Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal Al Hilal
Muhamad Iqbal Al Hilal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Freelance Writer

Penulis berkonsentrasi pada isu sejarah, politik, sosial ,ekonomi, hiburan dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

67 Tahun Konferensi Asia Afrika: MKAA Usung Tema Recover Together Recover Stronger

16 April 2022   15:05 Diperbarui: 16 April 2022   15:08 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo 67 Tahun Konferensi Asia Afrika/Foto: Museum Konperensi Asia Afrika

(16/04/2022)- 67 sudah Konferensi Asia Afrika tahun 1955 diperingati oleh bangsa Indonesia maupun bangsa-bangsa di benua Asia dan Afrika ini, diselenggarakan pada tanggal 18-24 April   tahun 1955 di Kota Bandung.

Penyelenggaraan konferensi ini, merupakan tindak lanjut dari konferensi di Kota Kolombo, Sri Lanka dimana 5 perwakilan negara berkumpul di ibu kota negara tersebut sampai akhirnya, dilanjutkan melalui Konferensi di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 28-29 Desember 1954, dimana dalam konferensi ini berbagai persiapan, perencanaan dibicarakan demi lancarnya Konferensi Asia Afrika di Bandung.

Lima negara sponsor yang diwakili oleh lima Perdana Menteri, yaitu dari Birma sekarang ( Myanmar) diwakili PM U Nu, India diwakili oleh PM Jawaharlal Nehru, Pakistan diwakili oleh Mohamad Ali Bogra, Sri Lanka ( Ceylon) diwakili oleh Sir John Kotelawala, dan Indonesia diwakili oleh PM Ali Sastroamidjojo.

Pembukaan Konferensi Asia Afrika (18/04/1955)/Foto: Kemdikbud
Pembukaan Konferensi Asia Afrika (18/04/1955)/Foto: Kemdikbud

Keputusan sengit mengenai negara mana saja yang akan diundang sempat mengemuka dalam konferensi yang digelar di Istana Bogor tersebut. Pakistan dan Sri Lanka menolak agar China tidak diundang karena menurutnya bahaya subversive activities of international communism sangat nyata bahayanya.

Di sisi lain Myanmar dan India justru meminta agar China, diundang sementara Indonesia bersifat netral. PM Ali dari Pakistan, secara tegas bahwa jika China di undang maka Thailand, Philipina dan negara-negara Arab tidak akan hadir pada Konferensi AA.

Namun akibat pernyataan PM Pakistan tersebut, PM Birma U Nu menyebut jika Arab dan China tidak hadir Konferensi AA tidak akan berjalan sukses maka kemudian, PM Pakistan akhirnya mau agar China di undang. Empat negara yang ditolak yaitu Korea Utara,Korea Selatan, Mongolia dan Israel tidak jadi di undang.

Seperti dijelaskan oleh Sekretaris Jenderal Konferensi Asia Afrika 1955 yaitu Roeslan Abdulgani dalam bukunya yang berjudul The Bandung Connection Konferensi Asia Afrika, di Bandung Tahun 1955. Pada akhirnya 25 negara di Asia dan Afrika termasuk 5 negara sponsor hadir di Bandung dan 1 negara batal hadir yaitu Central African Federation. Maka 29 negara secara resmi akan hadir di kota berjuluk Paris Van Java tersebut.

Konferensi ini digelar tanggal 18-24 April 1955 di Gedung Merdeka dulu ( Societiet Concordia), dan Gedung Dana Pensiun ( Gedung Dwi Warna). Berbagai panitia kecil dalam urusan ekonomi,politik dan sosial dibagi namun yang paling hebat dan hampir bubar diakibatkan adanya perselisihan sesama peserta rapat maka diputuskanlah bahwa China diundang dan penutup Konferensi Bogor resmi dialkukan pada tanggal 29 Desember 1955.

Hari pembukaan konferensi ini dilakukan pada tanggal 18 April dan para delegasi negara yang hadir berjalan kaki dari Hotel Grand Preanger, Hotel Savoy Homann, bungalow dan lain-lain menuju Gedung Merdeka peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Bandung Historical Walk ( Langkah Jalan Kaki Bersejarah di Bandung). Sementara itu, para jurnalis baik dari Asia, Eropa maupun benua lainnya, menginap di Hotel Swarha yang letaknya persis di samping Masjid Raya Bandung, yang kini hotel tersebut nampak kumuh karena hanya bagian bawah saja yang nampak masih dipakai oleh sejumlah pedagang makanan dan pakaian.


Tujuan dari Konferensi Asia Afrika pada dasarnya adalah untuk menyatukan negara bekas jajahan di Asia dan Afrika agar bersikap netral dan tidak memihak blok Barat ( Amerika Serikat) dan blok Timur dulu bernama Uni Soviet kini (Rusia)  tentunya selain untuk lepas dari bayang-bayang Kolonialisme dan Imperialisme, juga terdapat 10 poin yang lebih dikenal sebagai Dasasila Bandung yang dijadikan pokok sebanyak 4 prinsip utama yaitu hidup berdampingan secara damai,  menghormati kedaulatan negara-negara di dunia, kesetaraan dan kerjasama internasional yang secara tidak langsung konferensi ini berupaya untuk melawan dua blok yang sudah ada sebelumnya.

Saking terkenal dan berpengaruhnya konferensi ini, Majalah Times sempat menjelekkan Indonesia sebagai pengemis dan seakan tidak mengakui konferensi tersebut. Namun setelah terlaksananya konferensi ini, berbagai pengamat internasional khususnya dari Amerika dan Barat secara terang-terangan memuji Indonesia dan Konferensi Asia Afrika 1955.
 Berbagai permasalahan dalam Panitia Politik dihari penutupan Konferensi Asia Afrika akibat pernyataan delegasi Vietnam Selatan yang menuduh PM India Jawaharlal Nehru sebagai antek asing membuat ruangan sidang menjadi panas, sampai-sampai Rapporteur atau pencatatan sidang yang merupakan delegasi dari Thailand yaitu Pangeran Wan Yang meminta agar PM Indonesia Ali Sastroamidjojo membantu Panitia Politik karena sejumlah Panitia Perumusnya bergegas meninggalkan ruangan sidang.

Akhirnya dead clock tersebut bisa diselesaikan setelah PM Ali datang. sehingga permasalahan tersebut bisa selesai dan resmi ditutup oleh PM Ali di Gedung Dwi Warna jam 17.45.

Pada akhirnya semua diminta untuk berkumpul di Gedung Merdeka karena konferensi akan segera ditutup. Tepat pada pukul 21.30 Konferensi Asia Afrika resmi ditutup suara riuh sukacita senang dan sedih tergambar jelas dari sorot wajah para delegasi yang hadir.


Sebagai upaya untuk merawat sekaligus melestarikan nilai-nilai dari Konferensi Asia Afrika, maka pada peringatan 25 tahunnya pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri, melalui inisiatif Menteri Luar Negeri saat itu Mochtar Kusumaatmadja dan diresmikan oleh Presiden Soeharto, secara resmi maka pada tanggal 24 April 1980 Museum Konperensi Asia Afrika resmi berdiri. Pada acara tersebut pula buku bertajuk The Bandung Connection hasil karya dari Sekretaris Jenderal Konferensi Asia Afrika Roeslan Abdulgani resmi diterbitkan sebagai bentuk penyelamatan nilai-nilai dari KAA agar tetap diingat dan dilestarikan khususnya untuk generasi muda di masa yang akan datang.

Di tahun 2005 sebanyak 59 negara hadir di Bandung untuk peringatan setengah abad KAA, diadakan berbagai kegiatan. Di tahun 2015 sebanyak 108 negara ditambah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) hadir memperingati 60 Tahun Konferensi Asia Afrika di Bandung dan Jakarta.  Di tahun 2015 semarak sangat terasa mulai dari stakeholder terkait sampai masyarakat biasa turut andil mempercantik Kota Bandung agar terlihat cantik.

Museum Konperensi Asia Afrika/Foto: Pikiran Rakyat
Museum Konperensi Asia Afrika/Foto: Pikiran Rakyat

Selain itu, sebagai upaya meningkatkan kecintaan dan pengenalan nilai-nilai KAA dibentuk pula pada tanggal 11 Februari 2011 sebuah komunitas bernama Sahabat Museum Konperensi Asia-Afrika ( SMKAA) resmi didirikan oleh pegiat literasi Deni Rachman bersama dengan Iis Tjuhartika Pandita, Wisnu Aji dan Ceu Eno. Berbagai Klab yang berjumlah 11 dibawah naungan SMKAA ini, anak muda bisa mengimplementasikan semangat Bandung dengan berkegiatan diberbagai Klab sesuai dengan minat bakat masing-masing sekaligus akan dilibatkan dalam berbagai kegiatan di MKAA.

Tahun ini, peringatan 67 Tahun Konferensi Asia Afrika, akan kembali digelar dengan di awali oleh upacara pengibaran bendera 109 negara termasuk bendera PBB di sekeliling Gedung Merdeka. Selain itu, tahun ini mengusung tema Recover Together Recover Stronger ( Pulih Bersama Bangkit Perkasa).

Tema ini sesuai dengan tema perhelatan Group 20 (G20) yang dimana seperti kita ketahui bersama Indonesia di tahun 2022 terpilih sebagai Presidensi G-20 puncaknya berlangsung bulan November tahun ini di Bali. Pemilihan tema peringatan 67 Tahun Konferensi Asia Afrika ini tentu beralasan karena Museum Konperensi Asia Afrika berada di naungan Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri .

Nilai-nilai Konferensi Asia Afrika harus tetap kita jaga dan lestarikan karena memiliki relevansi sampai saat ini. Terutama ditengah konflik Rusia dan Amerika beserta Sekutu di Ukraina, yang sudah berlangsung sejak tanggal 24 Februari 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun