[caption id="attachment_178310" align="alignnone" width="500" caption="Para Calon Gubernur DKI (sumber: TEMPO)"][/caption] Wow! Semua calon gubernur DKI adalah milyarder. Menurut Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) hanya satu calon yang tidak ada datanya karena belum pernah melapor dan tidak pernah menjabat, yaitu Faisal Basri. Coba simak harta kekayaan mereka berikut ini: - Fauzi Bowo, tahun 2010 hartanya sekitar 48,9 milyar - Joko Widodo, tahun 2010 hartanya 18,5 milyar - Alex Noerdin, tahun 2006 hartanya 10,5 milyar - Hidayat Nur Wahid, tahun 2009 hartanya 6,4 milyar, dengan utang 2 milyar - Hendardji Supandji, tahun 2008 hartanya 5 milyar - Faisal Basri yang diwakili oleh calon wakilnya Biem Benyamin, tahun 2003 hartanya 16,4 milyar, dengan utang 5 milyar Ternyata calon-calon pemimpin masyarakat DKI adalah orang-orang kaya. Syukurlah kalau mereka sudah tercukupi kebutuhan materinya, sehingga pada saat memimpin kelak, mereka tidak terlalu pusing memikirkan bagaimana mencari nafkah bagi keluarganya, dan dapat fokus kepada urusan rakyatnya. Namun permasalahan akan timbul apabila harta yang mereka miliki saat ini digunakan untuk berkampanye yang tidak halal. Jika demikian halnya, sudah dapat dipastikan jika ia terpilih jadi gubernur DKI 95% akan ngawur memimpin kota Jakarta. Ia akan fokus kepada bagaimana cara cepat untuk mengembalikan harta yang dikeluarkan pada saat kampanye, bukan fokus kepada urusan kota dan masyarakatnya. Tidak ada salahnya sama sekali seorang calon pemimpin dari kalangan orang kaya. Banyak contoh sejarah membuktikan pemimpin-pemimpin sukses adalah dari kalangan istana. Namun yang membedakan antara mereka pemimpin sukses dengan pemimpin ngawur adalah masalah niat pertama kali yang muncul pada saat ingin menjadi pemimpin rakyat. Jika diawali dengan niat kotor, maka jaminannya adalah neraka, tapi jika niatannya baik, bersih, ikhlas, maka jaminannya adalah surga. Contoh niat kotor adalah: - Ingin jadi gubernur DKI supaya status sosial di mata masyarakat meningkat, bisa dihormati, disegani, disanjung, dan diangkat - Ingin jadi gubernur DKI supaya punya harta berlebih untuk anak cucu kelak - Ingin jadi gubernur DKI supaya lebih mudah untuk menjadi presiden atau jabatan yang lebih baik dari gubernur Contoh niat baik adalah: - Ingin jadi gubernur DKI karena ingin membangun sistem transportasi kota Jakarta yang lebih baik - Ingin jadi gubernur DKI karena ingin memberantas kemaksiatan di kota Jakarta seperti perjudian, pelacuran, narkoba, minuman keras, dan perang melawan segala jenis permafiaan - Ingin jadi gubernur DKI karena ingin memberantas korupsi di lingkungan pemda DKI Ingat! Jakarta bukan kota sembarangan, berbagai ragam persoalan semua ada di dalamnya. Mulai masalah yang sederhana sampai masalah yang menyangkut nyawa manusia, dari masalah yang berhubungan dengan kenikmatan, sampai masalah penderitaan. Banyak tipe karakter gubernur yang sudah mencoba bagaimana memimpin kota Jakarta. Berhasilkah mereka? Seperti yang sudah-sudah, setelah menjabat gubernur DKI, hartanya bertambah banyak, entah itu dari penghasilan halal ketika menjadi gubernur, entah itu dari harta waris, entah itu dari harta setoran para mafia, yang pasti mereka para gubernur DKI adalah orang kaya. Silahkan menjadi orang kaya, tapi jangan lupa kesejahteraan rakyatnya, jangan lupa keamanan dan kenyamanan masyarakat DKI yang semrawut ini, jangan lupa membangun kota DKI menjadi lebih baik sesuai dengan janji-janji para gubernur sebelum diangkat dan dipilih. Pengalaman membuktikan mereka itu ahli “word processor” atau pengolah kata. Kata-kata yang diucapkan begitu menawan, begitu lembut, begitu berkesan, sehingga para pendengar menjadi tepekur dan mendengkur. Namun membangun kota Jakarta menjadi lebih baik dan bersistem, semua gubernur belum ada yang berhasil. [caption id="attachment_178311" align="alignnone" width="441" caption="Karakter Gubernur"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H