Perkenalkan nama saya Muhamad Jamal dengan nim 41421110028 dari prodi Teknik Elektro Fakultas Teknik. Pada kesempatan kali ini saya akan mengupas tuntas bagaimana konsep serta cara kerja praktik stoicisme yang dapat dijadikan petunjuk arah semua kalangan terutama mahasiswa agar mahasiswa dapat menjadi sarjana yang unggul dan profesional.
Stoikisme adalah aliran filsafat yang membantu kita mengendalikan emosi negatif dan bersyukur (menyajikan) untuk semua yang kita miliki sekarang. Cakupan aliran ini meliputi menerima keadaan yang tidak bisa kita ubah, mengubah apa yang kita bisa, dan kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaan antara keduanya.
Pada dasarnya, kita manusia dilatih untuk bereaksi secara rasional terhadap segala sesuatu. Hal ini sejalan dengan tujuan utama aliran ini yaitu pengendalian diri, seseorang yang memiliki pengendalian yang baik, ketenangan, kelenturan mental, emosi yang seimbang. Salah satu filsafat yang bisa menjadi pedoman dalam mengatasi tekanan kehidupan untuk meraih keberhasilan adalah stoicisme.
Apa Yang dimaksud Stoicisme?
Stoicisme atau stoikisme merupakan sebuah filosofi yang mengajarkan bagaimana kita dapat hidup dengan sebuah kebahagiaan yang penuh. Stoikisme merupakan cara berpikir filusuf. Jika di telaah, paham Stoikisme sebagian besar adalah etika, fokus pada perilaku manusia, yang mana dalam tradisi filsafat ini disebut sebagai filsafat kebajikan atau kebaikan.
Pada dasarnya, kita manusia dilatih untuk bereaksi secara rasional terhadap segala sesuatu. Hal ini sejalan dengan tujuan utama aliran ini yaitu pengendalian diri, seseorang yang memiliki pengendalian yang baik, ketenangan, kelenturan mental, emosi yang seimbang.
Stoikisme merupakan sebuah aliran filosofi yang mengajarkan tentang bagaimana kita dapat mencapai ketenangan serta kebahagiaan melalui pengontrolan diri yang baik serta pemikiran yang rasional. Paham ini juga  mengajarkan bahwasannya manusia tidak dapat mengontrol kejadian yang terjadi luar dirinya sendiri, akan tetapi manuasia dapat mengendalikan reaksi serta tanggapannya terhadap kejadian tersebut.
Beberapa konsep stoikisme yang terkenal diantaranya:
- Logos:Â konsep bahwa alam semesta diatur oleh kekuatan yang lebih besar dan lebih tinggi, yang disebut sebagai Logos.
- Apatheia: konsep ketenangan emosional dan kebebasan dari hasrat dan emosi yang tidak sehat.
- Hukum universalitas: konsep bahwa semua makhluk hidup terikat oleh hukum yang sama, dan oleh karena itu, semua manusia seharusnya dihormati
Adapun beberapa contoh dari filosofi stoikisme dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan filsuf Stoik terkenal seperti pada tokoh Epictetus, Seneca, dan Marcus Aurelius. Salah satu contoh karya yang terkenal adalah Meditations oleh Marcus Aurelius, di mana ia menjelaskan bagaimana dia mengatasi kesulitan dan stres dalam hidupnya dengan mengembangkan kontrol diri dan menemukan kedamaian dalam dirinya sendiri. pada dasarnya beberapa tokoh yang telah disebutkan tadi memiliki kesimpulan yang sama yakni berpendapat bahwa kebahagiaan merupakan hasil dari hidup yang berkolaborasi sesuai dengan keselarasan alam, yang berarti hidup dengan kebijaksanaan, keberanian, dan pengendalian diri. Adapun hal-hal yang tak dapat dikendalikan oleh diri kita layaknya cuaca, ekonomi, atau perilaku orang lain termasuk dalam kategori "fortuna". Hal-hal tersebut dapat berpeluang mempengaruhi hidup kita, namun hal-hal tersebut bukanlah sebuah dasar bagi kebahagiaan yang sejati.
Menurut para Stoik, ada dua aspek penting dalam hidup:
1. Fortuna: Hal-hal yang tidak dapat diri kita kendalikan, termasuk nasib, keberuntungan, atau kejadian eksternal. Ini mencakup hal-hal seperti kematian, jodoh, rezeki, hingga pandangan orang lain terhadap diri kita. Dalam lingkup mahasiswa, fortuna dapat mencakup hal-hal seperti status sosial, lingkungan akademik, suasana lingkungan, atau faktor eksternal lainnya yang memengaruhi jalur pendidikan kita. Bagi banyak mahasiswa dan profesional muda, hal-hal ini sering menjadi sumber kecemasan dan ketidakpastian.
Tetapi, menurut Stoicisme, merisaukan hal-hal di luar kendali kita adalah hal yang sia-sia serta hanya akan menambah beban pikiran kita. Stoicisme mengajarkan kita untuk menerima hal-hal tersebut dengan lapang dada, dengan sikap yang tenang dan tidak emosional. secara kehidupan kita memang tidak dapat mengendalikan Fortuna secara keseluruhan, akan tetapi kita masih dapat mengendalikan sebagian besar fortuna tersebut dengan cara bagaimana kita memberikan respon atas setiap kejadian yang kita jalani. Dengan mengadopsi pandangan ini, seorang sarjana atau profesional dapat fokus pada upaya dan tindakan yang konstruktif, bukan pada hasil yang tidak pasti.
2. Virtue: Merupakan hal-hal yang berada di dalam kendali kita, terutama pikiran, sikap, tindakan, dan karakter yang kita miliki. Kebajikan merupakan sebuah hal yang diperoleh melalui pengendalian diri, ketabahan, kebijaksanaan, dan keadilan. Dalam lingkup mahasiswa, virtue merupakan sebuah kemampuan untuk tetap konsisten dalam belajar, menahan diri dari hal-hal yang negatif , dan berupaya untuk selalu meningkatkan kualitas diri.
Sebagai sarjana yang kelak akan menjadi pribadi yang profesional, mengembangkan virtue berarti sama saja kita telah membangun kebiasaan belajar yang baik, menjaga integritas, dan selalu bersikap adil terhadap orang lain. Misalnya, seorang mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam mata kuliah tertentu mungkin tergoda untuk menyerah. Namun, jika dia berpegang pada kebajikan keberanian dan pengendalian diri, dia akan terus berusaha, mencari cara untuk belajar lebih baik, dan tidak menyerah pada rasa putus asa.
Mengapa Mahasiswa Harus Menguasai Stoicisme?
Menerapkan prinsip-prinsip stoikisme di perkuliahan bisa jadi solusi buat kita yang sering merasa overwhelmed atau kehabisan energi karena banyaknya tugas dan kegiatan kampus. Stoikisme, yang berasal dari filosofi Yunani kuno, mengajarkan kita untuk fokus pada hal-hal yang bisa kita kontrol dan menerima hal-hal yang tidak bisa kita ubah dengan lapang dada.
Bagaimana Cara Menerapkan Stoicisme dalam Kehidupan Akademis dan Profesional?
- 1. Fokus pada apa yang bisa kamu kontrol
Salah satu prinsip utama stoicisme adalah fokus pada hal-hal yang bisa kamu kontrol. Dalam konteks perkuliahan, ini berarti kamu harus fokus pada usaha dan tindakanmu sendiri, bukan hasil akhir atau penilaian orang lain. Misalnya, saat kamu belajar untuk ujian, yang bisa kamu kontrol adalah seberapa rajin kamu belajar, bukan nilai yang akan kamu dapatkan. Dengan begitu, kamu bisa lebih tenang dan nggak terlalu stres saat menghadapi ujian.
Bayangkan saja ketika tugas menumpuk atau deadline mendekat, pikirkan apa saja yang bisa kita lakukan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Buat to-do list yang jelas dan kerjakan satu per satu. Jangan buang energi untuk mengkhawatirkan hal-hal yang di luar kendali kita, seperti sikap dosen atau teman sekelas yang mungkin tidak sejalan. Fokus pada apa yang bisa kita kerjakan dengan maksimal.Â
- 2. Praktikkan kesadaran dan penerimaan
Kesadaran dan penerimaan adalah kunci dalam stoicisme. Dalam perkuliahan, kita dapat menerapkannya dengan cara menerima kenyataan bahwa tidak semua hal akan berjalan sesuai rencana. Misalnya, kalau kita gagal dalam satu mata kuliah, terima saja kenyataan itu dan jadikan pelajaran untuk lebih baik di kesempatan berikutnya.
Ketika kita merasa frustasi karena tugas yang sulit atau dosen yang kurang komunikatif, cobalah untuk tetap sadar dan menerima situasinya. Alih-alih marah atau stres, terima bahwa ini adalah bagian dari proses belajar dan cari solusi yang bisa kita lakukan. Dengan penerimaan, kita bisa lebih tenang dan fokus mencari solusi daripada terus-menerus merasa kesal.
- 3. Latih emosi dan reaksi
Stoicisme mengajarkan kita untuk mengendalikan emosi dan reaksi terhadap berbagai situasi. Di perkuliahan, pasti akan menghadapi berbagai situasi yang bisa memicu emosi, seperti nilai yang kurang memuaskan, kritik dari dosen, atau konflik dengan teman. Daripada langsung bereaksi negatif, cobalah untuk tenang dan berpikir sebelum bertindak.
Misalnya, ketika kamu mendapat kritik pedas dari dosen, jangan langsung merasa down atau marah. Pikirkan kritik tersebut sebagai feedback yang bisa membuat kita lebih baik. Latih diri untuk tetap tenang dan bijaksana dalam menghadapi setiap situasi. Dengan begitu, kita tidak akan mudah tergoyahkan oleh hal-hal kecil yang sebetulnya gak penting.
- 4. Syukuri hal-hal kecil
Terakhir, stoicisme mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas apa yang kita miliki, sekecil apapun itu. Dalam perkuliahan, cobalah untuk selalu melihat sisi positif dari setiap pengalaman dan bersyukur atas kesempatan untuk belajar dan berkembang. Syukuri hal-hal kecil, seperti teman-teman yang mendukung, dosen yang inspiratif, atau momen-momen menyenangkan di kampus.
Ketika kita merasa down atau lelah, ingatlah hal-hal baik yang sudah kita dapatkan selama perkuliahan. Ini akan membantu kita untuk tetap semangat dan positif. Selain itu, rasa syukur akan membuat kita menjadi lebih bahagia dan puas dengan hidup yang kita jalani, terlepas dari segala tantangan yang ada.Â
Daftar Pustaka
- Irvine, W. B. (2009). A Guide to the Good Life: The Ancient Art of Stoic Joy. Oxford University Press.
- Ryan Holiday & Stephen Hanselman (2016). The Daily Stoic: 366 Meditations on Wisdom, Perseverance, and the Art of jLiving. Portfolio.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H