KAJIAN HISTORIS BULAN MUHARRAM: REFLEKSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DARI HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW
Oleh: Muhamad Ishaac, S.Pd.
(Guru PAI SMA Negeri 1 Pangkalan Bun, Penerima Beasiswa LPDP Kemenag RI)
Bulan Muharram memiliki kedudukan istimewa dalam kalender Hijriah dan dipandang sebagai salah satu bulan suci dalam Islam. Bulan ini diakui sebagai salah satu dari empat bulan haram, yang dalam tradisi Islam, memiliki larangan keras terhadap peperangan dan konflik. Muharram juga menjadi bulan yang penuh berkah dan dianjurkan untuk memperbanyak amalan kebaikan serta ibadah, seperti puasa sunnah pada hari Asyura. Keistimewaan bulan Muharram tidak hanya pada sisi ritual keagamaan, tetapi juga pada peristiwa historis yang berpengaruh besar terhadap perkembangan Islam, yakni peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW.
Peristiwa Hijrah, yaitu perpindahan Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dari Mekkah ke Madinah, merupakan titik balik dalam sejarah Islam. Hijrah tidak hanya sekedar migrasi fisik, melainkan juga transformasi sosial, politik, dan spiritual yang membawa dampak luas bagi umat Islam. Keputusan untuk berhijrah dilakukan setelah mengalami tekanan dan penyiksaan dari kaum Quraisy di Mekkah, yang mengancam eksistensi komunitas Muslim pada saat itu. Di Madinah, Nabi Muhammad SAW berhasil membangun masyarakat Islam yang berlandaskan nilai-nilai persaudaraan, keadilan, dan kesetaraan. Oleh karena itu, Hijrah menjadi simbol keberanian, keteguhan iman, serta strategi visioner dalam menghadapi tantangan.
Nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa Hijrah memiliki relevansi yang tinggi dalam konteks pendidikan Islam. Pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan spiritualitas yang dalam. Melalui pemahaman dan internalisasi nilai-nilai Hijrah, seperti keteguhan iman, solidaritas, keberanian, dan kepemimpinan, siswa dapat diarahkan untuk menjadi pribadi yang tangguh dan berintegritas. Pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai ini diharapkan mampu menjawab tantangan zaman dan membentuk generasi yang berkontribusi positif bagi masyarakat.
Namun demikian, upaya untuk mengintegrasikan nilai-nilai Hijrah dalam kurikulum pendidikan Islam masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya pemahaman mendalam mengenai peristiwa Hijrah dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Selain itu, pendekatan pedagogis yang digunakan dalam mengajarkan sejarah Islam sering kali bersifat faktual dan kurang menekankan pada aspek-aspek moral dan spiritual. Oleh karena itu, diperlukan kajian yang lebih mendalam dan holistik mengenai peristiwa Hijrah serta metode pengajaran yang efektif untuk menyampaikan nilai-nilai tersebut kepada siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara historis dan edukatif peristiwa Hijrah, serta mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan yang relevan untuk diterapkan dalam sistem pendidikan Islam. Dengan pendekatan yang komprehensif, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan kurikulum dan metode pengajaran yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai Hijrah. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi pendidik, pengambil kebijakan, dan akademisi dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan Islam yang tidak hanya berfokus pada aspek kognitif, tetapi juga pada pembentukan karakter dan spiritualitas siswa.
Kajian tentang Bulan Muharram
Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram dalam kalender Hijriah, yang di dalamnya terdapat larangan keras terhadap peperangan dan berbagai bentuk konflik. Bulan haram lainnya adalah Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Rajab. Keberadaan bulan haram ini disebutkan dalam Al-Qur'an, surat At-Taubah ayat 36, yang menegaskan bahwa jumlah bulan dalam setahun adalah dua belas, di antaranya ada empat bulan yang dihormati. Muharram menjadi pembuka tahun baru Islam, yang memiliki kedudukan istimewa dalam tradisi keagamaan umat Islam.
Secara etimologis, kata "Muharram" berasal dari akar kata "harama" yang berarti "diharamkan" atau "dilarang". Ini merujuk pada larangan berperang dan melakukan kekerasan dalam bulan tersebut, yang telah menjadi tradisi sejak zaman Jahiliyah dan dilanjutkan dalam ajaran Islam. Bulan ini dipandang sebagai waktu yang penuh berkah dan dianjurkan untuk memperbanyak amalan kebaikan serta ibadah. Salah satu amalan yang sangat dianjurkan adalah puasa sunnah pada hari Asyura, yaitu tanggal 10 Muharram, yang diyakini memiliki keutamaan besar, termasuk diampuni dosa-dosa kecil selama setahun sebelumnya.