Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal Al Hilal
Muhamad Iqbal Al Hilal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Freelance Writer

Penulis berkonsentrasi pada isu sejarah, politik, sosial ,ekonomi, hiburan dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Perang Terus Berkecamuk, Masih Relevankah PBB

6 Maret 2022   07:00 Diperbarui: 6 Maret 2022   07:06 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tumbangnya Presiden Mesir Husni Mubarak, pada tahun 2011 oleh Amerika Serikat, selain itu sudah sejak lama benua yang kaya akan flora maupun fauna tersebut juga dilingkupi konflik Sampang hari ini.

Sebut saja diantaranya adalah Sudah (1956-1972), Rwanda (1959), Ethiopia (1962-1982), Nigeria (1967-1970), baru-baru ini saja Somalia masih digempur oleh sejumlah teroris. Namun PBB tidak becus mengurusi konflik disini dan hanya memberikan pernyataan mengutuk saja tanpa berhasil meredam konflik seperti yang dilakukan oleh pasukan perdamaian di Republik Kongo, melalui pasukan perdamaian yang dikirim ke sana.
Saya rasa yang bisa paling sukses dari konflik di Afrika yang berhasil diselesaikan adalah di Afrika Selatan dimana seperti kita ketahui bersama, Nelson Mandela berhasil memukul mundur Prancis, melalui  pada tahun 1991.

Sementara itu, kita Indonesia juga sampai saat ini, sering dihadapkan dengan adanya konflik dengan China yang merupakan sekutu dari Kremlin. Namun sama halnya seperti di Ukraina, konflik tersebut seakan menguap begitu saja dan PBB terkesan abai dalam menyelesaikan konflik diberbagai penjuru dunia.

Sekjen PBB dari Kofi Annan sampai Guterres

Antonio Guterres/Foto : Ngopibareng.com
Antonio Guterres/Foto : Ngopibareng.com

 Saya rasa Sekretaris Jenderal Perserikatan ( PBB) yang berhasil meredam atau setidaknya mengurangi konflik adalah Kofi Annan yang beras dari Ghana. Annan sendiri duduk di kursi Sekjen PBB selama dua periode yaitu sejak tanggal 1 Januari 1997 sampai dengan 31 Desember 2006. Meskipun ia memiliki rentang yang cukup panjang namun ia sering dianggap abai atau pasif dalam penyelesaian konflik terutama di negara tetangganya yakni Rwanda.

Di lain sisi saya justru lebih menyukai Ban Ki-moon yang berasal dari Korea Selatan ini, menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PBB, pada 1 Januari 2007- 31 Desember 2016.

Ki-moon dianggap sebagai salah satu Sekjen PBB, yang mau turut aktif meredam konflik tanpa yang bisa membunuh atau merugikan pemimpin maupun penduduk. Ki-moon memang mempunyai rekam jejak yang cukup baik meskipun belum bisa menyelesaikan konflik di Suriah tahun 2012, kudeta tahun 2011 di Mesir,konflik Palestina-Israel sejak tahun 1948, konflik Ukraina dan Rusia yang terjadi sejak tahun 2014 sampai mencapai puncaknya pada tanggal 24 Februari 2022.

Yang paling buruk bagi saya adalah ketidakmampuan Sekjen PBB yang menjabat sejak tahun 2017 sampai sekarang Antonio Guterres, yaitu mantan Perdana Menteri Portugal 1992-2002 yang terlalu dipengaruhi oleh Barat. Iya bereaksi keras  hanya pada konflik di Ukraina, sementara ia hanya mengutuk untuk konflik di Palestina dan Suriah.

Pertanyaannya dari sini bisa dilihat bahwa PBB sudah tidak relevan lagi untuk memberikan keputusan atau sanksi bagi suatu negara karena sudah disusupi oleh konflik berkepanjangan yang didalangi oleh Amerika Serikat maupun Rusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun