Sebab skripsi sendiri saat ini sudah dirasa kurang relevan dengan banyaknya sejumlah project yang sudah layak dipakai sebagai syarat kelulusan mahasiswa, rasanya dengan perkembangan zaman yang terus berjalan skripsi bukan lagi hal yang perlu diwajibkan lagi.
Selain susahnya mendapatkan pembimbing yang responsif dan mau mengarahkan secara benar dan mau menerima ide dan kreatifitas mahasiswa dalam penelitian, skripsi juga sangat menguras biaya yang tergolong besar.
Sebab belum tentu mahasiswa bisa melakukan revisi sekali jadi ketika melakukan bimbingan, banyak ditemukan kesalahan penulisan, typo dan lain sebagainya yang tidak tanggung-tanggung bisa mencapai jutaan Rupiah.
Belum lagi sumber-sumber seperti buku, surat kabar dan lain sebagainya serta sampai nantinya dijilid menjadi keseluruhan membuat skripsi memang sudah bukan lagi sesuatu yang wajib dan default bagi mahasiswa masa kini.
Beda Zaman, Skripsi Harusnya dihapus Demi Kesehatan Mental Mahasiswa dan Efisiensi Anggaran Orangtua
Belum lagi dengan adanya perbedaan antara dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2 dalam menginterpretasikan penelitian mahasiswa bimbingannya yang terkadang keduanya saling berseberangan secara ide maupun pemikiran dan membuat mahasiswa kebingungan dan pusing tujuh keliling.
Ada baiknya bukan hanya kampus yang bisa menentukan kebijakan apakah memilih skripsi atau tidak untuk tugas akhirnya, sebab yang akan mengerjakan tugas akhir adalah mahasiswa yang bersangkutan.
Maka sudah sepatutnya pemerintah menyerahkan sepenuhnya apakah mahasiswa akan memilih skripsi atau proyek lainnya yang dirasa sesuai dengan kemampuan dan minat dari mahasiswanya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H