Dalam praktiknya, Sa-mesthine membantu kita untuk hidup harmonis dengan orang lain dan lingkungan. Misalnya, dalam keluarga, kita memahami peran kita sebagai anak, orang tua, atau pasangan, dan menjalankannya sesuai kewajiban masing-masing.
Dalam masyarakat, Sa-mesthine mendorong kita untuk mematuhi aturan dan norma yang berlaku, sehingga tercipta keteraturan sosial. Manfaatnya adalah kehidupan yang lebih teratur, penuh tanggung jawab, dan bebas dari konflik akibat pelanggaran aturan.
Penerapan:
- Dalam keluarga: menjalankan peran sebagai orang tua, anak, atau pasangan dengan tanggung jawab dan kasih sayang.
- Dalam pekerjaan: bekerja sesuai standar yang telah ditentukan, tanpa menyimpang dari aturan perusahaan.
- Dalam masyarakat: mematuhi hukum, seperti membayar pajak atau menjaga kebersihan lingkungan.
6. Sak-Penake (Seenaknya)
Sak-penake dalam ajaran Ki Ageng bukan berarti bertindak sembarangan, tetapi menjalani hidup dengan fleksibilitas yang tetap menjaga etika dan tanggung jawab. Prinsip ini mengajarkan kita untuk menghadapi kehidupan dengan santai, tanpa tekanan yang berlebihan, tetapi tetap memegang prinsip-prinsip dasar. Dengan kata lain, Sak-penake adalah cara untuk menjalani hidup dengan nyaman, tanpa melupakan kewajiban dan nilai-nilai moral.
Dalam kehidupan sehari-hari, Sak-penake relevan dalam menghadapi tantangan yang sering kali memicu stres atau kecemasan. Misalnya, dalam bekerja, prinsip ini mengingatkan kita untuk menikmati proses tanpa terlalu terobsesi pada hasil akhir. Dalam hubungan sosial, Sak-penake mendorong kita untuk bersikap santai dan tidak terlalu menuntut, sehingga menciptakan hubungan yang lebih harmonis. Manfaatnya adalah hidup yang lebih rileks, seimbang, dan bahagia, tanpa kehilangan arah atau tanggung jawab.
Penerapan:
- Dalam bekerja: menyelesaikan tugas dengan santai dan tidak terlalu memaksakan diri, tetapi tetap memenuhi tenggat waktu.
- Dalam hubungan sosial: bergaul dengan orang lain tanpa merasa harus selalu menyenangkan semua pihak.
- Dalam menghadapi masalah: mencari solusi dengan kepala dingin tanpa terburu-buru atau stres berlebihan.
Konsep Dasar Kebatinan yang Diajarkan Ki Ageng Suryomentaram
Ki Ageng Suryomentaram, seorang pemikir besar dari Jawa, menawarkan pendekatan kebatinan yang bertujuan mencapai ketenangan jiwa (jiwa tentrem). Ajarannya dikenal sebagai Pangawikan Kawruh Jiwa, yang mencakup pemahaman mendalam tentang diri manusia dan bagaimana mengelola kehidupan dengan penuh kesadaran.
Melalui pemahaman ini, ia mengajarkan bagaimana manusia dapat hidup dalam harmoni dengan diri sendiri, orang lain, dan alam semesta. Konsep ini terdiri dari beberapa elemen utama: Pawongan, Panunggalan, Sambungan, dan Kawruh Jiwa Tentrem.
Adapun berikut merupakan ajaran dan pemikiran yang dikemukakan oleh Ki Ageng Suryomentaram :
- Kawruh Begja: Ajaran utama yang dikembangkan secara langsung oleh Ki Ageng Suryomentaram adalah Kawruh Begja atau bisa disebut dengan Ilmu Bahagia. Ajaran ini sangat menekankan pada pentingnya memahami diri kita sendiri, mengendalikan emosi, dan mencapai sebuah kedamaian batin.
- Manusia Ukuran Keempat: Beliau juga dikenal dengan sebuah konsep "manusia ukuran keempat". Konsep ini menggambarkan manusia yang telah mencapai tingkat kesadaran tertinggi, yaitu meliputi 3 aspek diantaranya yakni manusia yang selalu weruh (sadar),manusia yang selalu sih (ikhlas), dan manusia yang selalu begja (bahagia).
- Pengalaman Batin: Ajaran dari Ki Ageng Suryomentaram juga sangat kental dengan pengalaman batin. Beliau selalu mengajak para pengikutnya untuk melakukan introspeksi diri serta mengajak untuk menemukan kebenaran sejati dalam diri masing-masing.