"Ale Rasa, Beta Rasa”
(Kamu merasakan, Akupun merasakan, satu susah semua susah, satu senang semua senang)
“Potong di Kuku, Rasa di Daging”
(Sebagian tersakiti, maka semua merasakan sakit, Sebab semua bersaudara)
“Sagu selempeng, dibagi dua”
(Walaupun sagunya Sedikit, tetap di bagi dua)
Kata-kata diatas di ungkapan menko Maritim dan sumber Daya, DR. Rizal Ramli (RR) saat kunjungan di kawasan Indonesia Timur, Maluku Ambon pada hari sabtu, 28 Mei 2016 yang lalu.
Ungkapan diatas mempunyai makna filosofis yang sangat dalam, Mantan Menko Perekonomian era Gus Dur ini sengaja memakai kalimat asli masyarakat Maluku untuk membangkitkan optimisme masyarakat Maluku, bahwa mereka terlahir dari penderitaan dan sekaligus kebersamaan dalam menghadapi tantangan yang kedepan. Masyarakat Maluku adalah Saudara, maka harus bersatu dan saling berbagi, tidak boleh lagi saling berkelahi dan bertengkar sesuatu yang tidak perlu. Bangsa yang besar akan mudah hancur dan pecah jika tidak bersatu.
“Masyarakat Maluku harus berlomba dan menciptakan kompetisi yang baik dan sehat untuk mendapatkan yang terbaik dan agar menjadi bangsa yang unggul, bangsa pemenang, makmur dan hebat, sekaligus saling berbagi”.
“Masyarakat Maluku harus selalu memperbaiki Sumber Daya Manusianya (SDM), agar terwujud SDM yang berkarakter, mempunyai visi dan leadership. Agar yang tadinya enggak bisa, menjadi bisa, yang tadinya enggak mungkin, menjadi mungkin”.
Lagi-lagi dicontohkan menko RR, “banyak Negara yang tidak mempunyai Sumber Daya Alam (SDA), namun bangsanya menjadi maju, karena SDMnya berkarakter, mempunyai visi dan leadership. Semua Negara di Asia 50 tahun lalu sama miskinnya, tapi sekarang mereka bangkit dan maju. Kita harus kejar ketertinggalan itu”
Sambutan Antusiasme dan Terima Kasih datang dari segenap Masyarakat Maluku, Mulai dari elemen Masyarakat, para Aktivis, civitas akademika, sampai para pejabat di Maluku. Mantan Aktivis ITB ini di sambut bak pahlawan. Berbagai elemen masyarakat di Maluku Menilai Menko Rizal Ramli (RR) sebagai saudara, karena telah memperjuangkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Maluku, khususnya terkait Blok Masela. “… Terima Kasih Bapak Rizal..” Danke Menko RR...
Bagi RR, jika kilang itu dibangun di tengah laut dengan skema kilang diatas kapal (Offshore), maka di pastikan masyarakat Maluku tidak akan mendapatkan mafaatnya. Masyarakat Maluku hanya jadi penonton dari kekayaan alam yang di milikinya itu. Apalagi pola yang di pakai dengan cara Sedot-Ekspor. Kekayaan Alam yang begitu besar di sedot dan dikuras, lalu di ekspor begitu saja, tanpa dimanfaatkan untuk industri turunan lainnya.
Pilihan Kilang Darat (Onshore) adalah salah satu bentuk perubahan paradigma pengelolaan SDA, bahwa kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) di negeri ini harus bermanfaat sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat. Kekayaan SDA harus betul-betul dipastikan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi di Maluku.
Selain itu, dalam kunjungan tersebut, menko RR juga menegaskan soal isu maritim, “bangsa yang menguasai laut akan menguasai dunia, sebagaimana abad ke 19, Inggris menguasai laut, maka mereka menguasai dunia, setelah itu Amerika Serikat (AS), di abad 20 mereka menguasai laut, maka AS menguasai dunia, namun di abad 21 adalah abadnya Asia, maka kita harus menguasai laut, karena abad 21 adalah abad kebangkitan Asia, dimana masa bangsa-bangsa barat telah selesai”.
Dalam rangka mencapai poros Maritim, Dalam kunjungannya tersebut Menko RR juga mengungkapkan keinginannya mengirim kapal-kapal kecil di seluruh dunia, selain terus mengkampanyekan cinta laut, menegakkan kedaulatan Laut dan membangun konektifitas antar pulau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H