(26/09/2022)- Kota Bandung dikenal akan sejarah panjang dan banyaknya bangunan terkenal yang memiliki nilai sejarah serta tidak ternilai harganya.Â
Salah satu sudut dari kota yang berjuluk ' Paris Van Java' ini memiliki berbagai gedung peninggalan masa kolonial terutama di ruas jalan protokol seperti Jalan Asia Afrika, dan Jalan Braga yang dikenal dengan banyaknya bangunan bergaya klasik dan modern abad 20an yang sebagian besarnya masih berdiri kokoh.
Salah satu yang paling mencuri perhatian dan mencolok keberadaannya yaitu Gedung Merdeka. Bangunan yang terletak di Jalan Asia Afrika,No 65 ini, merupakan bangunan yang menjadi ikon Kota Bandung sekaligus bangunan yang banyak menjadi saksi bisu sejarah dari ibukota Jawa Barat.
Bangunan yang memiliki nama awal ' Sociteit Concordia' ini dibangun pada tahun 1895 sebagai tempat berkumpulnya para anggota perkumpulan Concordia yang sebelumnya selalu menghabiskan waktu di seberang gedung ini yakni Toko De Vries yang didirikan oleh Klaas De Vries tahun 1875.
Tentunya hal ini dilakukan karena perkumpulan ini kemudian berkembang dan pada akhirnya lambat laun menjadi gedung hiburan orang-orang elit Belanda.
 Dalam perkembangannya Gedung Merdeka mengalami perubahan bentuk sampai mengalami bentuk yang kita lihat seperti sekarang ini.
Pada tahun 1920-1929 gedung ini mengalami renovasi mengacu kepada rancangan Van Gallest Last dan C.P Wolff Scohoemacker. Dari renovasi inilah kemudian ditambahkan gedung pertunjukan ( Schouwburg) dan kembali direnovasi tahun 1940 kali ini oleh AF. Aalbers sampai bentuk yang kita lihat seperti sekarang.
Terdapat banyak fasilitas mulai biliar,sepatu roda, gedung pertunjukan,cafe dan lain sebagainya di gedung ini sampai akhirnya tempat ini digunakan pada masa penjajahan Jepang sebagai Pusat Kebudayaan atau Dai Toa Kaikan dan semasa kemerdekaan gedung ini juga sempat berfungsi menjadi markas dari Tentara Nasional Indonesia ( TNI) .
Pada tanggal 18-24 April 1955 gedung ini sempat digunakan untuk Konferensi Asia-Afrika 1955 dan dihadiri oleh 29 negara di kawasan Asia- Afrika yang merdeka maupun semi merdeka.Â
Beberapa bulan sebelum penyelenggaraan konferensi gedung ini sempat ingin diubah bentuknya oleh Soekarno, akan tetapi hal ini ditolak oleh Perdana Menteri Indonesia saat itu, Ali Sastroamidjojo karena Indonesia kala itu belum mempunyai kas negara yang cukup.