(19/05/2023)-Â Skripsi atau tugas akhir bagi jenjang strata 1 bisa dikatakan sebagai momok paling menjengkelkan penuh drama sekaligus air mata.
Bagi para mahasiswa akhir termasuk saya yang tengah menyusun tugas akhir kini tengah merasakan getirnya kehidupan akan kapan bisa menyandang gelar S.Hum yang didambakan sejak awal masuk di bangku kuliah.
Pertanyaan klise seperti sudah bab berapa, kapan lulus, kapan sidang sampai kapan kerja dan kapan nikah mulai menghantui kala kumpul keluarga atau kumpul bareng teman-teman.
Pada tulisan ini saya akan menceritakan keluh-kesah hingga perkuliahan untuk mendapatkan tanda tangan sampai akhirnya ada dititik jenuh karena banyaknya revisi yang seabrek datang memenuhi pikiran.
Mulanya saya di masa KKN Juli- Agustus 2022 harus ikuti Semester Pendek demi perbaikan nilai untuk salah satu mata kuliah sebab dosennya nggak mau memuluskan Mahasiswa yang tidak ikut kuliah offline padahal jelas-jelas saat itu tidak ada kewajiban masuk secara tatap muka.
Hal hasil saya dengan beberapa teman harus bagi waktu KKN sambil menyelesaikan semester pendek, dan ironisnya anak dosen yang tidak lulus juga mata kuliah yang sama enak-enakan diluluskan karena dosen pengampu takut dengan orangtuanya yang punya gelar profesor.
Cerita anak dosen nanti akan saya buatkan khusus ya, teman-teman Kompasianers.
Jadi pada awal September 2022 saya dicecar habis-habisan oleh Dosen Pembimbing Akademik yang juga jadi Dosen Pembimbing 1 saya dengan dalih usulan rencana penelitian milik saya dianggap tidak jelas dan lain sebagainya.
Maka kemudian usai bimbingan di hari itu saya coba perbaiki sedikit demi sedikit hingga akhirnya dapat tanda tangan dari dospem yang dikenal perfeksionis dan bisa ikutan Seminar Proposal di bulan November.
Singkat cerita dua hari sebelum sempro saya dapat kabar Kakek saya meninggal dunia, pas di hari gempa melanda tempat kelahiran saya, Cianjur (21/11/2022).