(23/08/2022)- Lagu anak-anak bisa dikatakan dalam dasawarsa dua dekade sudah padam dan hilang ditelan zaman. Sedikit dari orang tua yang masih memperdengarkan lagu yang sesuai dengan usia si kecil.
Pasti diantara kita semua Kompasianers pernah mendengar lagu ' di obok-obok, du di du dam dam, kebelet pipis, sampai anak gembala. Namun, belakangan lagu-lagu ini mulai digantikan oleh banyaknya tren lagu-lagu anak dan remaja yang memiliki lirik dan makna untuk orang dewasa.
Hal ini tentunya sangat disayangkan karena secara tidak sadar para pencipta lagu tersebut menjadikan anak-anak bahan eksploitasi padahal lagu tersebut sangat tidak sesuai baik secara makna maupun usia.
Berbagai alasan seperti komersialisasi, kontrak hingga royalti yang dianggap lebih banyak dan menguntungkan menjadi salah satu faktornya. Sebut saja diantaranya lagu berjudul' Kamu' yang dipopulerkan oleh Coboy Junior di tahun 2013 menuai kesuksesan karena dianggap menampilkan lirik yang mudah dipahami, komersial dan tentunya menampilkan empat remaja laki-laki tentunya langsung menyedot animo masyarakat.
Keberadaan Farel yang tampil di Istana Kepresidenan Jakarta, dalam peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia ke -77 pada tanggal 17 Agustus 2022 tentunya membuat namanya mendadak menjadi buah bibir dan viral di jagat maya.
Meskipun disambut meriah oleh presiden dan pejabat lainnya, pemerintah seakan lupa bahwa lagu 'Ojo Dibandingke' belum cocok untuk dinyanyikan oleh anak kecil yang notabenenya lebih cocok lagu-lagu untuk seusianya bukan lagu dewasa yang penuh dengan pesan untuk orang dewasa.
Maka pantas lah jika Farel Prayoga menjadi pro kontra di masyarakat setelah penampilannya di Istana Merdeka. Perlu diingat jika dibiasakan menyanyikan lagu dewasa anak-anak akan dengan mudahnya terkontaminasi atau lebih mudahnya terpapar oleh segala sesuatu yang tidak semestinya.
Jika ditilik sebenarnya kenapa lagu anak-anak saat ini tenggelam dan tergusur oleh musik K-Pop dan Dangdut karena enggannya pasar musik Indonesia membuatkan ruang atau segmentasi padahal jika disediakan tentunya lagu anak juga bisa bersaing dengan lagu beraliran lainnya.
Para investor juga merupakan salah satu faktor lainnya yang membuat lagu anak dipandang sebelah mata. Investor sendiri susah untuk didapatkan karena sedikitnya keuntungan yang didapat dan kekhawatiran rugi karena kurangnya peminat terhadap lagu anak.
Sepeninggal pencipta lagu anak era 80-90 an Papa T. Bob meninggal dunia tanggal 10 Juli 2020 seakan membuat lagu anak-anak mati suri. Hal ini tidak adanya regenerasi pencipta lagu anak seperti Papa T. Bob. Justru kini hanya ada para mantan penyanyi cilik yang terus menggaungkan lagu-lagu yang pernah mereka nyanyikan. Sebut saja diantaranya seperti Tina Toon, Joshua Suherman, Chichio Manasero, Eno Lerian, Trio Kwek-kwek, Tasya Kamila dan lain sebagainya.
Pada tahun 2020 Titi DJ beserta Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi berupaya menghidupkan kembali lagu anak dengan merilis sebuah lagu yang berjudul ' Aku Cinta Lagu Anak Indonesia' yang dinyanyikan oleh empat anak yang tergabung dalam DUTA KILA ( Yara, Lila,Seika, dan Erditya).Â
Kehadiran lagu ini sempat booming dan direspon positif dan video klip lagu ini juga sudah ditonton sebanyak 4,5 ribu kali penayangan. Namun sayangnya proyek ini terkesan tidak dilanjutkan dan sudah tidak ada kejelasan lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H