(06/11/2022)- Kegiatan rutin yang merupakan bagian dari rangkaian kelas pemanduan anggota baru Komunitas Aleut yaitu merancang atau mengadakan kegiatan pemanduan ke sejumlah situs bersejarah di Kota Bandung dilakukan dengan lancar dengan pembagian empat kelompok pemanduan yang telah ditentukan secara merata di kelas pemanduan beberapa waktu sebelumnya.
Pada kelas pemanduan kali ini kelompok ketiga berkesempatan menjadi pemandu sebelumnya kelompok pertama melakukan kegiatan mengeksplor jejak Soekarno di Kota Kembang.Â
Pada kegiatan kedua yang diadakan pada hari Minggu (06/11), ini fokus pada jejak dan kiprah Raden Dewi Sartika yang merupakan salah satu tokoh perempuan yang fokus pada dunia pendidikan di Kota Bandung pada khususnya tahun 1904 yang kelak dikemudian hari sekolah yang awalnya bernama Sakola Istri kemudian berganti nama menjadi Kaoetamaan Istri tahun 1908 itu, memiliki beberapa cabang diantaranya di Cianjur, Garut, Tasikmalaya dan lain sebagainya.
Raden Dewi Sartika merupakan keturunan dari keluarga bangsawan yakni Bupati Bandung tepatnya merupakan putri dari pasangan Raden Somanagara, dan Nyi Raden Ayu Rajapermas. Dewi lahir pada tanggal 4 Desember 1884 di Cicalengka dan di masa kecilnya ia harus terpisah dari orangtuanya yang menentang pemerintahan kolonial Belanda. Kedua orangtua Dewi Sartika, diasingkan ke Ternate ayahnya Raden Somanagara meninggal disana, sementara ibunya kembali ke Bandung selepas suaminya meninggal.Â
Semasa pengasingan orangtuanya ke Ternate, Dewi Sartika dititipkan atau diasuh oleh pamannya Raden Demang Suriakarta Adiningrat sampai akhir kembali diasuh oleh ibunya yang kembali ke Bandung. Kegiatan ngaleut kali ini dimulai di titik pertama yaitu di Pendopo Kota Bandung, titik ini dipilih karena memiliki nilai historis yang berkaitan dengan pendirian sekolah yang didirikan oleh Raden Dewi Sartika di kemudian hari.Â
Menurut keterangan salah satu pemandu ngaleut jejak Dewi Sartika, Ikang cikal bakal pendirian sekolah ini awalnya berada di sebuah lahan kosong di belakang pendopo yang kini sudah beralih fungsi menjadi lahan parkir.
" Dulu awalnya sekolah yang didirikan oleh Dewi Sartika berada disekitar lahan kosong yang sekarang menjadi lahan parkir, atau berada di sekitar dekat dengan pendopo. Ini juga atas izin dari Bupati Bandung saat itu, R.A.A Martanegara. " Ucap Ikang dalam pemanduan jejak Raden Dewi Sartika, Minggu (06/11).
Ngaleut kemudian dilanjutkan ke kawasan Jalan Kepatihan,dimana sebelum menjadi kawasan mall elit seperti sekarang ini, jalan yang berdekatan dengan Jalan Dewi Sartika ini juga berkaitan dengan kisah para Patih yang dahulu rumahnya berada di kawasan yang kini dikenal sebagai Jalan Kepatihan, diperkirakan rumah Dewi Sartika juga berada di jalan tersebut namun sayangnya semua bangunan era tersebut kini sudah hilang tidak berbekas dan berganti menjadi gedung-gedung bertingkat yang menjadi pusat perbelanjaan ternama di kota kembang.
Penelusuran jejak Dewi Sartika dilanjutkan ke seberang jalan Kepatihan yakni Jalan Oto Iskandar Dinata, masuk ke sebuah jalan kecil dimana makam sejumlah Bupati Bandung, beberapa pahlawan dan tokoh nasional serta para keturunannya dimakamkan di pemakaman Karanganyar. Makam ini merupakan salah satu kompleks pemakaman Bupati Bandung dimana dua lainnya berada di tempat lain yaitu Dalem Kaum dan Dayeuhkolot.
Pemakaman ini merupakan dikelola oleh yayasan KSTB dan masih terawat dengan baik sampai saat ini. Bupati Bandung yang dimakamkan disini diantaranya adalah Bupati Wiranatakusumah III ( Dalem Karanganyar), Wiranatkusumah V ( Dalem Haji) yang merupakan Menteri Dalam Negeri era Orde Lama dan beberapa Bupati Bandung lainnya. Makam Dewi Sartika sendiri, berada terpisah menyatu dengan makam lainnya namun terlihat mencolok dibandingkan makam disekitarnya.
Selain Dewi Sartika dan Bupati Bandung, disini juga terdapat makam Raden. Hasan Sadikin yang namanya diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Hasan Sadikin, sejumlah tokoh lainnya seperti Hasan Mustofa juga dimakamkan disini terdapat para pejuang 45 yang dimakamkan pula bertanda bendera merah putih. Di samping kiri pemakaman ini terdapat kompleks pemakaman keturunan Arab yang lebih dikenal oleh warga sekitar sebagai juragan Pasar Baru.
Selanjutnya setelah berkunjung ke pemakaman ini jejak Dewi Sartika dilanjutkan ke sekolah Kaotamaan Istri yang didirikan oleh Dewi Sartika tahun 1905. Sekolah ini berada dibawah naungan Yayasan Raden Dewi Sartika Bandung. Bangunan ini masih digunakan sebagai lembaga pendidikan dan khusus untuk bangunan peninggalan Dewi Sartika sudah ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya.
Kunjungan ini diakhiri dengan foto bersama di kelas peninggalan Dewi Sartika, dan tugu mengenang jasa Dewi Sartika tahun 1947. Kegiatan berlanjut ke sesi evaluasi dan sharing semua peserta yang hadir maupun kelompok tiga selaku pemandu kali ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H