Di rumah yang awalnya merupakan dua rumah terpisah yang kemudian disatukan menjadi satu sejak tahun 1958 itu terpampang sejumlah foto dan lukisan Roeslan Abdulgani dengan sejumlah tokoh lainnya, dan banyak pula koleksi buku-buku serta hadiah dari sejumlah tokoh orang kepercayaan Soekarno dan Soeharto tersebut.
Rachma selaku pemilik rumah ini, menjelaskan meskipun rumah tersebut sudah berstatus sebagai bangunan cagar budaya, akan tetapi perhatian dari pemerintah sangat kurang dan kurang berarti.Â
Pemerintah hanya memberikan sebuah plakat bertuliskan rumah kelahiran Roeslan Abdulgani sementara biaya pemeliharaan sekitar 15 juta, harus dikeluarkan oleh Rachma beserta keluarga. Tentunya  ini merupakan satu kemirisan dan keprihatinan melihat masih banyaknya cagar budaya sejarah yang justru tidak terawat dengan baik namun justru hancur termakan rayap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H