Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal Al Hilal
Muhamad Iqbal Al Hilal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Freelance Writer

Penulis berkonsentrasi pada isu sejarah, politik, sosial ,ekonomi, hiburan dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tiktok: Aplikasi Populer Namun, Banyak Hoax dan Pamer Harta

3 Februari 2022   06:55 Diperbarui: 3 Februari 2022   06:59 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi media sosial/ Foto: Viva News

(03/02/2022)- Media sosial pada saat ini merupakan salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari manusia mulai dari anak-anak sampai lanjut usia mempunyai akun sosial media masing-masing.

Perkembangan internet diimbangi koneksi  provider layanan seluler yang mulai membaik belakangan ini dengan rencana hadirnya 5G semakin mengokohkan dominasi sosial media bukan hanya di Indonesia namun juga dibelahan dunia lainnya.

Kehadiran media sosial seperti Facebook sampai Tiktok perlu diawasi ketat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,Tiktok merupakan aplikasi asal negeri tirai bambu. 

Platform media sosial dengan konten video pendek ini sering digunakan oleh banyak pihak untuk membuat konten yang tidak bertanggungjawab dan bisa membuat orang yang melihatnya menjadi percaya meskipun konten tersebut tidak valid kebenarannya.

Popularitas Aplikasi Sosial Media


Ilustrasi media sosial/ Foto: Viva News
Ilustrasi media sosial/ Foto: Viva News


Aplikasi media sosial tahun 2010-an masih sebatas Facebook yang paling populer saat itu. Meskipun jauh sebelum adanya Facebook media sosial sudah ada akan tetapi, sudah digantikan popularitasnya oleh aplikasi yang dibuat oleh Mark Zuckerberg tersebut.

Seiring dengan berkembangnya zaman aplikasi BlackBerry Messenger ( BBM) sempat digandrungi oleh masyarakat dunia termasuk Indonesia sampai akhirnya aplikasi media sosial ini tumbang  ditinggalkan oleh para penggunanya dan berhenti melakukan layanan mulai tanggal  (31/05/2019).

Jika sebelumnya YouTube diawal kemunculannya pada tahun 2005. Aplikasi yang dibuat oleh Jawed Karim dan kawan-kawan ini awalnya sebatas platform berbagi  video, yang kemudian setelah diakuisisi oleh Google berkembang menjadi salah satu aplikasi media sosial dan bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah bagi para konten kreator yang mengunggah konten di kanal YouTubenya.

Tiktok: Sarang Hoax dan Konten Pamer Harta

Ilustrasi hoax di sosial media/Foto: Viva News
Ilustrasi hoax di sosial media/Foto: Viva News


Tidak salah rasanya menyebutkan aplikasi ini sebagai sebuah candu bagi para penggunanya, apa penyebabnya? Penyebabnya adalah timbulnya keinginan mendapatkan popularitas sekejap dan pundi-pundi rupiah tanpa adanya tanggungjawab baik dari platform maupun pembuat konten.

Berbagai hoax seperti makam Upin dan Ipin, hoax makam, hoax vaksin, hoax perumahan angker dan lain sebagainya pernah menjadi sorotan publik sekaligus seolah-olah Tiktok ini menjadi media yang validitasnya dapat dipercaya. Memang betul ada sebagian konten asli dan mengedukasi, namun penggunaan yang berlebihan ini perlu di kurangi membuat konten yang bagus dan edukasi bukan sebatas mencari cuan dan joget-joget  semata.

Ilustrasi pamer harta di Tiktok/Foto: Kompas.com
Ilustrasi pamer harta di Tiktok/Foto: Kompas.com


Selain hoax ramai juga konten yang niatnya memotivasi menjadi terkesan pamer dan menyombongkan hartanya, tindakan ini merupakan tindakan tidak layak untuk ditiru terutama untuk anak-anak.

Aplikasi yang dibuat oleh perusahaan Byt Dance ini awalnya mendapatkan respon negatif pada tahun 2018 akibat adanya meet and great selebgram Bowo Alpenlibe yang menuai sorotan. Namun anehnya justru setelah pemblokiran tersebut lambat laun Tiktok dibuka kembali dan mulai digunakan banyak orang termasuk oleh orang yang sebelumnya membenci aplikasi tersebut.

Kepopuleran platform ini dimulai di tanah air saat lagu " entah apa yang merasukimu" yang dinyanyikan oleh Ilir 7 namun di-remix menjadi musik yang disukai oleh berbagai kalangan usia.

Akibat semakin populernya Tiktok berbagai aplikasi sejenis mulai bermunculan seperti Snack Video, YouTube Short, turut mengadopsi fitur yang menyerupai Tiktok.

Saking populernya platform ini sempat berencana diakuisisi oleh perusahaan Amerika Serikat demi kepentingan politik negeri Paman Sam. Namun, sampai saat ini aplikasi ini tetap tidak bisa diakuisisi dan semakin menggeser aplikasi media sosial yang telah lebih dulu populer seperti WhatsApp dan Instagram.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun