(08/02/2022)- Buku merupakan jendela ilmu sekaligus sumber pengetahuan yang perlu kita baca jika ingin pengetahuan kita bertambah dan lebih luas.
Dalam waktu beberapa tahun terakhir kehadiran buku fisik mulai digeser oleh adanya e-book ( buku elektronik) yang bisa didapatkan secara legal dengan pembelian maupun buku ilegal yang disebarkan oleh oknum tidak bertanggungjawab dengan dalih berbagi ilmu dan pengetahuan.
Meskipun perkembangan zaman turut menggerus sejumlah perusahaan percetakan dan penerbitan buku cetak nyatanya produksi dan penerbitan buku cetak masih terus meningkat setiap tahunnya hal ini bisa kita lihat dari sejumlah penerbit seperti Gunung Agung, Komunitas Bambu, Prenanda, Pustaka Setia, Airlangga, Meta, Ombak dan lain-lain.
Buku Cetak Memiliki Sensasi Tersendiri
Memiliki buku secara cetak atau hard book memang memiliki kesan tersendiri bagi para pengoleksi. Kehadiran buku cetak sendiri bukan sebatas untuk dibaca namun juga bisa disimpan bahkan dijual kembali tergantung seberapa buku yang kamu miliki tersebut langka atau tidak dipasaran.
Buku-buku lawas seperti Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, Tinjauan Kritis Tentang Sajarah Banten karya Hoesein Djajadiningrat, novel remaja Lupus karya Hilman Hariwijaya dan lain sebagainya masih diburu sampai sekarang. Hal ini membuktikan bahwa buku cetak masih digemari oleh masyarakat Indonesia maupun dunia.
Alihwahana Buku Menjadi Film
Sejumlah buku sudah banyak yang di alih media kan menjadi sebuah film hal ini diambil selain karena ceritanya menarik, penulis populer namun juga karena buku ini digemari oleh banyak orang.
Diantaranya adalah Novel Harry Potter karya J.K Rowling, Danur: Karena Mereka Juga Ada, Assalamu'alaikum Beijing karya Asma Nadia, Ayat-ayat cinta karya Habiburrahman El Shirazy.
Alihwahana tersebut memang diperlukan selain karena keinginan para penggemarnya melihat buku tersebut lebih nyata dan terlihat secara audiovisual dari tadinya yang sebatas kertas tentu bukan perkara mudah.
Seung ditemukan banyak penggemar buku yang sudah tahu betul alur cerita tersebut, sering mengeluhkan adanya perbedaan alur cerit yang ada di dalam buku dengan film padahal hal itu sepenuhnya hak penulis cerita dan rumah produksi tempat film itu dibuat.
Buku Elektronik Kurang Memiliki Sensasi Saat Dimilki
Buku elektronik memang lebih modern dan sesuai dengan keadaan kita saat ini, berbeda dengan buku cetak yang tidak memiliki teknologi canggih.
Kehadiran e-book memang jawaban bagi segelintir orang yang tidak memiliki budget lebih untuk memiliki buku cetak.
Bukan bermaksud untuk menolak teknologi akan tetapi, buku elektronik jika kita baca berlama-lama akan membuat mata menjadi perih dan cepat lelah akibat terus-menerus menatap layar ponsel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H