dunia. 

Itulah beberapa solusi jitu jurus RR yang di tawarkan pemerintahan Joko widodo untuk memperbaiki carut marut perekonomian bangsa selama ini. Pergantian Tim Ekonomi pemerintahan Joko Widodo seperti Sri Mulyani, Darmin Nasution dan Rini Sumarno yang berhaluan Neoliberal menjadi sebuah keharusan agar negara kita mampu bersaing dengan negara-negara tetangga lainnya seperti Singapura, Malaysia dan Vietnam. Inilah solusi (Back to Tri Sakti dan Nawa Cita) yang sesungguhnya. 

Selamat Bekerja Presiden Joko Widodo, Back to Tri Sakti dan Nawa Cita. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun